Homili 17 Februari 2014

Hari Senin, Pekan Biasa VI

Yak 1:1-11;

Mzm 119:67,68,71,72,75,76;

Mrk 8:11-13

Bertekunlah dalam iman

Fr. JohnPada tanggal 29 Agustus 2013, empat orang suster dari Biara Trapista di Siria menulis sebuah surat terbuka sebagai tanda keprihatinan mereka terhadap perang yang berkecamuk. Para suster ini menyaksikan masyarakat di sekitar biara yang menderita, mereka merasa tidak berdaya di hadapan kuasa manusia. Dalam surat itu tertulis kalimat ini: “Il sangue riempie le nostre strade, i nostri occhi, il nostro cuore” (Darah sudah mengalir di jalan-jalan raya kediaman kami, mengalir di mata dan hati kami). Pada akhir surat itu para suster menulis: “Noi, come cristiani, possiamo almeno offrirlo alla misericordia di Dio, unirlo al sangue di Cristo che in tutti coloro che soffrono porta a compimento la redenzione del mondo. Cercano di uccidere la speranza, ma noi a questo dobbiamo resistere con tutte le nostre forze.” (Sebagai orang Kristiani, kita dapat mempersembahkan kepada belas kasih Tuhan Allah, persekutuan darah Kristus yang tercurah dengan darah semua orang yang menderita demi penebusan seluruh dunia. Mereka telah mencari jalan untuk membunuh harapan kita, tetapi kita harus berusaha untuk tetap bertahan hidup). Surat terbuka ini juga menandakan ungkapan ketekunan iman dari para suster di tengah perang yang sedang berkecamuk.

Tuhan juga hadir dalam pengalaman-pengalaman hidup yang keras. Ketika ada pergumulan hidup, perang, malapetaka berupa bencana alam, gempa bumi dan pengalaman penderitaan lainnya, kita harus menyadari bahwa Tuhan tetap menaruh belas kasihNya kepada kita semua. Tuhan tetap berada di pihak kita. Saya teringat pada kata-kata Kardinal FX Nguyen Van Thuan yang penuh semangat untuk kita bertekun: “Bertekadlah untuk menenggelamkan dirimu dalam satu buku yaitu Injil. Bertekadlah untuk mengikuti satu cita-cita: kehidupan  Tuhan kita Yesus Kristus.” Dalam suka dan duka, Yesus dan InjilNya adalah inspirasi kehidupan.

Selama beberapa minggu terakhir kita mendengar bacaan pertama yang mengisahkan kehidupan para tokoh inspiratif seperti Samuel, Saul, Daud dan Salomo hingga pecahnya Kerajaan Utara dan Selatan. Pada hari ini kita mendengarkan bacaan dari surat St. Yakobus. Di dalam surat ini kita akan dibantu oleh Yakobus untuk mewujudkan hidup Kristiani dengan lebih baik, memiliki daya tahan dalam perjuangannya. Yakobus mula-mula memperkenalkan dirinya sebagai hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus. Kebesaran Yakobus adalah kerendahan hatinya dan siap untuk mengabdi Tuhan.

Selanjutnya Yakobus mengajarkan hal-hal praktis bagaimana dapat menjadi orang beriman yang baik. Adalah suatu kebahagiaan menurut Yakobus, kalau kita jatuh dalam pencobaan. Pencobaan itu seperti ujian bagi iman dan ujian bagi iman akan menghasilkan ketekunan. Ketekunan itu akan membuat hidup kita menjadi sempurna dan utuh dan tidak kekurangan suatu apa pun. Kalau orang kekurangan hikmat maka mereka wajib memintanya kepada Tuhan Allah. Tuhan akan memberi kepada orang yang memintanya dengan murah hati. Keutuhan itu berhubungan dengan sikap tidak mendua hati dengan Tuhan karena orang yang mendua hati tidak akan tenang di dalam hidupnya. Orang yang rendah hati akan bermegah karena kedudukannya yang tinggi. Orang kaya kedudukannya rendah karena hartanya hilang lenyap seperti bunga rumput.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil merasa kecewa dan mengeluh karena kaum Farisi meminta satu tanda. Ia berkata: “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Sekali-kali tidak ada tanda.” Perikop Injil yang singkat ini mau mengatakan kepada kita bahwa pada waktu itu banyak orang tidak terbuka kepada kasih dan kemurahan Tuhan di dalam diri Yesus Kristus. Mereka mengalami mukjizat penyembuhan tetapi tidak mengucapkan syukur, justru meminta tanda baru lagi. Yesus barusan memperbanyak roti dan ikan tetapi orang-orang juga tidak menyadarinya.

Tanda selalu mengatakan kepada kita tentang sesuatu yang akan terjadi. Pada zaman Yesus, orang berpikir bahwa Mesias akan datang dengan didahului oleh tanda-tanda yang dahsyat. Dengan pemikiran seperti ini, orang-orang Farisi menghendaki ada tanda-tanda tertentu dari surga sehingga menunjukkan bahwa Ia benar-benar datang dari Allah. Kita mengingat St. Paulus mengatakan: “Tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi  suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan.” Tanda yang nyata adal Tuhan Yesus Kristus, pokok iman kita.

Doa: Tuhan, kami memohon supaya Engkau membuka mata kami untuk melihat keagunganMu di dalam hidup kami sepanjang hari ini. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply