Membaharui Janji Baptis
Permenungan saya pada akhir hari ini adalah ‘membaharui janji baptis’. Setiap tahun kita membaharui janji baptis pada malam Paskah atau pada saat mengikuti Seminar Hidup Baru dalam Roh (SHBdR). Mengapa kita perlu membaharui janji baptis? Kita sebagai pengikut Kristus dibaptis saat masih bayi atau saat sudah dewasa. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa baptis adalah jalan keluar dari kerajaan maut menuju kehidupan. Baptis mempersatukan kita dengan Yesus Kristus yang wafat dan bangkit bagi kita semua (KGK1213-1216; 1276-1278). Sakramen Pembaptisan menjadi saat awal kita dikuduskan dari, oleh dan untuk Allah Tritunggal yang mahakudus.
Inilah rumusan pembaharuan janji baptis kita:
(I) : Saudara-saudara terkasih, apakah Saudara menolak kejahatan dalam diri saudara sendiri dan dalam masyarakat?
(U) : Ya, saya menolak.
(I) : Apakah Saudara menolak godaan-godaan setan dalam bentuk takhayul, perjudian dan hiburan yang tidak sehat?
(U) : Ya, saya menolak.
(I): Apakah Saudara menolak segala tindakan dan kebiasaan tidak adil dan tidak jujur yang melanggar hak-hak asasi manusia?
(U): Ya, saya menolak.
Setelah menyatakan kesanggupan kita dilanjutkan dengan menyatakan iman dan kepercayaan (mengucapkan doa Aku Percaya).
Dengan melihat isi rumusan janji baptis di atas kita harus merasa malu karena ternyata selalu berjanji untuk menolak kejahatan, menolak godaan-godaan setan, takhyul, perjudian, hiburan yang tidak sehat, kebiasaan yang tidak jujur dan adil dan melanggar hak-hak asasi manusia tetapi hal-hal ini selalu datang silih beganti dalam hidup kita. Janjinya bagus karena mau “menolak” tetapi begitu tergoda, jatuh lagi. Kita harus memiliki komitmen bukan hanya sekedar berjanji saja.
Mari kita membaharui janji baptis kita dan bertobatlah. Kita berterima kasih karena air dan dan darah Yesus menyucikan kita saat ini dan selamanya. Terima kasih Tuhan Yesus.
PJSDB