Homili 4 September 2014

Hari Kamis, Pekan Biasa XXII
1Kor 3:18-23
Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6
Luk 5:1-11

Kamu adalah milik Kristus

Fr. JohnPada suatu hari ada sekelompok orang muda yang mengikuti Bible Camp dan ditugaskan untuk membuka alkitab masing-masing. Kalimat pertama yang dilihat dalam Alkitab akan dipakai sebagai sumber untuk membagi pengalaman rohaninya. Ada seorang anak yang begitu membuka Alkitab langsung menemukan kalimat: “Sangkamu Aku ini penyamun.” (Mat 26:55). Seorang lagi membuka Alkitab dan menemukan kalimat pertama: “Enyahlah, iblis!” (Mat 4;10). Seorang anak yang sakit-sakitan membuka Alkitabnya dan menemukan kalimat: “Kamu adalah milik Kristus.” (1Kor 3:23). Masih banyak lagi yang menemukan ayat-ayat spontan dan mengejutkan. Meskipun demikian mereka tetap berani membagi Sabda tersebut sesuai dengan pengalaman dan pemahaman mereka sendiri. Hal yang menarik adalah kalimat-kalimat itu memiliki daya yang luar biasa sehingga mampu mengubah kehidupan mereka juga.

Pada hari ini kita mendengar kisah lanjutan misi Paulus di Korintus. Ketika dia menjelajahi daerah ini, ia menemukan ada empat kelompok di dalam jemaat. Ada jemaat yang pro Paulus, Apolos, Kefas dan Yesus Kristus (1Kor 1:12). Jadi jemaat sendiri hidup dalam kotak-kotak tertentu. Oleh karena itu salah satu tugas mulia dari Paulus adalah mendamaikan jemaat yang terkotak-kotak ini. Ia berusaha meyakinkan mereka supaya bersatu dan memfokuskan perhatian kepada Kristus Yesus Tuhan kita. Di samping pengkotakan berdasakan figur, jemaat di Korintus juga terkotak-kotak berdasarkan manusia dunia. Artinya mereka masih hidup berdasarkan status sosial, memiliki hikmat dan tidak berhikmat. Harapan Paulus adalah jemaat itu sehati sejiwa bukan terkotak-kotak. Kehadiran Paulus mengubah hati banyak orang yang keras menjadi lembut.

Paulus dengan kuasa sebagai rasul menegur dengan keras jemaat di Korintus. Ia berterus terang kepada jemaat bahwa mereka janganlah menipu dirinya terutama mereka yang merasa memiliki hikmat menurut dunia. Mereka sebenarnya menjadi bodoh supaya bisa berhikmat. Bagi Paulus, hikmat dunia adalah kebodohan bagi Allah oleh karena itu sebagai manusia diharapkan untuk tidak memegahkan diri. Ini hanya merupakan sikap sombong manusia saja dan tidak berguna di hadirat Allah.

Menurut Paulus, janganlah orang-orang memegahkan diri atas diri mereka sendiri. Segalanya adalah milik mereka maka untuk apa bermegah. Segalanya adalah miliki jemaat di Korintus. Kesadaran baru yang dilakukan oleh Paulus adalah mengingatkan jemaat di Korintus bahwa mereka semua adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah. Ini berarti kita semua adalah milik Allah karena jasa Yesus Kristus.

Pertanyaan bagi kita semua adalah apakah kita sungguh-sungguh menyadari diri kita sebagai milik Tuhan. Orang yang menyadarinya pasti akan selalu bersyukur kepada Tuhan. Apakah anda pernah bersyukur karena mendapat anugerah tertentu dari Tuhan? Ataukah anda merasa masa bodoh saja? Inilah adalah situasi yang dirasakan saat ini.

Di dalam bacaan Injil Lukas kita mendengar kelanjutan kisah menarik tentang Yesus. Kali ini Ia berdiri di tepi pantai danau Genazaret. Banyak orang mengerumuniNya dan mendengar sabda Allah. Ia juga memperhatikan para nelayan sederhana yang sedang sibuk membereskan jala mereka. Salah seorang yang sedang bekerja sebagai nelayan saat itu adalah Simon. Yesus menggunakan perahu Simon untuk mengajar banyak orang. Setelah mengajar, Yesus menyuruh Simon untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam (duc in altum) untuk menebarkan jala dan menangkap ikan. Simon merasa diri lebih mengerti situasi di danau sebagai nelayan maka ia memberi alasan kepada Yesus bahwa tidaklah mungkin menangkap ikan lagi. Ini semua berdasar pada pengalaman semalaman bekerja dan tidak menangkap apa-apa. Namun Simon dan rekan-rekannya menyadari perintah Yesus dan mengikutinya. Hasilnya mengagetkan. Mereka mendapat banyak ikan dan jala pun tidak koyak.

Kesadaran iman muncul dalam diri Simon. Ia tersungkur di depan Yesus karena merasa berdosa yakni belum percaya kepada Yesus. Yesus menguatkan mereka dan berkata: “Mulai sekarang, kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (Luk 5:10). Sejak saat itu mereka meninggalkan pekerjaan sebagai penjala ikan dan memulai babak kehidupan baru sebagai penjala manusia.

Kisah Injil ini menarik perhatian kita semua. Galilea adalah tempat di mana benih-benih iman kepada Kristus ditabur dan mulai bertumbuh. Yesus menggunakan momen-momen yang tepat untuk mengajar dan mengubah hidup manusia. Bayangkanlah sekarang sebuah pantai dan nelayan-nelayannya. Yesus sedang berada di atas perahu dan mengajar banyak orang. Simon sang nelayan ikut menyaksikan situasi ini maka tepatlah secara simbolis dia diajak Yesus untuk berduc in altum, bertolak ke tempat yang lebih dalam. Iman mereka harus semakn kuat supaya bisa mengubah hidup banyak orang menjadi bagian dari Kristus. Yesus mengajak Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes untuk menyadari diri sebagai milikNya dan membawa banyak orang untuk menjadi milik Kristus. Peralihan dari status sebagai penjala ikan menjadi penjala manusia. Inilah tanda orang menjadi milik Kristus.

Pada hari ini sabda Tuhan mengingatkan kita untuk selalu sadar dan bertumbuh menjadi milik Kristus. Kita patut berbangga karena segalanya adalah milik kita. Itulah anugerah luhur dari Tuhan Yesus bagi kita semua. Anugerah yang besar adalah ketika kita diubah dari hidup yang biasa-biasa menjadi luar biasa yakni menjadi mitra kerjaNya untuk membawa banyak orang hidup sejahtera lahir dan bathin. Ini adalah tugas kita sebagai penjala manusia: menjadikan sesama kita sejahtera lahir dan bathin.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk selalu bersyukur kepadaMu, karena ternyata kami adalah milikMu. Banyak kali kami tidak menyadarinya dengan baik dan lupa mengucapkan syukur kepadaMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply