Homili 25 April 2014

Hari Jumat, Oktaf Paskah
Kis 4:1-12
Mzm 118:1-2,4,22-24,25-27a
Yoh 21:1-14

Yesuslah Keselamatan Kita

Fr. JohnSesudah dirimu diselamatkan, jadilah saksi Kristus! Ternyata menjadi saksi Kristus itu tidaklah mudah karena orang harus betul-betul menyerupai Kristus sehingga bisa bersaksi dengan baik dan benar. Tidaklah cukup mengakui Yesus Kristus, tidaklah cukup dibaptis di dalam Gereja kalau hidup pribadi tidak selaras dengan Yesus Kristus sendiri. Banyak orang mengklaim dirinya beragama kristiani tetapi kenyataannya tidak beriman kristiani. Untuk menjadi saksi Yesus Kristus, orang harus belajar berkorban dengan memikul salib setiap hari. Ada semangat untuk rela berkorban seperti Yesus sendiri mengorbankan diriNya bagi keselamatan manusia. Salib adalah pengalaman keseharian kita, yang melukai, menyakitkan, membuat kita dihina dan dicaci maki demi kebaikan sesama. Seorang ibu pernah sharing pengalaman pribadinya, ketika kelompok arisan ibu-ibu mencelanya: “Dasar suaminya tukang selingkuh”. Ia menderita, berdoa, berpuasa demi pertobatan suaminya. Suaminya bertobat dan menjadi suami yang baik. Hingga saat ini ia dan suaminya masih setia satu sama lain, sedangkan ibu yang mengucapkan, “Dasar suami tukang selingkuh” ternyata dia sendiri yang selingkuh dengan suami orang.

Pada hari kita melihat figur Petrus dan Yohanes yang menunjukkan ketaatan dan kesetiaan kepada Kristus. Setelah peristiwa penyembuhan seorang lumpuh di gerbang Bait Allah maka banyak orang takjub dan percaya kepada Yesus. Mereka mengikuti Petrus dan Yohanes dan mau mendengar pengajaran tentang Yesus Kristus yang sudah bangkit. Jumlah mereka makin bertambah banyak dan ini juga menjadi ancaman serius bagi para imam kepala, pemimpin-pemimpin Yahudi dan kaum Saduki. Para pemimpin ini memarahi Petrus dan Yohanes karena mereka mengajar bahwa Yesus dari Nazareth sudah bangkit dari kematian. Tentu saja hal ini menyesatkan banyak orang sehingga Petrus dan Yohanes dimarahi. Kedua murid ini ditangkap dan ditahan di dalam tahanan selama semalam.

Pada hari berikutnya Petrus dan Yohanes diadili. Ini merupakan kesempatan bagi Petrus untuk menyatakan imanya akan Yesus kepada mereka. Petrus berkata: “Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati – bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan – yaitu kamu sendiri – namun ia telah menjadi batu penjuru.Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4: 8-12).

Petrus tampil mengesankan tidak seperti ketika Yesus masih dalam penderitaan. Ia sendiri menyangkal Yesus tiga kali tetapi sekarang berusaha untuk menghadirkan Yesus Kristus di mana-mana bahkan di depan para pemimpin Yahudi. Pokok pewartaan Petrus adalah keselamatan hanya ada dalam nama Yesus yang telah bangkit dengan mulia. Dialah batu yang dibuang dan kini menjadi batu penjuru. Hanya dalam nama Yesus ada keselamatan. Pengakuan iman Petrus dan para rasul lainnya tetap dipegang teguh hingga saat ini di dalam Gereja. Semua mengakui dengan bangga bahwa Yesus Kristus Putera Allah sudah wafat dan bangkit dari alam maut.

Ketika Yesus bangkit dari alam maut, Ia menampakkan diri kepada beberapa orang pilihanNya. Ia mengatakan kepada Maria Magdalena untuk menyampakan para muridNya supaya pergi ke Galilea untuk berjumpa dengan Yesus. Di Galilea para murid akan berjumpa denganNya. Petrus sebagai pemimpin komunitas berkata: “Aku pergi menangkap ikan.” (Yoh 21:3). Para murid yang lain yakni Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain juga mau mengikuti Petrus. Namun semalaman mereka tidak menangkap apa-apa. Lihatlah bahwa para murid seolah-olah kehilangan kepercayaan kepada Yesus. Setelah menyaksikan peristiwa penderitaanNya, mereka memilih kembali Galilea dan melanjutkan pekerjaan yang sudah ditinggalkan selama tiga tahun. Mereka lupa dengan perkataan Yesus bahwa sejak pertemuan pertama itu mereka sudah dijadikan sebagai penjala manusia. Dalam keadaan gelap karena malam, tanpa Yesus sang terang sejati, mereka tidak mendapat apa-apa.

Para murid memang membutuhkan Yesus Kristus. Mereka bekerja sendiri berarti tidak menghasilkan apa-apa. Itu sebabnya ketika Yesus memberi perintah: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” (Yoh 21:16). Mereka bersama Yesus dan memperoleh banyak ikan, jumlahnya 153 ekor ikan. Segala pekerjaan kalau dilakukan bersama-sama dengan Yesus maka mereka akan mendapat banyak buah yang berlimpah dari pekerjaan itu. Yesus menyediakan hidangan dan memberi makan kepada para muridNya. Para saksi Kebangkitan Kristus semakin kuat karena Yesus melayani mereka.

Komunitas Yesus adalah cerminan bagi komunitas manusia. Ada saat di mana semua orang merasa bahagia di dalam hidup, ada saat di mana orang mengalami krisis iman. Untuk itu maka Yesus hendaknya tetap menjadi bagian dari hidup setiap pribadi. Tanpa Yesus manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Dialah keselamatan kita semua.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah keselamatan kami, bantulah kami untuk berani menjadi saksi-saksiMu dalam dunia modern ini. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply