Homili 6 Maret 2015 (Injil)

Hari Jumat, Pekan Prapaskah II
Kej. 37:3-4,12-13a,17b-28
Mzm. 105:16-17,18-19,20-21
Mat. 21:33-43,45-46

Tuhan Allah selalu Sabar!

Fr. JohnSaya pernah diundang untuk merayakan misa arwah memperingati seratus hari meninggalnya seorang bapak. Umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi kira-kira dua ratusan orang. Ini memberi kesan bagi saya bahwa orang yang hendak didoakan dalam perayaan Ekaristi itu pastilah seorang yang baik dan benar. Pada saat mengawali homili, saya bertanya kepada salah seorang anaknya, tentang kesan-kesannya yang masih tertinggal dalam hati bersama ayahnya. Ia berkata: “Ayahku adalah seorang pria yang baik. Ia selalu sabar dan mencoba untuk mengerti kami anak-anaknya ketika melakukan suatu kesalahan.” Perkataan ini sangat sederhana tetapi memiliki sebuah kekuatan yang luar biasa. Ayahnya seorang pria, seorang pria yang sabar, seorang pria yang masih mau mengerti keadaan anak-anaknya di saat mereka berbuat salah.

Pengalaman sederhana ini membantu kita untuk merenungkan perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur di dalam Injil hari ini. Tuhan Yesus bercerita: Ada seorang tuan tanah yang kaya. Ia membuka kebun anggur, menanam pagar sekelilingnya, menggali lobang tempat memeras anggur, mendirikan menara jaga. Setelah semuanya beres, ia menyewakannya kepada para penggarap lalu pergi ke negeri lain. Ketika musim petik tiba, tuan itu memerintahkan hamba-hambanya pergi menghadap para penggarap supaya meminta hasil yang menjadi bagiannya. Para penggarap memperlakukan secara kasar para hamba utusannya, bahkan ketika mengutus anaknya yang tunggal, ia juga ditangkap dan dibunuh.

Yesus menghadirkan perumpamaan ini untuk mengatakan tentang Bapa yang sabar dan murah hati. Ia menghadirkan Kerajaan Allah dan melengkapinya dengan sempurna seperti sebuah kebun anggur. KerajaanNya pasti aman karena para utusanNya yakni para nabi datang silih berganti untuk bernubuat atas namaNya. Ia bahkan mengutus puteraNya Tuhan kita Yesus Kristus ke dunia. Tetapi nasib para nabi dan Yesus sangatlah tragis. Ada yang ditangkap, dipukuli, dilempari dengan batu dan dibunuh. Yesus sebagai Putera Allah, sang ahliwaris sendiri ditangkap, dilempar ke luar kebun anggur lalu dibunuh.Para imam kepala dan kaum Farisi adalah para penggarap yang egois dan berpikir bahwa mereka semua adalah orang kudus. Tuhan Allah lalu mempercayakan kerajaanNya kepada orang lain supaya bisa menghasilkan buah Kerajaan.

Dari kisah Injil ini, saya mengangkat satu nilai yang baik sebagai pedoman bagi kita. Nilai yang saya maksudkan adalah kesabaran Allah bagi manusia yang berdosa. Tuhan Allah digambarkan dalam perikop injil ini sebagai Pribadi yang sabar. Ia menyiapkan kebun anggur lengkap dengan pagar, menara jaga dan sistem pengolahannya yang sempurna. Dia menyewakan dan memberi kepercayaan kepada para penggarap untuk mengolahnya. Ia tidak memberikan peraturan, cara bercocok tanam, merawat dan memanen karena ia percaya bahwa para penggarap akan mengerjakannya dengan baik. Ia juga tahu bahwa para penggarap adalah pekerja keras.

Ketika musim panen tiba ia mengirim utusan-utusannya. Meskipun para utusannya diperlakukan kasar secara fisik dan verbal tetapi ia juga masih mau mengutus puteranya. Ia memiliki pikiran yang positif bahwa para penggarap akan memperlakukan puteranya dengan baik. Segala upaya ini menandakan kesabarannya di hadapan para penggarap. Ia juga mau membuka mata hati mereka untuk memahami kemurahan hatinya.

Para penggarap memiliki hati yang tegar. Mereka egois dan suka membenarkan dirinya di hadapan Tuhan. Akibatnya mereka bersikap brutal terhadap para utusan Tuhan. Kerajaan Allah lalu diberikan kepada bangsa lain yang akan memberikan hasil pada waktunya.

Pada hari ini kita disadarkan untuk memiliki dua nilai hidup yakni kesabaran dan kemurahan hati. Kita mesti berani berjanji bahwa Tuhan saja sabar dengan manusia yang bersalah maka kita juga harus bertumbuh sebagai pribadi yang sabar terhadap diri sendiri dan. Di samping sabar, kita juga diingatkan untuk bermurah hati seperti Tuhan sendiri murah hati adanya. Kesabaran dan kemurahan hati adalah jalan yang baik untuk berjumpa dengan Tuhan dalam diri sesama kita. Jadilah orang yang sabar dan murah hati!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply