Homili 22 September 2014

Hari Senin, Pekan Biasa XXV
Ams 3:27-34
Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5
Luk 8:16-18

Cahayamu Jangan Padam!

Fr. JohnAda sebuah keluarga yang sederhana. Mereka tinggal di sebuah kampung yang terpencil. Pekerjaan keluarga itu adalah petani sederhana. Salah satu hal yang istimewa dari keluarga itu adalah figur sang bapa keluarga. Ia tekun berkarya di kebun, tetapi selalu menyediakan waktu sebagai guru agama di kampung tersebut. Ia menyisihkan waktu untuk mengajar katekismus kepada anak-anak di rumahnya, dan selalu aktif di dalam kegiatan-kegiatan gereja. Semua orang di kampung itu merasa segan terhadapnya karena ia tegas dan berwibawa. Ia juga menunjukkan teladan sebagai bapak keluarga yang baik. Ketika merayakan hari ulang tahunnya yang ke-70, diadakan misa syukur dan perjamuan bersama. Anak-anaknya menyiapkan tulisan yang indah: “Cahayamu jangan padam!” Salah seorang anak memberikan sambutan di depan ayahnya dengan manegakui bahwa selama ini ayahnya selalu memberi inspirasi yang bagus. Ia adalah bapa yang baik di dalam keluarga, setia dalam perkawinan dan sanggup mendidik anak-anaknya. Dia tekun dalam semua pekerjaan mulai dari kebun hingga gereja tanpa hitung-hitungan. Ia juga menjadi sahabat untuk semua orang. Sapaan-sapaannya selalu menghidupkan. Ia menjadi cahaya di dalam keluarga maka semoga cahanya jangan padam.

Ini adalah sebuah pengalaman yang bagus di dalam sebuah keluarga. Ayah laksana lampu yang bercahaya di dalam rumah. Banyak orang terutama anak-anak merasakan adanya kehidupan di dalam keluarga. Banyak keluarga yang membutuhkan figur tertentu sebagai cahaya yang menerangi setiap orang di dalam keluarga. Banyak anak-anak remaja dan orang-orang muda yang membutuhkan figur orang tua sebagai cahaya yang menerangi kehidupan mereka. Ada seorang anak muda yang merasa begitu bahagia, setelah kembali dari kantor mendapat pelukan dari ayahnya. Semua beban seharian di kantor seakan hilang.

Pada hari ini kita medengar kisah Injil yang sangat bagus tentang cahaya pelita. Apa yang mau dikatakan tentang cahaya pelita dalam hubungannya dengan Kerajaan Allah? Pada zaman dahulu pelita itu memiliki manfaat yang sangat penting bagi manusia. Belum ada listrik dan sumber energy lain yang menghasilkan cahaya. Tentu saja kita semua mengalami kesulitan kalau berada di tempat yang gelap. Orang-orang Yahudi memahami cahaya sebagai keindahan batinia (inner beauty), kebenaran dan kebaikan Allah. Daud pernah berdoa: “Di dalam terangMu, kami melihat terang” (Mzm 36:6). Di dalam Mazmur 119:105, Daud berdoa: “FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”

Tuhan Yesus berkata: “Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.” (Luk 8:6-7).Bagi Yesus, pelita yang bernyala haruslah diletakkan di tempat yang tinggi supaya menerangi semua orang bukan di tempat yang tersembunyi.

Tuhan Yesus pernah berkata: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunya terang hidup” (Yoh 8:12; 9:5). Yesus sebagai terang dunia pernah melewati masa kecil sebagai terang yang menarik banyak orang kemudian mengalami hidup tersembunyi di Nazareth dan pada akhirnya tampil di depan umum lagi sebagai terang dunia. Yesus sebagai Sabda Hidup menerangi pikiran hati banyak orang. SabdaNya menjadi kekuatan yang dahsyat, yang mengubah hidup banyak orang hingga saat ini.

Terang Tuhan melalui kemuliaan dan SabdaNya dapat membebaskan kita dari kebutaan dosa sehingga kita juga dapat berjalan dalam kebenaran dan kebaikan. Terang Tuhan tidak hanya menerangi kegelapan tetapi memenuhi hidup kita dengan sukacita dan damai. Setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus akan menerima cahayaNya dan cahaya yang sama akan dibagikan kepada sesama yang lain. Injil sebagai sabda sukacita diwartakan kepada semua orang yang baik dan jahat. Tuhan akan menerangi hidup mereka supaya mereka juga bisa melihat terangNya.Tuhan Yesus mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan. Yesus mau mengatakan kepada kita untuk menghidup terang kebenaran Allah, keindahan dan kebaikan. Semua yang kita hidupi ini bukan hanya untuk diri kita tetapi untuk semua orang.

Tuhan Yesus juga berkata: “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.” (Luk 8: 18). Yesus adalah terang dunia. Maka dapatlah dikatakan bahwa Terang merupakan Sabda Tuhan kepada manusia. Untuk itu manusia haruslah memiliki kemampuan untuk mendengar dengan baik. Dengan mendengar maka orang itu akan semakin diperkaya oleh rahmat-rahmat dari Tuhan tanpa mendengar sabda orang itu tidak berguna.

Apa yang harus dilakukan oleh orang yang bersatu dengan Tuhan sang cahaya dunia? Bacaan pertama hari ini mengingatkan kita untuk memiliki kemampuan mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri. Di samping itu kita perlu juga menjaga diri kita supaya tetap bersifat tulus dan ikhlas kepada sesama. Mengapa demikian? Karena selalu saja ada kecendrungan di dalam hidup kita untuk bertindak tidak manusiawi terhadap sesama. Penulis kitab Amsal memberi nasihat untuk menghindari hal-hal yang berlawanan dengan sesama: jangan menahan kebaikan terhadap orang yang menerimanya, jangan menolak orang yang meminta dari padamu, jangan merencanakan kejahatan terhadap sesama, jangan bertengkar dan jangan iri hati. Hal-hal ini selalu ada di dalam diri kita. Mari kita tinggalkan hidup lama dalam kegelapan dan memasuki hidup baru bersama Tuhan.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk menjadi terang bagi sesama. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply