Homili Hari Minggu Prapaskah IVA

Hari Minggu Prapaskah IV/A

1Sam 16: 1b, 6-7.10-13a

Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6

Ef 5:8-14

Yoh 9:1-41

Bersukacitalah Senantiasa!

Fr. JohnPada hari ini kita memasuki hari Minggu Prapaskah IV. Hari Minggu ini biasa disebut hari Minggu Laetare atau hari Minggu Sukacita. Bersama Nabi Yesaya kita boleh berseru: “Bersukacitalah hai Yerusalem dan berhimpunlah, kamu yang mencintainya, bergembiralah dengan sukacita hai kamu yang dulu berdukacita, agar kamu bersorak sorai dan puaskanlah dengan kelimpahan  penghiburanmu.” (Yes 66:10-11). Mengapa harus bersukacita? Kita bersukacita karena Allah menghibur umatNya yang bertobat dan berharap kepadaNya. Pertobatan yang dikumandangkan melalui Sabda Tuhan pada hari Minggu ini bertujuan untuk membuka mata kita dan menyadari bahwa Allah sangat mengasihi kita. Pertobatan membuat orang yang buta hati bisa melihat dengan mata kasih, orang lumpuh bisa berjalan untuk melayani dan berbagi.

Dalam bacaan pertama kita mendengar kisah Daud yang masih muda. Dia adalah seorang gembala sederhana dan memiliki kerinduan yang besar akan Allah yang hidup. Karena Saul tidak taat dan setia kepada Tuhan maka Tuhan memilih dan menetukan Daud sebagai raja masa depan bagi Israel.  Itu sebabnya Tuhan memerintahkan Samuel untuk pergi ke Rumah Isai di Bethlehem supaya mengurapi Daud dengan minyak urapan. Di hadapan Samuel adalah anak-anak Isai yang memiliki fisik yang bagus tetapi Tuhan menegurnya: “Jangan terpancang pada paras atau perawakan tinggi sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah, manusia melihat apa yang didepan mata,  tetapi Tuhan melihat hati”.  Samuel bertanya apakah masih ada anak yang lain. Isai menjawab, ada yang paling kecil sedang menggembalakan ternak. Samuel menyuruh untuk memanggilnya dan ketika ia tiba, Tuhan menyuruh Samuel untuk mengurapinya sebagai pilihan Tuhan.

Kisah Daud ini menarik perhatian kita. Dia hanya seorang penggembala ternak tetapi Tuhan memilihnya untuk menjadi raja yang memimpin umat pilihanNya. Tuhan melengkapinya dengan Roh Kudus untuk memberi hikmat dan kebijaksanaan. Manusia akan bekerja dengan sukacita kalau Roh Allah ikut bekerja. Di masa depan Daud menjadi raja menggantikan Saul dan Roh Allah sungguh-sungguh bekerja di dalam diriNya. Ia memiliki banyak kelemahan tetapi selalu dikuatkan oleh Tuhan karena imannya yang besar kepada Tuhan. Daud menjadi raja dan gembala bagi umat Israel.

St. Paulus dalam bacaan kedua mewartakan penebusan yang berlimpah kepada umat manusia. Kepada jemaat di Efesus Paulus mengatakan bahwa dahulu memang meraka berada dalam kegelapan tetapi sekarang mereka harus bersukacita karena terang Tuhan. Konsekuensinya adalah jemaat di Efesus harus hidup sebagai anak-anak terang. Mengapa demikian? Bagi Paulus, buah dari terang adalah kebaikan, keadilan dan kebenaran. Sebagai anak-anak terang, sedapat mungkin menjauhkan diri dari kegelapan atau dosa. Kegelapan atau dosa tidak berbuah apa-apa. Pada akhirnya Paulus menyeruhkan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur, dan bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu”

Paulus tentu mengetahui situasi umat di gereja Efesus. Mereka juga banyak diliputi oleh kegelapan dosa. Untuk itu Paulus menegaskan kepada mereka untuk hidup bersama Kristus sebagai terang. Orang yang hidup dalam terang Kristus menghasilkan kebaikan-kebaikan seperti kebaikan. Hidup kristiani menjadi nyata dalam perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan terhadap sesama sebagai wujud kasih. Para pengikut Kristus juga memperjuangkan keadilan sosial bagi banyak orang. Gereja selama berabad-abad memperjuangkan ajaran sosial Gereja bagi umat manusia. Ini adalah wujud pengabdian Gereja bagi dunia supaya orang melihat terang Kristus. Gereja juga menghadirkan Kristus sebagai kebenaran yang memerdekakan manusia (Yoh 8:32). Wujud sukacita sebagai buah dari Roh di dalam Gereja adalah kebaikan, keadilan dan kebenaran! Ini membuka ruang sukacita di dalam Gereja.

Di dalam bacaan Injil Tuhan membuat sebuah mukjizat dengan menyembuhkan seorang yang buta sejak lahir. Orang buta itu mengalami kesembuhan jasmani dan rohani. Ia lalu mengenal Yesus bukan hanya sebagai seorang nabi tetapi sebagai Anak Allah. Tuhan Yesus melakukan karya besar bagi orang yang percaya dengan membuka mata dan melihat dengan mata Tuhan sendiri. Para murid Yesus mempertanyakan situasi orang buta ini apakah dia itu menjadi buta karena dosanya atau dosa orang tuanya. Yesus membuka pikiran para muridNya dengan mengatakan bahwa hal ia menjadi buta bukanlah kesalahannya atau kesalahan orang tua. Dia menjadi buta supaya pekerjaan Allah dapat dinyatakan dengan sempurna di dalam dia. Yesus datang ke dunia untuk melakukan pekerjaan Allah. Dialah terang dunia, yang menerangi kegelapan dunia.

Bagaimana cara menyembuhkan si buta ini? Dengan mempertegas kehadiranNya sebagai terang dunia maka Yesus meludah ke tanah, mengaduk ludahNya itu dengan tanah lalu mengoleskannya pada mata orang buta itu. Selanjutnya Ia menyuruh orang  buta itu untuk membasuh dirinya di kolam Siloam. Orang itu pun menjadi sembuh total dan mengherankan banyak orang. Cara menyembuhkan ala Yesus ini menunjukkan bahwa Yesus adalah tabib yang peka dengan kebutuhan manusia. Tetapi lebih dari itu, Yesus mengingatkan kita akan sakramen pembaptisan di mana untuk pertama kalinya kita dipanggil dan dipilih Tuhan untuk bergabung denganNya.

Perbuatan baik yang dilakukan Yesus sebagai terang dunia dengan menyembuhkan orang buta ini tentu saja menimbulkan sukacita tersendiri bagi si buta. Ia bersukacita dan berani bersaksi bahwa orang yang menyembuhkannya adalah Yesus Kristus. Proses penyembuhannya diceritakan dengan jelas. Namun di balik sukacita karena kesembuhannya, ia juga menimbulkan perpecahan di kalangan banyak orang. Banyak orang tidak percaya bahwa dia yang buta itu bisa sembuh dan ada juga yang membenci Yesus karena menyembuhkannya pada hari Sabat. Orang tua si buta juga diminta untuk memberi kesaksian. Hal yang dipegang teguh oleh si buta adalah ia tetap percaya kepada Yesus. Yesus mengatakan kepadanya bahwa Ia datang ke dunia untuk menghakimi supaya barangsiapa tidak melihat, dapatlah ia melihat sedangkan siapa yang melihat menjadi buta.  Orang yang melihat dengan mata manusiawi tetap hidup dalam dosa. Orang yang melihat dengan mata Tuhan, ia akan hidup selamanya dalam rahmat.

Pada hari ini kita semua bersukacita karena karya-karya besar yang Tuhan lakukan bagi manusia. Kita semua adalah orang buta yang menanti uluran tangan Tuhan untuk mengurapi, memberkati supaya kita dapat melihat dengan mata Tuhan dan mengasihi dengan kasih Tuhan. Kita semua yang memiliki terang Kristus dapat menerangi kegelapan hidup sesama. Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Dialah Penebus kita semua. Yesus  berkata: “Akulah terang dunia!” Dia datang untuk menerangi kegelapan dunia. Dunia yang penuh kebutaan, iri hati dan dosa yang merajalela. Dunia yang dihuni manusia yang seolah-olah tidak lagi memiliki hati nurani sehingga menyukai dosa dan salah. Marilah kita kembali kepada Tuhan sang Terang kehidupan. Mari kita bersukacita karena pertobatan yang kita alami sebagai tanda nyata belas kasih dari Tuhan. Apakah ada syukur dan sukacita dalam hidupmu?

Doa: Tuhan, bukalah mata kami untuk melihat sesama yang menderita dan biarlah kami juga boleh membantu mereka. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply