Homili 26 Agustus 2014

Hari Selasa, Pekan Biasa XXI
2Tes 2:1-3a.13b-17
Mzm 96: 10.11-12a.12b-13
Mat 23: 23-26

Ia memanggil kamu karena Injil!

Fr. JohnSalah satu persoalan yang dihadapi oleh gereja perdana adalah soal hari kiamat atau akhir zaman. Yesus pernah berkata tentang kedatangan Anak Manusia serta tanda-tanda yang mendahului kedatanganNya. Tanda-tanda yang disampaikan Yesus, misalnya matahari menjadi gelap, bulan tidak bercahaya, bintang berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit bergoncangan. Dalam suasana seperti ini, Anak Manusia akan datang dalam kekuasaan dan kemuliaanNya. Langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataanNya tidak akan berlalu. Namun dengan tegas Yesus juga berkata bahwa tentang hari dan saat itu tidak seorang pun tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri. (Mat 24:29-30.36; Mrk 13:31- 32).

Rupa-rupanya ketika mewartakan Injil di Tesalonika, Paulus juga menyinggung tentang hari kedatangan Tuhan. Orang-orang pada masa itu juga memahaminya sebagai akhir zaman dan merasa bingung. Mungkin pertanyaan mereka adalah soal waktu yang tepat sesuai kategori waktu manusia. Maka dari Paulus menasihati mereka supaya tidak merasa bingung dan gelisah. Mereka juga diingatkan untuk tidak memberi diri untuk disesatkan dengan berbagai cara apapun oleh pihak lain.

Mengapa Paulus menasihati mereka demikian? Paulus merasa bahwa Allah turut bekerja di dalam komunitas Tesalonika. Ia dan rekan-rekannya menyatakan syukur kepada Tuhan karena jemaat di Tesalonika ini merupakan pilihan Allah. Mereka telah menerima warta sukacita (euangelion) dari Tuhan melalui Paulus dan rekan-rekannya untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan dan kebenaran yang mereka percayai. Allah sendiri telah memanggil jemaat di Tesalonika supaya bisa menikmati kemuliaanNya karena pewartaan Paulus dan rekan-rekannya. Maka dari pada bingung dengan hari Tuhan, mereka sebaiknya berdiri dengan teguh sambil menikmati kemuliaan Tuhan dengan berpegang pada ajaran Injil yang mereka terima secara lisan maupun tertulis. Pulus dan rekan-rekannya menghibur jemaat dengan mengatakan bahwa Allah Tritunggal Yang Mahakudus tetap mengasihi dan menghibur mereka selamanya.

Kisah hidup Misioner Paulusdi Tesalonika ini memang terasa luar biasa. Lihatlah bagaimana seorang gembala meyakinkan domba-domba yakni umatnya yang lagi kebingungan karena ajaran tentang akhir zaman yang menyesatkan. Saya membayangkan bahwa para gembala zaman ini kalau berbicara tentang akhir zaman pasti membuat banyak orang lebih merasa bingung karena semua orang mengetahui desas-desus itu dari media sosial.

Beberapa tahun yang lalu dunia digemparkan dengan ramalan suku Maya kuno yang memprediksi bahwa akhir dunia itu akan terjadi pada tanggal 23 Desember 2012. Ini merupakan sebuah prediksi yang menipu banyak orang. NAZA sebagai badan penerbangan dan antariksa Amerika Serikat kebanjiran email dengan pertanyaan yang sama yakni apakah benar hari kiamat akan terjadi pada tanggal 23 Desember 2012. Namun sayang sekali karena NAZA pun tidak mampu memberi penjelasan yang masuk akal dan dapat dibuktikan tentang fenomena akhir zaman. Maka lebih tepatlah perkataan Yesus: “Tentang hari dan saat itu tidak seorang pun tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri. (Mat 24:36; Mrk 13:32). Itu urusan Tuhan Allah bukan urusan kita sebagai manusia.

Selanjutnya, apa yang dapat kita lakukan? Kita menghidupi hidup ini sebagai pengikut Kristus yang setia selamanya. Di dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus melanjutkan kecamanNya terhadap para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka dicap sebagai orang munafik karena persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan mereka dapat membayarnya tetapi mengabaikan unsur yang lebih penting dalam hukum Taurat yaitu keadilan, belas kasih dan kesetiaan. Di sini, Yesus mau menekankan kepada mereka bahwa belumlah cukup membayar perpuluhan. Membayar perpuluhan Itu memang satu aturan main untuk berbagi dalam kebersamaan di komunitas. Namun demikian ada hal lain yang harus dimiliki oleh para ahli Taurat dan orang Farisi yakni membangun keadilan, memiliki rasa belas kasihan dan memiliki kesetiaan hidup. Ketiga unsur penting dalam hukum Taurat inilah yang harus dilakukan di dalam hidup seorang Yahudi. Keadilan sosial hendaknya dirasakan oleh semua orang sebagaimana dikemukakakan para nabi (Am 5:24; Hos 4:1-2). Dari keadilan sosial, lahirlah bibit-bibit belas kasihan, dalam hal ini sikap bathin untuk memahami betapa pentingnya menghidupi berkeadilan sosial. Dengan belas kasih untuk menghidupi keadilan sosial maka lahirlah kesetian sebagai pemenuhan kehendak Allah.

Mereka juga dikecam karena lebih mementingkan hal-hal lahiria bukan rohaniah. Misalnya mereka membersihkan cawan dan pinggan bagian luar dan lupa membersihkan bagian dalamnya yang lebih kotor. Demikian juga manusia, tampak luarnya baik tetapi bagian dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Sebaiknya menurut Yesus, bagian dalam haruslah bersih lebih dahulu baru bagian luarnya. Orang bisa dikatakan baik bukan semata-mata berdasarkan tampak luarnya, bukan cashingya tetapi bagian dalam. Tuhan sendiri melihat hati manusia bukan tampak luarnya. Kita mengingat perkataan Tuhan kepada Samuel di rumah Isai: “Jangan pandang parasnya atau perawakannya yang tinggi, sebab aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1Sam 16:7).

Pada hari ini iman kita diperkuat oleh perkataan Paulus bahwa kita semua juga menjadi pilihan Allah untuk diselamatkan. Ia memanggil kita kepada keselamatan karena Injil uang kita terima. Injil sebagai khabar sukacita itu memiliki daya untuk mengubah hidup kita menjadi sempurna sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan Yesus juga meneguhkan kita untuk membangun keadilan, belas kasih dan kesetiaan di dalam hidup. Hendaknya kita hidup dalam kekudusan! Ia memanggil anda dan saya karena InjilNya.

Doa: Tuhan, terima kasih atas Injil yang Engkau berikan kepada kami melalui para rasulMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply