Hari Jumat, Pekan Biasa V
Kej. 3:1-8
Mzm. 32:1-2,5,6,7
Mrk. 7:31-37.
Berbahagialah orang yang dosanya diampuni!
Daud adalah seorang raja yang besar dalam sejarah Israel. Belum ada seorang yang mampu menyaingi dan mengalahkannya karena Ia dipilih Allah. Ketika Daud dipilih, Tuhan Allah melihat hati bukan fisiknya. Ia berkata kepada Samuel: “Jangan pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1Sam 16:7). Tuhan percaya bahwa Daud bisa melakukan hal yang terbaik bagiNya. Namun Daud tetaplah seorang manusia yang lemah dan mudah jatuh ke dalam dosa. Ia melakukan banyak dosa di hadirat Tuhan tetapi Tuhan tetap mengampuni dan menaruh belas kasih kepadaNya karena ia mau bertobat.
Sebagai ungkapan penyesalannya atas semua dosa yang pernah ia lakukan, Daud tak henti-hentinya berkata kepada Tuhan rasa penyesalannya. Ia bahkan merasa bahagia karena semua dosanya bisa diampuni oleh Tuhan. Di dalam Mazmur 32, Daud menyatakan pertobatannya dalam doa ini: “Berbahagialah orang bila dosanya diampuni. Selama kusembunyikan dosaku, batinku tertekan dan aku mengeluh sepanjang hari.” (Mzm 32: 1-2). Ada dua hal yang disebutkan di sini. Pertama, manusia haruslah berbahagia di hadapan Tuhan karena meskipun sebagai orang berdosa, Tuhan masih mau mengampuninya. Tuhan tidak memperhitungkan dosa dan salahnya, Tuhan melihat imannya. Kedua, Manusia diharapkan terbuka kepada Tuhan meskipun ada banyak dosa yang dilakukannya. Daud merasa bahwa selama ia masih menyembunyikan dosa-dosanya, bathinnya selalu tertekan dan ia mengeluh sepanjang hari. Pengalaman Daud adalah pengalaman kita semua yang masih memiliki hati nurani. Orang yang tahu diri di hadapan Tuhan akan menyesal dan bertobat dari dosa-dosanya. Orang yang tidak tahu diri akan tetap menikmati dosa-dosanya.
Daud tidak bisa tinggal dalam pengalaman dosa dan menikmatinya. Ia mengakui dosa-dosanya di hadapan Tuhan dan tidak berani menyembunyikan kesalahan apa pun. Ia percaya bahwa Tuhan tidak memperhitungkan dosa-dosanya sehingga ia polos dan jujur di hadapanNya. Suatu pertobatan yang benar adalah ketika kita secara pribadi memeriksa bathin, mengetahui dosa, menyesali dan bertobat. Mengapa? Karena Tuhan pasti akan mengampuni, asal kita berani untuk mengakui dosa-dosa kita di hadapanNya.
Di dalam Gereja Katolik, kita memiliki sakramen tobat. Ketika mengakui dosa-dosa kita di hadapan Tuhan melalui imam sebagai Bapak Pengakuan, kita harus jujur dan mengakui dosa-dosa yang kita sudah lakukan dengan sadar atau tidak sadar. Bagaimana melakukan pengakuan dosa yang baik? Kita mulai dengan doa dan memeriksa bathin dalam suasana hening. Kita mengingat dosa dan salah pribadi lalu mengakui dengan jujur dosa-dosa kita di hadapan romo sebagai Bapak Pengakuan dosa. Kita mengakui dosa tanpa harus menjelaskan perbuatan dosa karena ada kecenderungan untuk membenarkan diri. Misalnya: “Romo, saya sebenarnya tidak marah tetapi karena anak saya selalu melawan sehingga saya marah.” Ini kalimat orang berdosa membenarkan diri di hadapan Tuhan. Katakanlah dalam pengakuan dosamu: “Romo saya berdosa karena sudah marah anak saya.” Tak perlulah anda memberi tambahan penjelasan apa pun!
Daud merasa bahwa kalau kita tidak mengakui dosa-dosa maka “Nasib orang berdosa itu sengsara belaka!”. Artinya kalau dosa masih ada dalam hati kita maka akan muncul banyak penderitaan dan kesengsaraan. Kiranya tepat perkataan Daud ini. Kalau masih ada dosa yang kita tidak mengakuinya maka rasanya masih ada beban. Kita juga tidak bersemangat dan tidak bahagia. Selanjutnya Daud berkata: “Orang yang percaya kepada Tuhan akan dilimpahi kasih setia.” Orang yang polos, jujur di hadapan Tuhan akan mengalami kasih dan kebaikan Tuhan.
Masalahnya adalah apakah manusia bisa menunjukkan komitmen pertobatan yang benar? Sebab dosa itu selalu membayang dalam hidup pribadi orang yang berbuat dosa. Dari Kitab Kejadian, kita bisa memahami rencana Tuhan yang begitu indah bagi manusia. Ia menciptakan manusia dari debu tanah dan meniupkan nafas kehidupan kepadanya. Ia menempatkan manusia di taman Eden sebagai manusia merdeka. Ia juga memberi seorang penolong yang sepadan. Sayang sekali karena manusia itu menyalahgunakan kebaikan Tuhan di dalam dirinya. Tuhan memberi taman Eden dan mengatakan kepada manusia untuk memakan buah dari pohon yang ada kecuali pohon pengetahuan di tengah taman Eden. Tetapi ketika iblis menggoda, mereka langsung jatuh untuk selamanya. Perempuan melihat buah, ia tergoda dengan kata-kata ular maka ia mengambil buah itu, menggigitnya dan memberikan kepada suaminya dan suaminya juga memakan buah itu. Akibatnya adalah mata mereka terbuka dan mereka telanjang.
Sejak manusia pertama jatuh dalam dosa maka, secara turun temurun dosa itu diwariskan kepada generasi manusia. Misalnya dosa ketidakjujuran. Adam dan Hawa tidak jujur kepada Tuhan maka saat ini anak-anak juga tidak jujur di hadapan orang tua. Bathin akan tertekan kalau berani menyembunyikan dosa-dosa.
Di dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus menunjukkan dirinya sebagai tabib yang benar. Ia meninggalkan daerah Tirus dan melalui Sidon menuju ke Galilea. Orang membawa kepada Yesus seorang yang tuli dan gagap. Tuhan menyembuhkannya dengan cara yang lazim bagi seorang tabib. Tuhan memisahkan orang sakit itu dari orang sehat. Yesus memasukan jariNya ke dalam telinga si sakit, meludah dan meraba lidah orang itu. Yesus menengadah ke langit, menarik nafas dan berkata kepadanya: “Efata!” artinya terbukalah. orang itu menjadi sembuh karena kuasa penyembuhan dari Yesus.
Kisah ini sebenarnya mau mengatakan kepada kita bahwa orang tuli itu sama dengan orang yang tidak mau mendengar sabda dan melakukannya di dalam hidup. Orang yang gagap juga hanya mendengar tetapi tidak melakukannya, tidak mewartakannya. Kita butuh Yesus yang bisa meneguhkan hati kita. Kita butuh Yesus yang bisa menyembuhkan telinga supaya bisa mendengar dan mulut untuk terbuka dan setia mewartakan Sabda. Dengan mendengar Sabda, kita bisa bertobat dan melayani Tuhan dengan sukacita. Bernahagialah orang berdosa yang dosanya diampuni Tuhan!
PJSDB