Homili 25 Agustus 2014

Hari Senin, Pekan Biasa XXI
2Tes 1: 1-5.11b-12
Mzm 96: 1-2a.2b-3.4-5
Mat 23: 13-22

Bersyukur dan Berdoa

Fr. JohnSaya barusan membaca buah pikiran Mario Teguh, seorang motivator Indonesia terkenal saat ini tentang bersyukur dan berdoa. Tentang bersyukur, ia pernah menulis seperti ini: “Bukan kebahagiaan yang menjadikan seseorang bersyukur tetapi kemampuanmu untuk mensyukurilah yang menjadikanmu pribadi yang berbahagia. Janganlah engkau hanya menunggu agar kebahagiaan datang menghampirimu. Bergeraklah, aktiflah, bergaulah dan bekerjalah karena di dalam keterlibatan-keterlibatan seperti itulah engkau akan menemukan kebahagiaan. Jadilah pribadi yang aktif, tertarik untuk menjadikan dirimu dan para sahabatmu bergembira. Jika ketertarikanmu adalah mengupayakan kegembiraan, kedamaian dan syukur dalam keseharianmu bersama orang lain maka tumbuhlah kebahagiaanmu.”

Tentang berdoa, beliau pernah menulis: “Mudah bagi siapa pun untuk melupakan Tuhan dan bahkan menganggap bahwa dirinya telah cukup saat semuanya aman dan lancar. Tetapi dalam kesulitan yang ancamannya sangat nyata terhadap kebaikan nama dan keselamatan jiwanya, tidak ada orang yang bagaimana pun kerontang hatinya dari iman, yang tidak akan secara rahasia berdoa kepada Tuhan. Marilah kita berdoa, sebelum berdoa dipaksakan atas kita.”

Dua ungkapan hati dari motivator Mario Teguh ini kiranya membantu kita untuk memahami pengajaran St. Paulus dalam bacaan pertama hari ini. Paulus menulis suratnya yang kedua kepada jemaat di Tesalonika dan pada awal suratnya ini, ia memulainya dengan tiga kata penting: salam, ucapan syukur dan berdoa. Tiga hal ini yang terkadang dianggap biasa-biasa saja tetapi seharusnya dianggap luar biasa. Salam berarti damai. Damai merupakan titipan Tuhan (Yoh 14:27) dan setiap kali membawanya, kita akan disebut anak-anak Allah (Mat 5:9). Paulus memulai suratnya dengan menulis: “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.” (2Tes. 1:2). Ini merupakan harapan dari Paulus kepada Tuhan supaya Ia menyertai umatNya dengan kehadiran nyata dalam diri Yesus Kristus. Pernakah anda merasakan penyertaan Tuhan? Kadang-kadang, anda boleh lupa Tuhan tetapi Tuhan tidak melupakan engkau (Yes 49:15).

Paulus menganjurkan jemaat di Tesalonika untuk bersyukur kepada Tuhan. Ia menulis: “Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara.” (2Tes 1:3). Alasan mengucap syukur adalah karena iman jemaat Tesalonika bertambah kepada Tuhan dan makin kuat, sedangkan kasih semakin kuat berkembang di antara mereka. Iman dan kasih membuat jemaat dapat bertumbuh dalam ketabahan hati. Dengan demikian, apa pun kesulitannya, penganiayaan bahkan kematian, jemaat tetap tegar karena Tuhan menyertai mereka. Paulus menulis: “Suatu bukti tentang adilnya penghakiman Allah, yang mengatakan bahwa kamu layak menjadi menjadi warga Kerajaan Allah, kamu sekarang menderita karena Kerajaan itu.” (2Tes 1:5). Inilah yang selalu disyukuri oleh jemaat karena penyertaan Tuhan atas mereka.

Paulus juga menganjurkan jemaat Tesalonika untuk berdoa karena mereja juga berdoa. Paulus, Silwanus, dan Timotius selalu mendoakan jemaat supaya Allah tetap melayakan mereka bagi panggilanNya dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendak mereka untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman mereka. Dengan demikian nama Tuhan Yesus tetap dimuliakan di dalam diri kita dan di dalam diriNya. Nah, berdoa berarti bersatu dengan Tuhan Yesus Kristus. Hanya pada Dialah kita mengungkapkan salam dengan hati yang tak terbagi, syukur atas segala anugerah dari Tuhan selamanya dan berdoa tanpa henti.

Di dalam bacaan Injil, kita mendegar Tuhan Yesus mengecam para ahli Taurat dan kaum Farisi. Para ahli Taurat dan kaum Farisi disebut munafik karena mereka menutup pintu surga dengan ajaran-ajaran yang menyesatkan orang lain, sedangkan mereka sendiri tidak ikut merasakannya. Mereka juga dikecam karena karakusan hidup. Mereka merebut hak-hak orang kecil seperti para janda. Yesus juga mengecam para pemimpin yang dianggapNya buta karena lebih memperhatikan hal-hal duniawi. Tuhan bisa melancarkan kecaman-kecaman ini karena mereka tidak mengusahakan damai, tidak tahu bersyukur dan berdoa kepada Tuhan.

Pada hari ini sabda Tuhan membuka mata dan pikiran kita. Banyak kali kita sulit membangun damai, bersyukur dan berdoa. Mungkin saja kita lupa untuk melakukan semuanya itu. Kita tentu tidak mau dikecam oleh Tuhan karena kelemahan manusiawi seperti ini. Mari kita menjauhi kecaman Tuhan dengan melakukan segala perintahNya.

Doa: Tuhan, semoga hari ini kami bisa membawa damai, bersyukur dan senantiasa berdoa kepadaMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply