Homili 12 Februari 2014

Hari Rabu, Pekan Biasa V

1Raj. 10:1-10;

Mzm. 37:5-6,30-31,39-40;

Mrk. 7:14-23

Dosa Itu Tersembunyi Dalam Hati

Fr. JohnBeberapa hari yang lalu salah seorang frater yang memperhatikan pohon buah-buahan memetik beberapa buah avokat (alpukat atau Persia Americana mill) dari pohon di kebun. Buah-buahan itu kelihatan bagus-bagus. Saya menyuruh mereka untuk menyiapkan juice alpukat untuk makan siang. Saya sendiri mengambil satu buah alpukat, mengupas dan hendak memakannya. Ada kejadian pada buah avokat itu. Sambil mengupas kulit alpukat, saya memperhatikan bahwa ada bagian tertentu yang busuk pada daging buahnya padahal kulit bagian luarnya begitu bagus. Saya mengiris bagian daguing buah yang busuk dan ternyata hampir tembus sampai ke dalam bijinya. Saya akhirnya mengulur niat untuk tidak memakan buah tersebut dan membuangnya ke tempat sampah.

Saya merenungkan bahwa pengalaman buah yang busuk ini sangat mendidik. Buah yang bagus dari kulit luarnya belum menggambarkan apakah bagian dalamnya baik atau sudah busuk. Buah yang kulitnya bagus ternyata di dalamnya juga sudah busuk. Saya lalu membayangkan pengajaran Yesus dalam bacaan Injil pada hari ini. Sebagai kelanjutan Injil kemarin, orang-orang Yahudi itu bersifat legalis dan berpikir bahwa segala hal yang mereka lakukan itu layak di hadirat Tuhan. Padahal sikap legalistis itu hanya untuk popularitas nama mereka. Misalnya dengan tidak membasuh tangan sebelum makan saja sudah menjadi masalah bagi mereka karena bagi mereka najis. Untuk itu Yesus memberi pengajaran yang kelihatan sederhana tetapi sangat mendalam maknanya. Hal-hal yang tampak di luar tidak bisa mencerminkan hal-hal yang ada di dalam hati seseorang. Orang yang tidak membasuh tangan sebelum makan bukan berarti orang itu jahat dan najis serta menajiskan orang lain.

Berkaitan dengan ini Yesus berkata: “Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya tetapi apa yang keluar dari seseorang itulah yang menajiskannya”. Dalam hal makanan dan minuman, dikatakan bahwa “Segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perut lalu dibuang di jamban.” Bagi Yesus, justru apa yang keluar dari seseorang itulah yang menajiskan. Mengapa? Karena “Dari dalam hati timbullah aneka dosa berupa segala kejahatan, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hafa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan dan kebebalan.” Dengan tegas Yesus mengatakan bahwa semua hal yang jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.

Perhatikanlah bahwa hati kita itu seperti buah alpukat. Di luar kelihatan begitu bagus tetapi di dalamnya ada yang busuk. Banyak orang rajin ke gereja untuk mengikuti perayaan Ekaristi dan sakramen-sakramen lainnya, masuk dalam persekutuan doa, aktif dalam pelayanan tertentu tetapi hatinya masih dikuasai kejahatan dan hawa nafsu. Banyak orang berpikir bahwa dengan partisipasi aktif dalam kehidupan menggereja sudah menjadi jaminan kelayakan di hadirat Tuhan. Di dalam hati ada kesombongan, keserakahan yang selalu melawan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan. Kadang orang justru jatuh dalam dosa karena hatinya kotor. Hati ikut mempengaruhi pikiran untuk berlaku jahat. Hati yang jahat lebih menajiskan!

Penulis surat kepada jemaat Ibrani menulis: “Dosa itu sangat menipu” (Ibr 3:13). Kadang membuat orang tidak menyadarinya. Misalnya orang sombong kadang tidak sadar bahwa ia sombong. Lama kelamaan dosa kesombongan menguasai hidup orang tersebut. Dampaknya pasti sangat luas. Relasi antar pribadi menjadi hancur.

Pada hari ini kita diingatkan oleh Tuhan untuk mawas diri terhadap sikap munafik di dalam hidup. Di hadiratNya mari kita jujur dan mengakui dosa-dosa kita. Mengapa? Karena Tuhan menjadikan segalanya baik adanya. Hal yang tidak baik adalah intensi atau niat-niat yang keluar dari hati yang dapat menajiskan hidup kita, yang menjerumuskan ke dalam dosa.

St. Jose Maria Escriva pernah berkata: “Niat yang baik dapat selalu dimiliki oleh setiap orang kalau semua yang dilakukan itu semata-mata untuk menyenangkan Tuhan”. Dialah yang mengetahui isi hati kita. Mari kita berdosa bersama sang Pemazmur: “Selidikilah aku, Ya Allah, dan kenallah  hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku. Lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal” (Mzm 139:23-24).

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply