Homili 22 Januari 2015

Hari Kamis, Pekan Biasa II
Ibr. 7:25 – 8:6
Mzm. 40:7-8a,8b-9,10,17
Mrk. 3:7-12.

Melakuan kehendakMu itu kesukaanku!

Fr. JohnSaya pernah mengikuti perayaan kaul pertama sebuah komunitas biara. Ada spanduk yang kiranya mau mengatakan niat semua saudara yang berkaul pertama kali untuk berkomitmen melakukan kehendak Allah di dalam tarekatnya. Sebuah tulisan besar di spanduk: “Melakukan kehendakMu itu kesukaanku”. Romo Provinsial yang memimpin ibadat suci itu mengajak para neo-profesi untuk melakukan kehendak Allah dengan sebaik-baiknya sebagai orang yang taat, miskin dan murni. Dengan demikian mereka boleh mengikuti Kristus dari dekat dan mencapai kekudusan hidup. Melakukan kehendak Allah adalah kesukaan masing-masing pribadi, dan mau menyatakan juga tentang komitmen pribadi untuk menghayatinya dengan sebaik-baiknya.

Saya teringat pada Kardinal Filoni, kepala komisi Kepausan untuk Penginjilan Bangsa-Bangsa mengingatkan para imam di Vietnam untuk memiliki komitmen yang jelas dalam hidup menghayati imamat mereka. Bagi Filoni, imamat itu adalah sebuah jalan hidup bukan sekedar suatu tugas atau pekerjaan yang dilakukan setiap hari (Priesthood is a way of life, not a job). Imamat sebagai jalan hidup, mengandaikan pemberian diri secara total kepada sesama, diikuti oleh hidup doa yang teratur dan tidak pernah berhenti melakukan karya cinta kasih. Perkataan Filoni ini juga berhubungan dengan komitmen untuk melakukan kehendak Tuhan dari hari ke hari dan bahwa kehendak Tuhan itu menyukakan hati kita masing-masing.

Mazmur Tanggapan atas bacaan-bacaan pada hari ini merupakan sebuah doa: “Ya Tuhan, kini aku datang untuk melakukan kehendakMu.” Refrain dari Masmur Tanggapan ini membuka pikiran dan hati pada hari ini untuk bergerak, datang ke rumah Tuhan untuk melakukan kehendakNya. Pemazmur mengakui bahwa telinganya dibuka untuk menyadari bahwa Tuhan sudah tidak menghendaki kurban dan persembahan, kurban bakar dan kurban silih. Hal terpenting adalah bagaimana orang berusaha untuk melakukan kehendak Allah sepanjang hidupnya. Pemazmur juga mengatakan rasa senangnya untuk melakukan kehendak Allah karena Taurat ada di dalam dadanya. Artinya bahwa Taurat adalah hukum yang bukan sekedar ada di dada tetapi tujuannya adalah kasih. Tuhan kita agung dan mulia. Ia itu besar dan jaya. Mari kita mengikuti kehendakNya dengan sukacita.

Penulis surat kepada jemaat Ibrani mengulas tentang Tuhan Yesus yang datang ke dunia untuk menyelamatkan semua orang. Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka (Ibr 7:25). Artinya bahwa Yesus adalah satu-satunya Pengantara kita kepada Bapa. Dia adalah Imam Agung yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang telah dipisahkan oleh dari orang-orang berdosa dan ditinggikan mengatasi segala langit. Yesus adalah Imam Agung yang mempersembahkan korban satu kali untuk selama-lamanya yaitu tubuhNya sendiri. Ia sudah duduk di sebelah kanan Takhta Allah Yang Mahabesar di Surga. Segala kuasa diberikan kepadaNya sehingga segalanya bertekuk lutut di hadiratNya.

Apa yang Tuhan Yesus lakukan sebagai Imam Agung kita? Imam Agung adalah seorang abdi Tuhan. Ia diutus Bapa untuk menyelamatkan semua orang. Penginjil Markus mengisahkan bagaimana orang-orang berdatangan kepadaNya untuk disembuhkan dari segala sakit dan kelemahan, mendengar SabdaNya. Roh-roh jahat pun tunduk kepadaNya. Mereka jatuh tersungkur dan berteriak mengakuiNya sebagai Anak Allah.

Tuhan Yesus melakukan karya-karya besar dengan menghadirkan Kerajaan Allah tetapi Ia dengan rendah hati melarang mereka yang mendapat anugerah kesembuhan untuk tidak memberitahukan identitas diriNya kepada orang lain. Ia lemah lembut dan rendah hati, panjang sabar dan besar kasih setiaNya kepada semua orang. Sikap Yesus ini patut kita ikuti dalam hidup setiap hari. Banyak kali kita mudah menjadi sombong dan menghitung segala perbuatan yang kita lakukan kepada Tuhan dan sesama. Ada yang berbicara dengan suara lantang atas nama pelayanan. Orang lupa bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan, terutama bahwa Dialah yang lebih dahulu memberikan segalanya kepada manusia.

Pada hari ini kita semua diingatkan untuk kembali kepada Tuhan. Dia memanggil kita untuk melakukan kehendakNya dengan sukacita. Kita berdoa supaya Ia memampukan kita semua untuk melakukan kehendakNya secara nyata dalam panggilan hidup kita masing-masing.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply