Homili 23 April 2014

Hari Rabu, Oktaf Paskah
Kis 3:1-10
Mzm 105:1-2,3-4,6-7,8-9
Luk 24:13-35

Menyembuhkan Dalam Nama Yesus

Fr. JohnPada suatu hari ada seorang sahabat yang mengirim pesan singkat kepada saya untuk menanyakan nama para Romo yang memiliki indra ke enam. Saya bertanya kepadanya, apakah benar ada Romo yang memiliki indera ke enam, karena setahu saya, para Romo itu juga manusia biasa dan mereka juga hanya memiliki panca indera. Sahabat itu menjawab biasanya Romo yang memiliki indra ke enam itu bisa melihat roh-roh dan mengusirnya, bisa juga mengetahui masa depan seseorang dan lain sebagainya. Saya mengatakan kepadanya bahwa kalau hal yang begituan hanya Tuhan yang bisa melakukannya, dan Tuhan bisa juga menunjukkan kuasaNya melalui orang-orang tertentu, entah kepada Romo atau pribadi lain sesuai kehendakNya. Di kalangan umat memang suka menganggap pribadi tertentu memiliki indera ke enam. Apabila ada Romo yang dianggap memiliki indera ke enam maka Romo itu laris manis. Dan kalau ia sudah laris manis maka bisa lupa hidup bersama dalam komunitas dan tugas yang sebenarnya untuk melayani sakramen-sakramen bagi seluruh umat Allah. Kalau Romo yang tidak memiliki indera ke enam bisa jadi masuk kategori Romo yang tidak laku. Ini kiranya anggapan-anggapan tertentu terhadap para Romo dalam hidup menggereja dan masyarakat.

Tuhan mengaruniakan kepada setiap pribadi rahmat dan karunia yang berbeda-beda. St. Paulus berkata: “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang” (1Kor12:4-6). Artinya bahwa semua yang ada di dalam diri manusia bukan semata-mata berasal dari kekuatan manusia saja tetapi kekuatan ilahinya selalu berasal dari Tuhan. Bahwa melalui doa seorang Romo atau seorang awam bisa mengusir setan atau penglihatan tertentu bukan semata-mata karena dia kuat dan hebat tetapi semuanya adalah karya Tuhan.

St. Paulus menambahkan, “Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.” (1Kor 12:8-11).

Pada hari ini kita mendengar kisah penyembuhan yang dilakukan Petrus dan Yohanes pada sore hari ketika mereka memasuki Bait Allah untuk berdoa. Mereka melihat seorang lumpuh yang sedang duduk di depan Bait Allah sambil meminta-minta. Dengan belas kasih dari Tuhan, Petrus dan Yohanes mau menunjukkan sikap berbela rasa kepadanya. Petrus berkata: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!” (Kis 3:6). Orang lumpuh itu dibantu untuk berdiri lalu ia dapat berjalan seperti biasa. Petrus dan Yohanes dapat membantu orang lumpuh untuk berjalan bukan karena kekuatan dan kehebatan mereka tetapi mereka menyembuhkannya dalam nama Yesus Kristus.

Belajar dari pengalaman para murid ini, kita seharusnya menyadari bahwa segala pekerjaan yang dikakukan itu bertujuan untuk memuliakan nama Tuhan. Nama Tuhanlah yang harus ditinggikan bukan popularitas pribadi manusia. Mengapa? Karena Tuhan yang melakukan tindakan menyembuhkan orang sakit bukan manusia yang melakukannya. Itu sebabnya memuliakan manusia karena dianggap memiliki indra keenam itu hal yang berlebihan dan tidak kristiani.

Dalam bacaan Injil, kita mendengar kisah dua murid alam perjalanan ke Emaus. Mereka merasa kecewa karena Yesus yang diharapkan menjadi pemimpin mereka disalibkan dan wafat. Meskipun ada kesaksian bahwa Yesus hidup kembali namun kedua murid ini tetap bulat tekad untuk kembali ke Emaus, kampung halaman mereka. Sambil mereka membagi pengalaman bersama tentang Yesus dar Nazaret, Yesus datang dan berjalan bersama mereka. Yesus memilih untuk tidak tahu apa-apa, bertanya tentang apa yang mereka perbincangkan, dan Ia menjelaskan tentang diriNya sebagaimana sudah dikatakan dalam Kitab Taurat, Mazmur-Mazmur, dan Kitab para nabi. Sayang sekali karena kedua murid ini lamban hati dan pikiran untuk memahami pengajaranNya namun satu hal yang baik adalah hati mereka berkobar-kobar ketika mendengarNya. Mereka tiba di Emaus dan kedua murid itu berkata: “Mane nobiscum Domine” (Tinggalah bersama kami). Mereka mengenal Yesus ketika Yesus berekaristi bersama mereka. Konsekuensinya adalah mereka kembali ke Yerusalem untuk memberi kesaksian bahwa Yesus sungguh-sungguh bangkit dari kematian.

Pengalaman akan Allah dapat ditandai lewat usaha yang terus nenerus dalam bekerja dan melayani. Bekerja dan melayani saja belum cukup. Orang harus setia kepada Yesus dan membuka diri kepadaNya. Dengan demikian hati mereka dapat berkobar-kobar dan berani untuk pergi untuk bersaksi bahwa Yesus sungguh-sungguh bangkit. Orang harus merasa bahwa semua yang dilakukan itu demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa.

Doa: Tuhan, Tinggalah beserta kami ya Tuhan. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply