Homili 15 April 2014

Hari Selasa Dalam Pekan Suci

Yes 49:1-6;

Mzm 71:1-2,3-4a,5-6ab,15,17;

Yoh 13:21-33,36-38

Hamba Yahwe adalah Terang Bangsa-Bangsa

Fr. JohnKemarin hari Senin Pekan Suci, kita mendengar kisah Hamba Yahwe yang pertama di mana hamba itu dipilih Tuhan itu ditugasi untuk menyelamatkan Israel. Ia dipenuhi oleh Roh Kudus, bersikap lemah lembut dan rendah hati. Kuasa kasih Tuhan diteruskan kepada semua orang. Pada hari ini kita mendengar madah Hamba Yahwe yang kedua di mana sang Hamba dipilih dan bertugas sebagai nabi. Cita-citanya luhur yakni membangun kembali Israel sesudah masa kekelaman di Babel. Gerakan pembangunan yang mau diwujudkan oleh sang Hamba bukan dalam bidang politik melainkan dalam bidang rohani dan semangat kehidupan. Ia akan menjadi terang bagi bangsa-bangsa dan membawa mereka kepada keselamatan.

Sang Hamba Yahwe dipanggil untuk menjadi nabi. Ini bukan rencana manusiawi tetapi Tuhan sendiri sudah memanggil dan memilihnya sejak ia masih berada di dalam kandungan ibunya dan akan mempersatukan segala bangsa. Perhatikan kutipan ini: “Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! Tuhan telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku.” (Yes 49:1). Kita mengingat Yesus sang Hamba di dalam Perjanjian Baru juga memiliki kemiripan. Sejak masih di dalam kandungan ibuNya, namaNya sudah disampaikan kepada Maria dan Yosef (Mat 1:21; Luk 1:31. Luk 2:21). Nama Yesus berarti Allah menyelamatkan. Semua ini sudah direncanakan oleh Tuhan sendiri bukan semata-mata kehendak manusia yakni Maria dan Yusuf.

Menurut Yesaya, sebagai Hamba Yahwe terpilih, ia memiliki tugas mulia: Pertama, memiliki mulut laksana pedang yang tajam dan anak panah yang runcing. Ia bertugas untuk mewartakan kabar sukacita kepada kaum papa miskin dan melepaskan banyak orang dari belenggu-belenggu kehidupan. Sabda sang hamba memiliki potensi memperbaiki yang rusak supaya menjadi baik. Kedua, Hamba Yahwe menjadi kemuliaan dan keagungan bagi Tuhan sendiri. Ia rela berkorban hingga merasa tidak berarti apa-apa tetapi di hadirat Tuhan ia memperoleh kekuatan. Upahnya besar datang dari Tuhan sendiri. Ketiga, Hamba Yahwe mempersatukan Israel yang tercerai berai. Keempat, Hamba Yahwe menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Dengan perannya sebagai terang bagi bangsa-bangsa maka keselamatan dari Tuhan akan sampai ke ujung bumi.

Peran dari Hamba Yahwe ini sempurna di dalam Yesus Kristus. Ketika tampil di depan umum, Yesus berkata: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4:18-19). Ini adalah visi dan misi yang dimiliki Yesus yang sebenarnya juga sudah diwartakan Yesaya (Yes 61:1-2; 58:6). Yesus adalah terang bagi bangsa-bangsa. Penginjil Yohanes bersaksi: “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” (Yoh 1:4-5). Ia bahkan mengakui diriNya: “Akulah terang dunia” (Yoh 8:12). Dari awal hidupNya Ia menunjukkan diriNya sebagai bintang yang menerangi bangsa-bangsa yang hidup dalam kegelapan (Mat 2:2.9).

Yesus adalah terang yang berlawanan dengan manusia yang banyak diliputi kegelapan. Setelah tiga tahun bersama para muridNya, Ia mengenal kepribadian setiap muridNya. Ia mengenal Petrus yang hatinya terombang-ambing atau tidak tetap pendiriannya. Dialah yang akan menyangakal Yesus tiga kali padahal sebelumnya ia berjanji akan menyerahkan nyawanya bagi Yesus. Yesus mengenal seorang bernama Yudas Iskariot bahkan mengangkatnya sebagai bendahara komunitas meskipun Yesus tahu bahwa Yudas itu mata duitan dan tidak jujur dalam hal keuangan. Ia berlaku seolah-olah memihak kaum miskin tetapi kenyataannya tidak.

Ketika Yesus mengatakan bahwa di antara para muridNya ada yang akan mengkhianatiNya, Petruslah yang bereaksi meminta Yohanes untuk mencari tahu siapakah si pengkianat itu. Masing-masing orang masih dalam kegelapan dan belum mengenal kelebihan dan kekurangannya. Reaksi untuk mempersalahkan orang lain sangat besar di dalam diri masing-masing pribadi. Anehnya, ketika Yesus menunjukkan bahwa Yudas akan mengkhianatiNya, para murid lain pun belum bereaksi karena mata mereka masih tertutup. Mereka hanya mengira bahwa Yudas pergi membeli sesuatu.

Hal lain juga patut kita renungkan. Ketika Yesus mengatakan bahwa Ia akan pergi, para muridNya memiliki reaksi tertentu karena mereka masih berada dalam kegelapan, belum menerima Roh Kudus. Petrus menanyakan kemana Yesus akan pergi. Yesus  tidak menjawab dengan mengatakan nama tempatnya. Yesus hanya mengatakan kelak Petrus juga akan mengikutiNya. Petrus berjanji untuk menyerahkan nyawanya bagi Yesus, tetapi Yesus mengatakan kelemahan Petrus yakni dia akan menyangkal Yesus tiga kali.

Yesus adalah hamba Allah yang menerangi hidup setiap orang. Dua figur di dalam injil mewakili hidup setiap pribadi. Manusia Petrus selalu ada di dalam diri kita. Kita boleh berjanji untuk membaktikan diri bagi Tuhan dan sesama tetapi ingkar janji adalah kebiasaan. Membenarkan diri adalah hal yang selalu ada di dalam diri kita terutama berhubungan dengan janji-janji kita. Petrus menyangkal Yesus tiga kali, kita menyangkal Yesus berkali-kali. Manusia Yudas Iskariot juga ada di dalam diri kita. Yudas Iskariot mengkhianati Yesus satu kali untuk selamanya, kita berkali-kali mengkhianati Yesus! Hebatnya Yesus adalah Ia tetap mengasihi kita.

Doa: Tuhan, ampunilah kami orang berdosa ini. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply