Homili 20 Maret 2015

Hari Jumat, Pekan Prapaskah IV
Keb 2:1a.12-22
Mzm 34:17-18.19-20.21.23
Yoh 7:1-2.10.25-30

Orang Saleh juga menderita!

Fr. JohnAda seorang ibu sudah menjadi janda datang ke pastoran untuk berbicara. Setelah suaminya meninggal dunia karena serangan jantung ia bertekad untuk mendidik anaknya dengan baik supaya nantinya menjadi orang yang baik pula. Karena doa dan bimbingannya anaknya masuk ke seminari dan sedang siap untuk ditahbisakan sebagai imam. Ia berharap supaya anaknya kelak menjadi imam yang baik. Ini adalah satu berita gembira yang ia bagikan kepadaku. Ada juga berita yang tidak enak. Ia dianggap sebagai janda yang tidak tahu diri padahal sudah tua. Ada orang yang cemburu karena ia selalu misa setiap hari, sering melayani di Gereja dan pastoran. Mereka berpikir bahwa ia mencari muka dengan pastor padahal ia berprinsip melayani para pastor sama juga dengan melayani anaknnya sendiri yang sebentar lagi akan ditahbiskan sebagai pastor.

Banyak orang mungkin mengalami pengalaman yang mirip. Ketika mereka melayani sebagai agen pastoral secara territorial atau kategorial maka issue atau gossip selalu ada. Jadi yang namanya iri hati, cemburu, sakit hati karena orang berbuat baik masih menguasai Gereja kita meskipun semua orang tahu bahwa itu adalah dosa. Yesus sendiri mengalami penolakan dari manusia. Orang Yahudi menuduh Yesus meniadakan Hari Sabat dan menghujat Allah karena menyapa Allah sebagai BapaNya. Yesus boleh mengajukan saksi-saksi seperti Musa, Kitab Suci, Yohanes Pembaptis dan Allah Bapa serta pekerjaan-pekerjaanNya, tetapi mereka tetap tidak percaya. Yesus adalah orang benar yang dianiaya!

Di dalam Kitab kebijaksanaan kita dibantu untuk mengetahui ciri khas dari Mesias yang menderita.  Mesias menghayati kemiskinan yang mutlak, Penyelamat dan model bagi kaum anawim. Orang-orang fasik berkata: “Marilah kita menghadang orang yang baik sebab bagi kita ia menjadi gangguan serta menentang pekerjaan kita. Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkan kepada kita, dan kepada kita dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita” (Keb 2:12).

Apa yang membuat orang-orang mau menganiaya orang saleh? Ada beberapa hal yang diangkat dalam Kitab Kebijaksanaan: bangga  mempunyai pengetahuan tentang Allah dan menyembut dirinya sebagai anak Tuhan padahal itu benar-benar menghujat Allah; hidup dan perilakunya berbeda dengan orang lain. Dengan demikian ia pantas untuk dianiaya dan ini juga menjadi ujian apakah ia benar-benar bisa membebaskan dirinya sendiri dari maut. Ia juga dihukum mati secara keji. Semua yang dikatakan di dalam Kitab kebijaksanaan ini menjadi lengkap di dalam diri Yesus Kristus. Ia tidak berdosa tetapi dibuat berdosa dan mengalami hukuman mati. Ia wafat di kayu salib untuk keselamatan dunia namun Ia juga bangkit dari alam maut. Kejahatan dikalahkan dengan kebaikan.  Yesus adalah gambaran orang benar atau orang saleh yang menderita.

Dalam bacaan Injil kita sekali lagi berhadapan dengan orang-orang Yahudi yang mempertentangkan asal usul Yesus. Sebelumnya Yesus dituduh menghujat Allah karena mengangap Allah sebagai BapaNya dan meniadakan hari Sabat. Usaha untuk membunuhNya pun terang-terangan diungkapkan kaum Yahudi. Itu sebabnya orang-orang di Yerusalem berkata: “Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya.” (Yoh 7: 25-27).  Yesus memang mengalami penganiayaan fisik dan verbal, dengan ancaman pembunuhan tetapi Ia tetap berani pergi ke Yerusalem. Ia berbicara dengan leluasa. Ia memang siap untuk wafat demi keselamatan dunia maka tidak ada rasa takut apa pun dalam diriNya.

Ketika berada di Bait Allah, Yesus berani berkata tentang diriNya sungguh-sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah. Ia berkata: “Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.” (Yoh 7:28-29). Perkataan Yesus ini semakin jelas di mata orang Yahudi dan mereka tetap berperkara denganNya karena dianggap Ia adalah manusia yang menghujat Allah.  Yesus dengan tegas mengatakan bahwa diriNya adalah utusan Allah. Dia berasal dari Allah maka Ia juga sungguh-sungguh Allah.

Sabda Tuhan pada hari ini mengarahkan kita untuk melihat figur Yesus sebagai hamba Tuhan yang menderita. Ia mengalami kekerasan fisik dan verbal tetapi Ia tetap bertahan sampai wafat di kayu salib. Kita pun dipanggil untuk mengikuti jejakNya. Apakah kita juga siap untuk menderita seperti Yesus sendiri? Yesus meneguhkan kita dengan berkata: “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat 11-12).

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply