Homili Hari Minggu Paskah IV/B – 2015

Hari Minggu Pekan IV Paskah/B
Kis 4:8-12
Mzm 118:1.8-9.21-23.26.2728-29
1Yoh 3:1-2
Yoh 10:11-18

Keselamatan hanya dalam nama Yesus

Fr. JohnKita memasuki Hari Minggu Paskah ke-IV atau hari Minggu Gembala Baik. Gereja Katolik menjadikan hari ini sebagai Hari Minggu untuk mendoakan dan meneguhkan panggilan imam dan hidup religius. Hampir di setiap paroki mengisi hari Minggu ini dengan berbagai kegiatan seperti promosi panggilan. Saya mengingat Bapa Uskup Vicentius Sutikno, Uskup Surabaya yang suka membagi pengalaman panggilannya kepada orang-orang muda Katolik. Ia bahkan pernah mengusulkan supaya komisi panggilan Keuskupan Surabaya mengubah rumusan doa mohon panggilan. Misalnya, bagi para orang tua terutama keluarga muda berdoa: “Semoga anak-anak kami dipanggil…” Bagi anak-anak remaja dan Orang Muda Katolik (OMK) berdoa: “Semoga saya dipanggil…” Bagi saya, gagasan Bapa Uskup ini sangat menarik karena dengan demikian potensi panggilan Tuhan di dalam diri anak-anak usia dini bisa semakin bertumbuh subur dan nantinya terealisasi di dalam hidup mereka. Gereja memang tetap membutuhkan pangilan-panggilan baru maka pada hari ini kita semua diminta supaya berdoa memohon kepada Tuhan supaya Ia mengirim pekerja-pekerja ke dalam kebun anggur-Nya (Mat 9:38).

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu Panggilan ini memfokuskan kiblat iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Gembala baik di dalam Gereja. Di dalam bacaan pertama kita mendengar bagaimana Petrus dan Yohanes berusaha mempertanggungjawabkan iman mereka di hadapan Mahkamah Agama Yahudi. Sebelumnya Petrus dan Yohanes ketika memasuki Bait Allah, mereka melihat seorang lumpuh yang hendak meminta sedekah kepada mereka. Petrus berkata kepada-Nya: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah.” (Kis 3:6). Orang itu pun menjadi sembuh dan berjalan mengikuti mereka. Dampaknya sangat besar bahwa semua orang heran dan percaya kepada Yesus dari Nazaret. Jumlah mereka mencapai lima ribu laki-laki (Kis 4:4). Tentu saja situasi ini amat meresahkan orang-orang Yahudi di Yerusalem. Petrus dan Yohanes pun ditangkap dan masuk kurungan. Mereka diminta untuk mempertanggungjawabkan pekerjaan Yesus yang sudah dilakukan yakni menyembuhkan orang lumpuh itu.

Petrus penuh dengan Roh Kudus berkata: “Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan yaitu kamu sendiri,namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:8-12).

Inti pewartaan Petrus adalah pengakuan imannya akan Yesus Kristus. Yesus berasal dari Nazaret, sudah disalibkan, wafat dan dibangkitkan oleh Allah dari antara orang mati. Ia menjadi batu Penjuru dan hanya di dalam nama-Nya ada keselamatan. Petrus hendak menghadirkan figur Yesus sebagai gembala baik yang hadir di tengah-tengah umat-Nya dan menyelamatkan mereka. Ia telah menyerahkan nyawa-Nya dan hanya dalam nama-Nya ada keselamatan. Nama Yesus berarti Allah menyelamatkan.

Pengakuan iman Petrus ini bukan hanya mengada-ada. Di dalam Injil, Yesus sendiri mengakui diri-Nya sebagai gembala baik. Ia berkata: “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” (Yoh 10:11). Yesus mengalami Paskah sebagai pemberian diri-Nya secara total untuk keselamatan manusia. Gembala yang baik itu memberi dirinya secara total untuk domba-dombanya. Yesus membedakan dirinya dengan orang-orang upahan yang sifatnya penakut terhadap ganguan dari luar dan mudah mencari nyaman dengan meninggalkan domba-dombanya sendirian.

Ciri khas Yesus sebagai gembala yang baik adalah mengenal domba-domba-Nya dan domba-domba juga mengenal-Nya. Tentang hal ini Yesus berkata: “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.” (Yoh 10:14-15). Gembala yang baik tidak hanya membuat dirinya dikenal tetapi ia juga mengenal domba-dombanya seperti yang ditunjukkan Yesus sendiri. Perhatian Yesus bukan hanya bagi domba-domba di dalam kandang-Nya tetapi domba-domba di luar kandang pun harus dituntun-Nya, mereka mendengar suara-Nya dan menjadi satu kawanan domba. Sebelumnya Petrus mengakui imannya bahwa keselamatan hanya ada di dalam nama Yesus. Kini, Yesus menyempurnakannya dengan mengatakan bahwa keselamatan yang hendak diberikan-Nya itu sifatnya universal. Semua orang baik yang dibaptis maupun yang terbuka hatinya kepadaNya layak menerima keselamatan.

Yesus sebagai gembala baik bagi kita semua. Ia mengaruniakan rahmat istimewa kepada kita untuk menjadi anak-anak Allah. St. Yohanes dalam bacaan kedua berkata: “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.” (1Yoh 3:1). Kita tidak hanya menjadi anak-anak Allah, tetapi kita juga akan menjadi serupa dengan Yesus Anak Allah, Putra Sulung ketika menyatakan kemuliaan-Nya. Menurut Yohanes, kita semua akan melihat Dia dengan mata kita sendiri.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu Panggilan ini mengatakan kepada kita banyak hal, berikut ini:

Pertama, Gereja membutuhkan pekerja-pekerja kiriman Tuhan yang empunya pekerja itu untuk mengatakan kepada dunia bahwa keselamatan hanya ada dalam nama Yesus Kristus. Hal ini tentu erat terkait dengan semangat Evangeliasi Baru di dalam Gereja. Adanya upaya untuk mengahdirkan wajah Allah di dalam Yesus satu-satunya Penyelamat kita. Kiranya doa mohon panggilan hari ini membuahkan hasil melimpah.

Kedua, Yesus sebagai gembala baik menjadi model yang tepat bagi para orang tua dan pembina kaum muda. Banyak kali kita hanya mengerti gembala baik dalam konteks panggilan hidup membiara. Ya itu salah satu bentuk panggilan khusus. Tetapi dalam panggilan umum, semangat gembala baik yang mengenal domba-domba dan semangat rela berkorban bahkan menyerahkan nyawa itu patut dimiliki dan diapresiasi. Banyak orang tua lalai menjadi orang tua sehingga belum mengenal anak-anaknya. Banyak guru di sekolah yang tidak mengenal para siswanya. Mengenal itu berarti mengasihi. Gembala yang baik itu suka mengasihi umat-Nya.

Ketiga, Bersyukur karena apa pun hidup kita, kita tetaplah menjadi anak-anak Allah karena jasa Yesus Kristus. Banyak kali kita lupa diri di hadapan Tuhan. Kita lalai mengucap syukur kepada Tuhan sebagai anak-anak Allah. Hari ini menjadi saat yang tepat untuk menunjukkan diri sebagai anak-anak Allah.

Keempat, semoga hari Minggu Gembala Baik ini menginspirasikan para gembala untuk turun ke bawah sebagai gembala. Semakin pastor mengenal umatnya, semakin ia berusaha untuk menjadi penjala manusia yang terbaik. Umat atau Gereja menjadi sejahtera secara jasmani dan rohani.

Tuhan memberkati kita semua.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply