Homili 4 Juli 2014

Hari Jumat, Pekan Biasa XIII
Am 8:4-6.9-12
Mzm 119:2.10.20.30.40.131
Mat 9:9-13

Kekuatan Dua Kata: “Ikutlah Aku!”

Fr. JohnSeorang sahabat membagi pengalamannya tentang panggilan hidupnya sebagai imam. Ia mengatakan bahwa salah satu pertanyaan yang paling sulit dijawab di dalam hidupnya adalah mengapa ia menjadi seorang imam. Baginya panggilan itu sebuah rahasia antara Allah yang memanggil dan dirinya yang menjawabi panggilan itu. Ia lalu membandingkan dirinya dengan rekan-rekan lainnya yang lebih pintar, banyak bakatnya ternyata mereka itu gagal dalam proses pembinaan. Hanya dia bersama beberapa konfraternya yang bertahan hingga saat ini. Maka dengan tegas ia mengatakan bahwa Tuhan memanggil untuk mengikutiNya sesuai dengan kehendakNya sendiri.

Pengalaman sahabat ini mengingatkan saya pada dua kisah di dalam Kitab Suci. Kisah pertama adalah pengurapan Daud menjadi raja oleh Samuel (1Sam 16: 1-13). Pada suatu kesempatan Tuhan menyuruh Samuel untuk berjumpa dengan Isai di Betlehem. Isai mempunya tujuh orang anak laki-laki. Ketika tiba di rumah Isai, Samuel menemui enam anak laki-laki di rumah. Ketika Samuel melihat Eliab dengan kondisi fisik yang bagus, ia berpikir bahwa dialah yang bisa menjadi raja. Tetapi Tuhan berkata: “Jangan pandang parasnya atau perawakan yang tinggi sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia dilihat Allah, manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1Sam 16:7). Isai memanggil anak-anaknya yang lain seperti Abinadab, Syama dan lainnya. Tuhan tidak memilih keenam bersaudara itu. Samuel bertanya apakah masih ada anak yang lain. Isai menjawab bahwa masih ada Daud, si bungsu yang bekerja sebagai penggembala di padang. Daud dipanggil dan ketika tiba, ia langsung diurapi oleh Samuel. Tuhan ternyata memihak Daud, anak bungsu dan bekerja sebagai gembala. Orang yang dilupakan oleh manusia biasanya dikasihi Tuhan secara istimewa.

Kisah kedua adalah kisah panggilan Matius atau Lewi di dalam Injil. Tuhan Yesus mungkin sudah beberapa kali lewat di depan kantornya Matius. Ia memandang Matius yang sibuk dengan pekerjaannya. Tuhan Yesus lewat lagi di depan rumah itu dan memanggil Matius yang sedang duduk di rumah cukai: “Ikutlah Aku” (Mat 9:9). Reaksi Matius adalah ia segera mengikuti Yesus. Matius adalah seorang pemungut cukai, orang biasa-biasa saja bukan seorang religius, terpelajar, populer dan kudus. ia memilihi suatu bentuk hidup dengan penuh kenyamanan karena harta yang banyak dan menggiurkan. Profesinya sebagai pemungut cukai merupakan profesi paling korup di masa itu. Mungkin saja mirip dengan para koruptor di negeri kita saat ini. Manusia sebagai sesama memandang Matius sebagai pemungut cukai yang penuh dosa dan salah. Tuhan Yesus ternyata tidak melihat dosa dan salah Matius seperti penglihatan manusia, Ia justru melihat hati manusia. Tepatlah perkataan Tuhan kepada Samuel di atas: “Manusia melihat apa yang dilihat matanya tetapi Tuhan melihat hati” (1sam 16:7).

Kisah panggilan Matius ini segera dijawabnya karena kuasa dua kata: “Ikutlah Aku” kalimat ini memiliki makna yang mendalam karena mentransformasi seluruh totalitas hidup Matius dan kita yang membaca dan mendengar Injil hari ini. Yesus menggunakan kata “Ikutlah” untuk mengingatkan bahwa Yesus adalah Guru dan Tuhan yang datang ke dunia untuk memanggil orang berdosa supaya diselamatkan (Mat 9:13). Ikutlah berarti Tuhan Yesus menjadi pusat hidup dan kita mengikuti jejakNya. Mengikuti jejak Kristus berarti apa yang dilakukan Kristus itu juga yang menjadi bagian dari hidup kita. Hari demi hari, hidup kita makin serupa denganNya dalam melayani, dan mengasihi sesama. “Aku” mengingatkan kita pada perkataan Allah kepada Musa: “Aku adalah Aku”. Aku adalah Yesus, Tuhan kita bukan baal-baal lain. Yesus adalah satu-satunya Tuhan dan Juru Selamat kita memanggil untuk mengikutiNya.

Mendengar panggilan Yesus: Ikutlah Aku, terjadi transformasi seluruh hidup Matius. Dia sebelumnya hanya seorang manusia yang memupuk kesenangan pribadi dengan harta yang diperolehnya dengan lebih banyak ketidakjujuran menjadi seorang pelayan kasih Allah karena rela melupakan segalanya. Matius menjadi miskin di depan manusia karena mengikuti Yesus dan melayani orang miskin, tetapi menjadi kaya di depan Tuhan karena ia menjadi anak Allah. Yesus tidak memilih Matius karena masa lalunya sebagai pemungut cukai, tetapi Yesus memilih Matius karena melihat hatinya yang terbuka kepada pengajaran dan pedoman hidup sebagai rasulNya.

Kita membutuhkan Tuhan untuk mentransformasi semua orang di negeri tercinta ini. Banyak di antara kita yang hanya terpesona karena cashing, tampak luar atau keadaan fisik sang jagoannya. Tuhan menasihati supaya jangan melihat sisi luarnya saja, lihatlah juga sisi dalamnya. Lihatlah apakah pada saat ini dia sungguh-sungguh tulus? Jangan sampai kita mengulangi pengalaman Samuel yang hanya terpesona pada keadaan fisik saja. Kuasa dua kata: “Ikutlah Aku” sungguh bisa mentransformasi hidup anda dan saya secara prbadi dan bermasyarakat.

Doa: Tuhan, terima kasih atas panggilanMu. Semoga aku mampu membaharui hidupku hari demi hari. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply