Homili 25 Februari 2014

Hari Selasa, Minggu Biasa VII

Yak 4:1-10

Mzm 55:7-11a.23

Mrk 9:30-37

 

Rendahkanlah dirimu di hadapan Allah

 

Ada seorang Romo yang membagikan pengalaman doanya dalam sebuah rekoleksi para pastor. Ia merasa bahwa setelah bertahun-tahun melayani Tuhan sebagai imam, masih ada satu hal yang selalu menjadi kesulitannya yakni bagaimana berdoa dengan baik di hadirat Tuhan. Secara teoritis ia menyadari bahwa doa adalah mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan. Seluruh hidup, tubuh dan jiwa bersatu dengan Tuhan. Namun demikian ia merasa bahwa kadang-kadang ia masih juga mengeluh kepada Tuhan karena ada doa-doanya yang belum dikabulkan. Ia pernah membuat perhitungan dengan Tuhan dalam pelayanannya. Ia mengatakan bahwa seluruh hidupnya ia berikan kepada Tuhan tetapi Tuhan sepertinya diam saja. Hal ini menyebabkan semangat doanya kadang-kadang turun. Tetapi ia kemudian menyesali kelemahan ini dan kembali bersemangat dalam doa.

Setelah membagi pengalaman relasinya dengan Tuhan dalam doa, banyak Romo yang lain mengamininya karena ternyata itu pengalaman umum di kalangan para romo. Mungkin karena waktu-waktu doa para romo itu sudah teratur, ada dalam brevir, ada jadwal doa komunitas yang teratur dan pelayanan sakramen maka para romo merasa sudah akrab dengan Tuhan dan bisa jadi mudah melupakan doa pribadi. Kadang dalam doa kita merasa begitu dekat dan akrab dengan Tuhan. Kadang merasa begitu jauh dari Tuhan. Usaha membenarkan diri, membuat perhitungan dengan Tuhan juga ada dan dilakukan secara sadar oleh banyak orang. Doa itu seperti nafas kehidupan manusia. Doa itu suatu kebutuhan bukan keterpaksaan. Oleh karena merupakan kebutuhan maka orang beriman harus mewujudkannya di dalam hidupnya.

St. Yakobus dalam kotbahnya mengatakan ada orang yang tidak berdoa atau salah berdoa. Orang yang tidak berdoa tidak akan memperoleh apa-apa. Orang yang salah berdoa adalah orang yang meminta dari Tuhan segala sesuatu yang akan digunakan untuk memuaskan hawa nafsu. Dengan demikian lahirlah juga segala sengketa dan pertengkaran di antara manusia. Kalau menginginkan sesuatu tidak dipenuhi maka orang bisa saja membunuh, iri hati dan berkelahi. Semua tinakan ini mencerminkan orang yang mengakui dirinya beriman tetapi tidak berdoa dan salah berdoa.

Yakobus juga menasihati supaya kita jangan bersahabat dengan dunia. Dunia bagi Yakobus adalah gambaran dosa yang melawan Allah sendiri. Kita sebaiknya bersahabat dengan Tuhan dan tunduk kepadaNya. Hari demi hari kita mendekatkan diri kepada Allah dan dengan demikian Ia akan mendekatkan diriNya juga kepada kita. Satu tujuan yang hendak kita peroleh dalam mendekatkan diri dengan Tuhan adalah kekudusan hidup. Doa yang rendah hati akan mengantar kita untuk melawan dunia (dosa). Doa yang rendah hati akan membawa kita untuk bersatu dengan Tuhan dan mengalami kekudusan Tuhan. Yakobus berkata: “Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan dan ia akan meninggikan kalian”.

Kerendahan hati merupakan kebajikan yang luhur. Tuhan Yesus menunjukkannya dalam hidup yang nyata. Ia juga mengajarkan para muridNya untuk memiliki kebajikan ini di hadirat Bapa di Surga. Apa yang Yesus tunjukkan dalam hubungannya dengan kerendahan hati? Bacaan Injil hari ini menggambarkann Yesus yang berkata dengan terus terang tentang penderitaanNya: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia. Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit” (Mrk 9: 31). Tuhan Yesus merendahkan diri di hadapan Bapa dan manusia dalam misteri paskahNya. Supaya lebih konkret lagi, Yesus bahkan memeluk seorang anak kecil dan mengajar para muridNya untuk menerima anak kecil, model kepolosan dan kerendahan hati. Para murid lebih melihat posisi atau status sosial atau jabatan sebagai segalanya yang sebenarnya bertentangan dengan kerendahan hati. Seorang pejabat adalah palayan bagi semuanya.

Di dalam kehidupan doa, kita perlu memiliki kebajikan kerendahan hati. Kita tidak harus mengatur Allah untuk mengubah rencanaNya karena Dialah yang memiliki rencana bagi kita. Dia tahu apa yang kita butuhkan di dalam hidup kita. Mengikuti Pemazmur kita berdoa: “Serahkanlah bebanmu kepada Tuhan maka ia akan menopang engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkanNya orang benar itu goyah.” (Mzm 55:23).

Doa: Tuhan bantulah kami agar memiliki kerendahan hati di hadiratMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply