Homili 5 Desember 2014

Hari Jumat, Pekan I Adven
Yes 29:17-24
Mzm 27:1,4,13-14
Mat 9:27-31

Semoga Aku Melihat…

Fr. JohnBeberapa hari yang lalu, saya menemukan sebuah pembatas buku dalam buku Misa Harian. Ada ikon yang bagus, menggambarkan tetang dua orang buta yang sedang bertatapan muka dengan Yesus. Ada juga tulisan yang keluar dari mulut kedua orang buta itu: “Signore, voglio vedere!” (Tuhan, semoga saya bisa melihat). Sambil memegang pembatas buku itu saya juga membayangkan diri saya sedang memohon kepada Tuhan supaya bisa melihat dengan mata Tuhan di masa adven ini. Mata yang memandang dengan penuh kasih, mata yang memandang dengan berbelas kasih kepada sesama seperti Tuhan sendiri lakukan kepada semua orang. Saya juga merasa diteguhkan oleh perkataan Yesus ini: “Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” (Mat 13:16-17). Kata-kata Yesus ini sangat meneguhkan hati.

Pada hari ini kita mendengar sebuah kisah Injil. Yesus sedang dalam perjalanan. Ada dua orang buta mengikutiNya sambil berseru: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.” (Mat 9: 27). Kemungkinan besar kedua orang buta ini pernah mendengar tentang Yesus dari Nazaret, keturunan Raja Daud, sehingga mereka pun menyapa Yesus: “Anak Daud”. Mereka percaya bahwa Yesus akan membuka mata mereka untuk melihat kembali. Apa yang diharapkan oleh Yesus dari kedua orang buta ini? Yesus hanya meminta supaya mereka memiliki iman yang teguh. Mengapa? Karena iman kepada Tuhan dapat menyelamatkan kita.

Hal menarik yang patut kita ingat adalah, pertama, di pihak kedua orang buta, mereka memiliki iman dan sungguh percaya bahwa Tuhan Yesus akan menyembuhkan mereka. Hal ini mereka ungkapkan dengan memanggil Tuhan Yesus sebagai Anak Daud. Mereka juga mengikutiNya sambil berseru meminta pertolongan kepada Tuhan Yesus (berdoa). Keinginan yang terbesar dari mereka adalah supaya mereka bisa malihat, merasakan terang. Kedua, Tuhan Yesus itu peka dengan kebutuhan manusia. Ia mendengar namanya disapa, merasa bahwa manusia mengandalkanNya, maka terdorong oleh belas kasihNya dan dengan melihat iman mereka maka Ia menyembuhkan mereka.

Kisah ini membuka wawasan kita. Kedua orang buta yang berseru dan memohon kesembuhan kepada Tuhan Yesus menampilkan dua karakter ganda. Kedua orang ini bisa benar-benar buta secara fisik sehingga membutuhkan Tuhan Yesus untuk menyembuhkan mereka dari sakit penyakit yang mereka alami. Kedua orang buta ini bisa juga mengalami buta secara rohani (gaya hidup materialistis dan konsumeristis), buta secara moral (kehilangan rasa berdosa dan bersifat keras kepala) dan kebutaan intelektual (ketidaktahuan), kebutaan sosial (tindakan tidak adil), kebutaan emosional (depresi dan ketidakmampuan untuk memaafkan).

Nabi Yesaya dalam bacaan pertama membangkitkan semangat umat Israel di Babel untuk merasakan keselamatan yang datang dari Allah kita. Ia juga menghibur umat Israel tentang saat keselamatan dengan berkata: “Pada waktu itu orang-orang tuli akan mendengar perkataan-perkataan sebuah kitab, dan lepas dari kekelaman dan kegelapan mata orang-orang buta akan melihat. Orang-orang yang sengsara akan tambah bersukaria di dalam Tuhan, dan orang-orang miskin di antara manusia akan bersorak-sorak di dalam Yang Mahakudus, Allah Israel!” (Yes 29: 18-19). Situasi harmonis digambarkan dengan jelas oleh Yesaya: orang-orang berdoa akan bertobat, keturunan Yakub menjadi kudus.

Masa adventus menjadi masa di mana kita mau merasakan terang Tuhan. Tuhan Yesus adalah “Terang Dunia” (Yoh 8:12). Simbol yang dipakai dalam masa adven adalah korona adven dengan lilinnya. Secara simbolis mau menandakan bahwa kita pernah hidup dalam kegelapan maka kita mau melihat terang. Tema tentang terang juga akan kita renungkan selama masa natal nanti. Berharaplah kepada Tuhan dan serukanlah: “Semoga aku melihat!”

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply