Uomo di Dio: Mengolah Konflik di tempat kerja

Mengolah Konflik dalam Pekerjaan

P. John SDBSaya pernah diundang untuk mendengar pengakuan dosa di sebuah perusahaan. Setelah selesai mendengar pengakuan dosa, ada kesempatan untuk berbicara secara pribadi dengan beberapa orang. Pada umumnya mereka membagi pengalamannya tentang konflik-konflik dalam pekerjaan. Konflik itu dipicu oleh banyak hal yang sifatnya internal maupun eksternal. Faktor pemicu internal itu sangat pribadi tetapi berdampak bagi sesama, misalnya kerajinan, ketelitian, ketekunan dan kejujuran dalam bekerja. Hal-hal ini mau mengatakan bahwa secara pribadi orang yang bekerja harus memiliki rasa bertanggung jawab atas pekerjaannya itu. Konflik eksternal yang ada misalnya: perubahan besar dalam teknologi, resesi ekonomi, perselisihan dengan serikat pekerja, perundang-undangan baru, dan kebijakan pemerintah yang berpengaruh pada perusahaan. Semua sharing yang saya ringkaskan di sini membantu kita berpikir tentang konflik yang berdampak pada kecemasan-kecemasan tertentu di tempat kerja.

Saya mengingat kembali Dale Carnegie dalam bukunya “Overcoming Worry and Stress” mengatakan bahwa konflik adalah bagian dari sebuah kecemasan yang dirasakan orang di tempat kerja. Dengan berdasar pada faktor internal dan eksternal yang dialami oleh para pekerja maka butuh sebuah keterampilan untuk mengolah konflik secara produktif bukan destruktif. Menurut Carnegie, sebagian besar konflik internal selalu berhubungan dengan kata “PRIDE” (Kebanggaan). Tetapi yang dimaksudkan oleh Carnegie adalah: P (Process) R (Roles) I (Interpersonal) D (Direction) E (External).

Apa yang dimaksudkan oleh Carnegie sesungguhnya dengan PRIDE ini?

Proces (Proses): merupakan cara beroperasi sebuah organisasi sehari-hari. Semua organisasi memiliki protokol masing-masing terkait dengan hubungan perorangan. Komunikasi bisa dibangun secara formal dan informal tergantung kepada siapa komunikasi hendak dibangun. Konflik bisa muncul tetapi setiap anggota kelompok bertugas untuk mencari penyelesaiannya dengan baik.

Roles (peran). Banyak konflik internal itu muncul dalam situasi di mana orang suka memindahkan beban kepada orang lain. Ada orang berpikir bahwa tugas yang diterima harusnya diberikan kepada orang lain. Nah di sini butuh deskripsi tugas dan tanggung jawab yang benar. Tanpa job description maka orang bisa lupa tugas dan tanggung jawabnya.

Interpersonal (Hubungan antar pribadi): Setiap orang adalah individu. Individu dengan keunikannya bersatu di dalam sebuah organisasi. Nah karena individu yang berbeda ini maka relasi anatar pribadi sangat berdampak pada tugas dan tanggung jawab yang ada dalam organisasi. Hubungan antar pribadi yang baik akan meningkatkan produktivitas organisasi atau perusahaan.

Direction (arah). Banyak organisasi sudah memiliki SOP (Standard Operating Procedures). SOP ini memberikan panduan kepada pekerja dan pengawas sesuai dengan kompetensi masing-masing. Panduan ini membantu organisasi untuk melakukan pekerjaan yang sesuai. Konflik bisa dihindari kalau semua pekerja berjalan menurut SOP.

Eksternal: Organisasi tidak berfungsi secara terpisah. Faktor eksternal yang menimbulkan konflik bisa menyerang organisasi kapan saja. Konflik eksternal yang ada misalnya: perubahan besar dalam teknologi, resesi ekonomi, perselisihan dengan serikat pekerja, perundang-undangan baru, dan kebijakan pemerintah yang berpengaruh pada perusahaan.

PRIDE ini selalu ada dalam setiap keluarga atau rumah tangga, setiap perusahaan atau organisasi tertentu.

Selanjutnya, apakah ada strategi untuk mengurangi konflik? Dalam setiap pekerjaan, kita bisa saja mengalami konflik-konflik tertentu. Carnegie memberikan sepuluh saran konkret untuk mengolah konflik tertentu di dalam organisasi atau perusahaan, yakni:

1. Cobalah melihat melalui cara pandang mereka. Bagaimana mereka melihat persoalannya? Apa bedanya dengan cara saya melihat?
2. Gunakanlah pesan “saya” dan “kita” ketimbang pesan “anda”.
3. Bila ada perbedaan dalam nilai maka pilihlah nilai yang lebih tinggi.
4. Buatlah komitmen mendasar.
5. Bertanyalah: “Seberapa besar kendali saya terhadap faktor ini?”
6. Putuskanlah untuk melakukan pertempuran yang layak diperjuangkan.
7. Kerahkanlah energi untuk hal-hal yang bisa kita lakukan, ketimbang mengeluh tentang hal-hal yang tidak bisa kita lakukan.
8. Lakukanlah sesuatu yang baik untuk rekan kerjamu.
9. Pertahankanlah perspektif dan tujuan anda.
10. Berbicaralah dengan seseorang yang kita percayai.

Apa kata Yesus Kristus, sang Maestro para Pria Katolik? Ketika mengutus para muridNya, Ia berkata: “Lihatlah, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperi merpati” (Mat 10:16). Yesus sudah tahu bahwa akan ada konflik antar pribadi, ada konflik kepentingan dalam komunitasNya. Untuk itu diharapkan supaya para murid harus memiliki kebijaksanaan dari Allah. Isi kebijaksanaan itu adalah kerendahan hati dan kemampuan untuk saling menerima satu sama lain.

Apa makna perkataan Yesus yakni cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati? Kecerdikan ular itu tidak lebih dari pada kelicikan dan ketulusan seekor merpati tidak lebih baik daripada kelemahan. Namun dalam makna yang lebih luas, kecerdikan ular akan menyelamatkan para murid dari keterbukaan yang tidak perlu terhadap bahaya; dan ketulusan merpati akan mencegah mereka dari cara yang berdosa untuk meloloskan diri dari bahaya tersebut”. Mengikuti Kristus berati siap menanggung segala konsekuensi dari konflik dalam hidup. Ini juga menjadi bagian dari salib yang harus kita pikul setiap hari.

Mari kita mengandalkan Tuhan untuk mengolah konflik-konflik dalam hidup kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply