Homili 22 April 2015

Hari Rabu, Pekan Paskah III
Kis. 8:1b-8
Mzm. 66:1-3a,4-5,6-7a
Yoh. 6:35-40

Konsisten dan Berani mewartakan Injil!

PejeSDBAda seorang misionaris pernah menceritakan pengalaman bermisi di sebuah daerah yang sulit. Pada suatu kesempatan pastoran mereka diserbu oleh para bandit. Ia ditangkap dan dikurung di sebuah kurungan sepi di hutan. Sebelum ditangkap oleh para bandit, ia masih sempat mengambil piksis dan mengambil beberapa hosti kudus, menyimpannya di dalam saku celananya. Selama lima hari ia berada di dalam kurungan, ia hanya mengkonsusmsi hosti kudus. Ia merasa tidak lapar, makin kuat dan berani untuk tetap mewartakan Injil di tanah misi. Ia berhasil menyelamatkan dirinya secara misterius padahal kurungan itu dijaga ketat oleh para bandit. Setelah menghirup udara bebas, ia memberi kesaksian bahwa Tuhan telah membebaskannya dan ia tidak akan berhenti mewartakan Injil.

Kematian St. Stefanus merupakan moment baru bagi perkembangan Gereja Purba. Gereja dianiaya tetapi semakin dianiaya dan menderita, ia semakin murni dan setia kepada Tuhan. Ibarat buah anggur yang dimasukkan ke dalam tempat pemerasan. Untuk mendapatkan kualitas anggur yang tinggi maka buah anggur haruslah diperas terus sampai tinggal ampas buah anggur tanpa air. Jemaat Kristen perdana juga demikian. Setelah Stefanus dibunuh, maka mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka berdiaspora ke semua daerah di Yudea dan Samaria. Saulus tampil dengan sikapnya yang kejam terhadap jemaat. Ia menangkap dan memenjarakan banyak orang.

Dalam situasi yang serba sulit ini para murid tidak takut dan berhenti mewartakan Injil. Mereka justru semakin berani menjelajahi seluruh negeri sambil memberitakan Injil. Filipus pergi ke sebuah kota di Samaria dan memberitakan Mesias. Orang-orang menerimanya dengan suka cita. Apa dampak pewartaan Filipus di Samaria? St. Lukas bersaksi: “Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan.” (Kis 8:7).

Hal yang menarik perhatian kita di sini adalah komitmen jemaat untuk mewartakan sabda (Kis 8:4). Orang-orang Yahudi sudah terbiasa mengasihi Sabda Tuhan. Tuhan menghendaki supaya mereka merenungkannya siang dan malam (Yos1:8; Mzm 1:2). Sabda Tuhan bagi mereka itu jauh lebih berharga dari pada ribuan keping emas dan perak (Mzm 119:72). Namun demikian jemaat Kristiani jauh lebih menghormati sabda Tuhan dari pada kaum Yahudi. Setelah bangkit, Yesus berjalan sejauh tujuh mil sambil mengajar dua Murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (Luk 24:27). Ia juga mengajar mereka selama beberapa jam di malam hari (Luk 24:45).

Dalam kuasa Pentekosta, umat Tuhan mencoba untuk membaca, merenungkan, mengajarkan Kitab Suci (Kis 2:42). Para rasul memusatkan perhatian mereka dalam semangat doa dan pelayanan Sabda (Kis 6:4). Ketika keluar masuk dalam penjara, mereka tetap setia dalam mewartakan Sabda (Kis 5:42). St. Stefanus mewartakan Injil dengan kemartirannya (Kis 7:2 dst). Filipus mewartakan Injil di Samaria karena menghindari penganiayaan (Kis 8:4-5 dst). Dalam kuasa Roh Kudus, Filipus juga naik ke dalam kreta dan mewartakan Sabda kepada sida-sida dari Etiopia (Kis 8:29 dst). Orang-orang disebut kristiani pertama kali setelah mereka belajar Kitab Suci (Kis 11:26). Orang-orang dari Gereja Beroea menerima Sabda dengan entusias dan belajar Kitab Suci setiap hari (Kis 17:11). Kita mengingat perkataan St. Hironimus: “Ingnorance of the Scriptures is ignorance of Christ”

Gereja tetap giat mewartakan Sabda sesuai dengan cita-cita dan harapan Yesus. Yesus sendiri menyatakan diri-Nya sebagai Roti hidup. Roti hidup yang diberikan-Nya supaya kita bisa mengalami kehidupan kekal. Ia berkata: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (Yoh 6:35). Roti adalah Tubuh Kristus sendiri. Sayang sekali karena perkataan Yesus Kristus sebagai Roti Hidup masih diragukan dan sulit bagi mereka untuk percaya kepada-Nya. Yesus berkata lagi: “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.” (Yoh 6:37-38). Perkataan Yesus ini menarik perhatian kita. Kita semua adalah istimewa di hadapan Tuhan sehingga menjadi persembahan Bapa kepada Putera-Nya.

Tuhan menghendaki supaya semua orang bisa mengalami keselamatan. Inilah kehendak Tuhan Yesus: “Supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.” (Yoh 6:40). Yesus memegang janji-Nya sehingga bisa mempersatukan semua orang dari segala suku dan bahasa. Penyertaan Tuhan ini dirasakan oleh para murid untuk tidak merasa takut dalam mewartakan Injil Tuhan Yesus Kristus. Apakah anda juga berani mewartakan Kristus?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply