Homili 18 September 2014

Hari Kamis, Pekan Biasa XXIV
1Kor 15:1-11
Mzm 118:1-2.16ab-17.28
Luk 7:36-50

Yesus hidup dan menyelamatkan kita

Fr. JohnSanto Paulus melanjutkan pengajarannya kepada jemaat di Korintus. Setelah menyampaikan Himne yang indah tentang Cinta Kasih, ia masuk lebih dalam lagi pada sumber cinta kasih itu sendiri yakni Yesus Kristus dan InjilNya. Ia mengingatkan jemaat di Korintus tentang Injil yang sudah diwartakannya kepada mereka, sudah diterima dan bahwa mereka juga teguh berdiri di dalamnya. Injil menjadi sumber kekuatan rohani bagi mereka supaya semakin mengenal dan mengasihi Yesus Kristus. Karena Injil maka mereka dapat memperoleh keselamatan asal selalu berpegang teguh padanya. Harapan Paulus ini memang patut diperhatikan karena jemaat di Korintus mengenal Kristus dari Injil yang diwartakannya lagi pula situasi sosial yang masih dikuasai oleh imoralitas dan kuasa orang-orang kafir saat itu.

Pesan Paulus yang paling penting kepada jemaat di Korintus kali ini adalah supaya mereka dapat mengenal lebih dalam Yesus dan misteri paskahNya. Inilah inti pewartaan tentang Paskah Kristus menurut: “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.” (1Kor 15:3-8).

Hal-hal penting yang ditekankan oleh St. Paulus adalah pertama, Kristus telah wafat di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia sesuai Kitab Suci. Kedua, Kristus bangkit dengan jaya pada hari ketiga sesuai dengan Kitab Suci. Ketiga, Kristus menampakkan diriNya setelah bangkit dari kematian kepada para murid termasuk Paulus sendiri. Paulus bahkan merendahkan diri dengan mengatakan dirinya: “Seperti anak yang lahir sebelum waktunya.” (1Kor 15:8). Mengapa Paulus mengatakan dirinya demikian? Karena ia merasa tidak layak di hadirat Tuhan Yesus, ia pernah menganiaya jemaat. Namun hal yang membuatnya menjadi kuat adalah kasih karunia Allah yang berlimpah-limpah dalam dirinya. Kasih karunia Allah itu mengubah seluruh hidupnya.

Menyadari kasih dan kemurahan Tuhan maka dengan bangga Paulus melayaniNya. Ia mengaku bekerja keras untuk mewartakan Injil karena kekuatan kasih karunia Allah di dalam dirinya. Ia tidak pernah merasa menyesal dengan panggilan untuk mewartakan Injil. Ia sudah mengatakan prinsipnya kepada jemaat di Korintus: “Celakalah aku kalau tidak mewartakan Injil.” (1Kor 9:16). Paulus bisa memiliki prinsip demikian karena ia merasakan pengampunan yang besar dari Tuhan dan kasih setia Tuhan yang melingkupinya. Pengampunan besar diterimanya maka kasih yang besar juga akan diberikannya kepada Tuhan.

Di dalam bacaan Injil kita mendengar kisah lawatan Yesus ke rumah Simon, seorang Farisi. Yesus dijamu di rumah Simon bersama para tamu yang lain. Pada waktu itu datanglah seorang wanita pendosa, tanpa nama yang terkenal di kota itu. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. Tindakan wanita ini menunjukkan kerendahan hatinya sebagai pendosa dan memohon pengampunan yang berlimpah dari Tuhan.

Reaksi yang muncul berbeda-beda. Simon yang empunya rumah berpikiran jelek terhadap Yesus dan wanita itu. Ia berpikir dalam hatinya tentang Yesus bahwa kalau sekiranya Ia mengenal wanita itu sebagai seorang pendosa, mengapa ia membiarkan dirinya disentuh oleh wanita itu. Ia juga berpikir tentang wanita itu sebagai pribadi yang berdosa, mengapa berani mendekatkan dirinya kepada Yesus. Yesus menegur Simon untuk membuka diri terhadap realitas dunia yang sebenarnya. Ada banyak orang berdosa yang ada di sekitarnya dan patut untuk diampuni dan dikasihi. Akhir kisah, Yesus dengan tegas mengampuni wanita pendosa itu, karena imannya kepada Yesus.

Pada zaman ini kita menemukan banyak orang yang miskin, menderita, pendosa yang butuh sentuhan tangan kasih, bukan hanya dari Tuhan tetapi juga dari kita semua. Menurut St. Paulus, kita masing-masing membentuk Tubuh Mistik Kristus dengan aneka charisma yang diberikan Tuhan maka patutlah kita juga menyentuh dengan kasih melalui pelayanan-pelayanan kepada mereka. Tuhan Yesus mengasihi kaum pendosa bukan mengasihi dosa para pendosa.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh menjadi baru. Sadarkanlah kami untuk bertobat dan kembali ke jalanMu. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply