Homili 14 April 2014

Hari Senin, Pekan Suci

Yes 42:1-7

Mzm 27:1,2,313-14

Yoh 12:1-11

Hamba yang bertahan dalam penderitaan

Fr. JohnPada suatu kesempatan saya mengunjungi sebuah keluarga. Di dalam keluarga ini terdapat pembantu rumah tangga yang sudah melayani dua puluh tahun. Pemilik rumah bercerita bahwa pada awal kedatangannya dari kampung, pembantu ini tidak bisa melakukan apa-apa. Ia harus ditraining dalam banyak hal supaya bisa mahir. Misalnya memasak, mencuci, membersihkan kamar dan bagaimana cara menerima telephone yang baik. Banyak kali ia dimarahi karena ia memang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya tetapi ia tetap berjiwa besar dan mau belajar. Lama kelamaan ia menjadi mahir dan bisa melakukan banyak hal di dalam rumah itu. Majikannya merasa senang karena ia sungguh-sungguh mengabdi, berdedikasi tinggi dan ikut melewati situasi yang sulit bersama keluarga majikannya. Pada suatu kesempatan ulang tahunnya saya diminta untuk misa di rumah. Saya bertanya kepadanya kiat apa yang membuatnya bertahan di rumah majikannya selama dua puluh tahun terakhir. Ia menjawab: “Karena saya tahu tugas saya yaitu melayani, dan mengabdi dengan baik. Saya juga berusaha untuk bertahan dalam setiap penderitaan”.

Di dalam hidup ini kita menemukan banyak orang yang mendedikasikan dirinya dalam karya pengabdian dan pelayanan. Mereka adalah para hamba yang banyak kali bertahan dalam penderitaan pribadinya. Mungkin saja ada kekerasan fisik dan verbal dialami oleh pembantu tetapi ia tetap berprinsip untuk setia mengabdi dan melayani dengan sukacita. Ia bertahan dalam setiap penderitaannya. Pembantu yang seperti ini tidak bekerja untuk mendapatkan uang tetapi ia bekerja untuk hidup.

Selama tiga hari pertama dalam pekan suci ini, bacaan pertama diambil dari Kitab nabi Yesaya tentang Himne Hamba yang menderita. Pada hari ini kita mendengar Himne Pertama Hamba yang menderita. Dalam Himne pertama ini, Tuhan sendiri mengakui bahwa Ia berkenan pada hamba pilihanNya, Roh Kudus pun dicurahkan ke atasNya supaya ia dapat menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Sebagai seorang hamba ia juga tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suara di jalanan (Yes 42:1-2).

Tuhan juga memiliki rencana yang indah bagi setiap orang di dalam hidup. Hamba yang menderita ditugaskan untuk berpegang teguh pada hukum dan ketetapan-ketetapan dari Tuhan. Segala pengajarannya dirindukan oleh banyak orang. Selanjutnya Tuhan bersabda: “Aku ini, Tuhan, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara” (Yes 42:6-7).

Gereja perdana membaca himne pertama Hamba yang menderita ini dan melihat kemiripannya dengan Yesus Kristus. Ia taat kepada Bapa. Ia rela berkorban untuk menyelamatkan umat manusia. Ia tidak berteriak dengan suara nyaring sebagai rintihan kesakitan karena penganiayaan. Hal yang justru terjadi adalah Ia tenang dan siap untuk menderita. Mengapa Tuhan Yesus bertahan dalam penderitaan? Karena Ia menyadari bahwa Ia akan melakukan Pekerjaan Bapa dengan sempurna. Ia akan menderita, wafat dan bangkit bagi semua orang.

Di dalam bacaan Injil kita mendengar bahwa enam hari sebelum Paskah Tuhan Yesus mengunjungi Lazarus yang barusan dibangkitkan dari kematian dan kedua saudarinya. Marta melayani, Lazarus ikut makan bersama Yesus sedangkan Maria menyiapkan setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu (Yoh 12:3). Bagi Yesus, tindakan Maria ini untuk mengawali segalanya sebelum Ia menderita, wafat dan dikuburkan. Yesus mengatakan bahwa Ia juga akan diurapi ketika hendak dikuburkan.

Yudas Iskariot menyaksikan kejadian ini dan mengatakan kepada Yesus supaya lebih baik minyak wangi yang harganya sekitar tigaratus dinar itu dijual untuk orang miskin. Yudas bukan peduli terhadap kaum papa miskin tetapi ia seorang bendahara yang suka menyalahgunakan keuangan bersama. Yesus mengatakan orang miskin selalu ada karena bagi mereka Kerajaan Surga tetapi hal mengurapi dengan minyak adalah tanda awal untuk mengingatkan hari penguburanNya. Yesus bertindak bukan sebagai tuan tetapi sebagai hamba yang akan menderita untuk banyak orang. Ia sedang mengalami ancaman pembunuhan dari pihak para imam kepala hanya saatnya belum tepat. Lazarus pun ikut diancam untuk dibunuh oleh orang-orang Yahudi.

Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita untuk belajar bertahan dalam penderitaan. Banyak kali kita mudah putus asa dan menjauh dari Tuhan karena berpikir bahwa Tuhan tidak memihak kita. Semua penderitaan dan aneka pergumulan hidup itu sebenarnya berguna untuk melengkapi penderitaan Kristus yang masih kurang di dalam gereja (Kol 1:24). Hendaknya kita bertumbuh dalam kebajikan-kebajikan sehingga kebajikan itu menjadi harum mewangi seperti minyak urapan bagi hidup banyak orang. Bertahanlah dalam penderitaan dan jangan  lelah dalam mengabdi.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk tabah dalam aneka penderitaan hidup kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply