Homili 29 Agustus 2014

Kemartiran Yohanes Pembaptis
Yer 1:17-19
Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17
Mrk 6:17-29

Suara Kebenaran dan Keadilan!

Fr. JohnAda seorang sahabat yang selalu mengingat nasihat gurunya tempo doeloe: “Kamu bisa menjadi manusia kalau bisa hidup jujur.” Gurunya semasa Sekolah Dasar itu sudah meninggal dunia tetapi nasihatnya ini tetap diingat para muridnya. Sahabat itu masih mengingat posisi di mana gurunya berdiri sekolah, pakaian safari dan suaranya yang tajam selalu mengiang di telinganya. Kata-kata sang guru ini mengubah hidupnya terutama ketika masuk dalam dunia kerja. Ia selalu berusaha untuk menjadi orang jujur. Pada saat ini ia mengakui bahwa perkataan sang guru sungguh nyata. Ia merasa menjadi manusia karena ia selalu berusaha hidup jujur di hadapan Tuhan dan sesama. Memang suara orang benar itu bisa mengubah hidup manusia.

Pada hari ini kita merayakan peringatan kematian Yohanes Pembaptis. Ia wafat sebagai martir karena menyuarakan kebenaran dan keadilan. Yohanes datang ke dunia sebagai suara yang menyiapkan jalan bagi Mesias. Ia tidak hanya mengajar dengan suaranya tetapi juga dengan memberi seluruh hidupnya melalui kematiannya karena menyuarakan kebenaran dan keadilan dalam hidup bersama. Kisah kematiannya juga dramatis seperti kisah-kisah dalam dunia Perjanjian Lama (2Mak 6:18-31; 7; dan kisah Ester).

Penulis Yudaisme kuno Giuseppe Flavio, dalam tulisan-tulisannya juga mengisahkan tentang kehidupan Yohanes Pembaptis, khususnya ketika dipenjara oleh Herodes di Macheronte hingga  dibunuh. Baginya kematian Yohanes Pembaptis bukan karena sikap protesnya terhadap Herodes tetapi lebih merupakan motivasi politik tertentu. Herodias adalah putri dari Aristobulos (Putra Herodes Agung dan Mariam). Ia adalah anak istri pertama Herodes, saudara sepupuh dari Herodes Antipas yang berdiam di Roma. Mungkin Herodes ini memiliki nama kedua yakni Filipus, mungkin juga Penginjil Markus keliru karena ada juga Filipus Tetrarka dari Iturea dan Trakonitide, yang kemudian menikahi Salome, putri Herodias.

Skandal yang menjadi kritikan dari Yohanes Pembaptis bukan menyangkut perceraian antara Herodes Antipas dengan putri Areta melainkan hidup bersama dengan istri saudara sendiri sebagaimana diatur dalam Kitab Perjanjian Lama. Bagi Yohanes, hidup bersama seperti ini tidak baik apalagi bagi seorang pemimpin. Hal ini juga bisa kita baca misalnya di dalam Kitab Imamat dikatakan: “Janganlah kausingkapkan aurat isteri saudaramu laki-laki, karena itu hak saudaramu laki-laki.” (Im 18:16). Di dalam Kitab yang sama juga dikatakan juga: “Bila seorang laki-laki mengambil isteri saudaranya, itu suatu kecemaran, karena ia melanggar hak saudaranya laki-laki dan mereka akan tidak beranak.” (Im 20:21). Teguran Yohanes Pembaptis ini membuat ia dipenjarakan di Macheronte.

Penginjil Markus mengisahkan bahwa Herodes memiliki perasaan tertentu terhadap Yohanes Pembaptis: “Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.” (Mrk 6:20). Tetapi Herodias memiliki niat supaya Yohanes harus dilenyapkan. Keinginan daging, kebencian biasanya lebih menguasai orang yang hidup dalam kegelapan.

Penginjil Markus mengisahkan bahwa Salome, putri Herodias adalah satu-satunya penari yang menyenangkan di dalam pesta ulang tahun raja Herodes. Padahal biasanya para penari itu adalah para hamba dan pelacur untuk menghibur para tamu dan undangan. Tetapi di sini hanya tampil Salome. Herodes menggunakan kuasanya dengan berjanji untuk memberi apa saja yang diminta oleh Salome. Herodes mau memberi setengah dari kerajaan kepadanya (Mrk 6;23; Est 5:3; 7:2). Salome tidak langsung setuju tetapi masih bertanya kepada ibunya Herodias. Ibunya menyuruh untuk meminta kepala Yohanes Pembaptis di atas sebuah talam. Yohanes Pembaptis pun dieksekusi untuk menyenangkan hati Herodias. Semua nafsunya terpenuhi! Sisa tubuh Yohanes Pembaptis kemudian dikebumikan para muridnya di Sebaste, daerah Samaria lama.

Pengalaman Yohanes Pembaptis mirip dengan pengalaman Yeremia dalam bacaan pertama. Tuhan berpesan kepada Yeremia: “Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!” (Yer 1: 17). Seorang nabi menunjukkan kesetiannya untuk terus mengatakan perkataan Tuhan bukan perkataannya sendiri. Maka dalam situasi apa saja ia harus berani, bahkan menyerahkan nyawanya. Yeremia tidak gentar untuk menyerukan kebenaran dan keadilan. Tuhan sendiri berkata kepadanya: “Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau.” (Yer 1:19).

Pada hari ini kita semua dikuatkan oleh teladan hidup Yohanes Pembaptis. Ia datang sebagai suara yang berseru di padang gurun untuk menyiapkan kedatangan Mesias. Ia menyerukan seruan tobat dan membaptis orang supaya bertobat. Ia memperkenalkan Yesus sebagai Anak Domba Allah dan para muridnya mengikuti Yesus. Ia rendah hati dan mengakui bahwa Yesus harus semakin besar dan dirinya harus semakin kecil. Orang benar di hadapan Tuhan selalu rendah hati. Yesus sendiri memuji Yohanes dengan berkata: “Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.” (Mat 11:11; Luk 7:28).

Gereja memiliki tugas mulia untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran. Kalau ya katakan ya, kalau tidak katakan tidak. Mungkin saja dalam bersuara, gereja dalam hal ini umat Allah dibenci dan dikucilkan, tetapi perlahan-lahan suara orang benar akan berbuah kebaikan. Gereja misalnya menyuarakan kejujuran maka umatnya harus jujur bukan menjadi pembohong, koruptor dan berlaku tidak adil terhadap sesama. Kisah Yohanes Pembaptis menyadarkan kita untuk tidak berhenti berjuang dan bersuara demi kebaikan banyak orang.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk memiliki suara hati yang jernih supaya dapat memperjuangkan kebenaran dan keadilan dalam hidup kami setiap hari. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply