Homili 16 Februari 2015

Hari Senin, Pekan Biasa VI
Kej. 4:1-15,25
Mzm. 50:1,8,16bc-17,20-21
Mrk. 8:11-13.

Ketika Dosa Mengintip di depan pintu!

Fr. JohnAda seorang sahabat selalu mengingat nasihat orang tuanya. Ia bercerita bahwa ketika masih kecil, orang tuanya selalu menggunakan kesempatan untuk memberi nasihat kepadanya pada saat makan bersama. Nasihat-nasihat itu umumnya tentang bagaimana ia menjaga diri dari godaan setan dan roh-roh jahat yang bisa menyebabkan jatuh dalam dosa. Salah satu ayat Kitab Suci yang selalu diucapkan untuk mengingatkannya adalah: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1Ptr 5:8). Iblis itu berkeliling mencari orang yang bisa dikuasai dan disesatkan. Orang-orang yang tidak menjaga dirinya akan mudah jatuh ke dalam dosa. Nasihat orang tuanya itu dirasakan sebagai bekal rohani yang baik dan sangat berguna baginya saat ini.

Setiap orang memiliki kecenderungan untuk melakukan kejahatan tertentu di dalam hidupnya. Ini merupakan akibat dari dosa asal yang dilakukan manusia pertama di hadirat Tuhan, Pencipta dan Mahabaik. Adam dan Hawa merasakan kebaikan Tuhan tetapi mereka juga menyalahgunakan kebaikan Tuhan sehingga mereka jatuh dalam dosa. Mereka membandingkan diri mereka dengan Tuhan yang menciptakan mereka. Ular, si iblis tahu kelemahan Adam dan Hawa yang suka membandingkan dirinya dengan Tuhan sehingga ia menggoda mereka dan jatuhlah mereka dalam dosa. Akibat dosa adalah penderitaan hingga kematian.

Keturunan Adam dan Hawa adalah Kain dan Abel. Dosa warisan orang tua dirasakan oleh Kain ketika berhadapan dengan Abel adiknya. Kain membandingkan dirinya dengan Abel saudaranya dalam hal persembahan kepada Tuhan. Ia melihat bahwa persembahan adiknya jauh lebih berkenan kepada Tuhan daripada persembahannya. Dengan demikian hatinya panas, mukanya muram dan berniat untuk membunuh adiknya. Ketika seorang membandingan dirinya dengan orang lain maka yang ada padanya bisa rasa syukur, tetapi bisa juga marah, dengki, iri hati, merasa bahwa kalah itu menghancurkan hidupnya. Itulah keadaan hidup manusia di hadirat Tuhan.

Tuhan berkata kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” (Kej 4:6-7). Perkataan Tuhan ini bolehlah menjadi titik vocal perikop kita hari ini. Orang yang berbuat baik, hatinya akan berseri-seri. Kejahatan apa pun bisa dikalahkan oleh kebaikan karena kita percaya bahwa di dalam kebaikan itu Tuhan hadir. Orang yang tidak berbuat baik, kecenderungan untuk berbuat jahat makin bertambah karena dosa sudah mengintip di depan pintu. Tuhan menghendaki supaya kita kuat dan menguasai dosa bukan dosa menguasai kita.

Kain ternyata tidak berbuat baik sehingga dosa menguasai dia. Abel adiknya dibunuh di padang gembala sehingga darahnay berteriak kepada sang Pencipta. Tuhan mendengar teriakan darah Abel sehingga Ia menegur Kain saudaranya. Tetapi Kain bereaksi negatif, melepaskan tangannya dari tanggung jawab sebagai saudara. Namun satu hal yang tidak hilang adalah belas kasih dari Tuhan. Kain berdosa tetapi tetap dikasihi oleh Tuhan. Tuhan melindunginya dari bahaya.

Pemazmur menambah wawasan kita tentang dosa yang turun temurun kepada Tuhan dan sesama. Tuhan Allah berkata kepada orang fasik: “Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku? (Mzm 50: 16-17). Manusia yang jatuh dalam dosa adalah mereka yang membenci teguran, perintah-perintah Tuhan dan mengesampingkan sabda Tuhan. Dampak lebih lanjut adalah, mereka juga tidak mendengar Tuhan. Mereka tidak mencintai Tuhan! Orang juga bisa berdosa melawan sesamanya. Tuhan Allah berfirman: “Engkau duduk, dan mengata-ngatai saudaramu, memfitnah anak ibumu. Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu.” (Mzm 50:20-21).

Di dalam bacaan Injil, kita mendengar bagaimana orang fasik yakni orang Farisi berperilaku di hadirat Tuhan Yesus. Mereka meminta tanda dari sorga padahal mereka sedang bersama Anak Manusia yang turun dari Surga. Yesus berkata: “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.” (Mrk 8:12).

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membantu kita untuk menyadari beberapa hal berikut ini: Pertama, kita harus menyadari bahwa perbuatan baik bisa menghalau dosa yang sedang mengintip di pintu. Untuk itu kita harus selalu berbuat baik kepada sesama tanpa membuat perhitungan apa pun. Kedua, kita berpasrah kepada Tuhan supaya tetap berada di bawah lindunganNya. Ketiga, Allah kita Mahabaik. Ia tidak menghitung-hitung dosa kita tetapi memperhatikan iman dan kepercayaan kita kepadaNya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply