Homili 27 April 2015

Hari Senin, Pekan Paskah IV
Kis. 11:1-18
Mzm. 42:2-3; 43:3,4
Yoh. 10:1-10

IHS: Iesu Hominum Salvator

Fr. JohnPada suatu kesempatan saya mengunjungi sebuah komunitas biara. Saya melihat sebuah ikon yang sudah dibingkai di dalam kaca dan dipajang di ruang tamu bertuliskan IHS. Saya lalu mengingat kembali beberapa makna dari IHS itu. Pertama, IHS: Iesu Hominum Salvator, artinya Yesus Penyelamat manusia. Simbol ini banyak ditemukan di pakaian liturgi imam seperti kasula dan stola, alat-alat misa seperti piala, ciborium, pala, patena, buku-buku liturgi dan lukisan-lukisan untuk mengatakan kepada kita bahwa Yesus adalah satu-satunya penyelamat manusia. Kedua, IHS: In Hoc Signo, artinya dalam tanda ini kamu memperoleh kemenangan. Singkatan ini dilatarbelakangi oleh penglihatan Kaisar Konstantinus Agung sebelum berperang dan memenanginya. Ia melihat tanda salib mengganti huruf H dalam singkatan IHS. Itu sebabnya banyak orang mengatakan bahwa tanda salib adalah tanda kemenangan kita. Ketiga, IHS: Iesu Humilis Societatis artinya Serikat Yesus yang rendah hati. Ini merupakan lambang dari Serikat Yesus (SY). Lambang ini juga dibubuhi juga dengan tiga buah paku untuk menyatakan nasihat-nasihat Injil yang diikrarkan seorang biarawan yakni kaul ketaatan, kemiskinan dan kemurnian.

Apa yang Tuhan sabdakan bagi kita pada hari ini? St. Petrus dan Yohanes pernah memberi kesaksian kepada Mahkamah Agama Yahudi bahwa hanya di dalam nama Yesus ada keselamatan. Artinya Yesus adalah satu-satunya Penyelamat manusia bukan salah satu penyelamat manusia. Iesu Hominum Salvator! Manusia di sini bukan hanya orang Yahudi tetapi mencakup juga orang bukan Yahudi. Pada masa Gereja Purba, para rasul mengalami kesulitan untuk menjelaskan kepada seluruh jemaat tentang persekutuan dengan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya penyelamat kita. Pada waktu itu ada rasa cemburu satu sama lain, terutama antara kaum bersunat dan tidak bersunat. Kaum bersunat yakni orang-orang Yahudi merasa sebagai status quo keselamatan. Perasaan yang sama juga selalu menghantui orang-orang tertentu di dalam Gereja saat ini. Ketika mereka melayani Gereja, selalu ada perasaan tertentu bahwa mereka lebih baik dari yang lainnya. Seharusnya orang melayani dengan rendah hati karena Tuhan sudah lebih dahulu melayani kita. Tuhan Yesus saja datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Dia satu-satunya pelayan tulen.

St. Lukas mengisahkan dalam Kisah Para Rasul bahwa pada suatu kesempatan para rasul dan saudara-saudara yang sudah percaya kepada Yesus di daerah Yudea, mendengar bahwa bangsa-bangsa lain juga menerima Sabda yang sama. Berita ini tentu mengagetkan mereka semua karena selama itu mereka berpikir bahwa hanya mereka sajalah yang layak menerima Injil. Ternyata Allah Bapa melalui Roh-Nya menggerakan hati Petrus untuk menyapa orang-orang yang bukan bersunat seperti Kornelius dan keluarganya. Di rumah Kornelius, setelah Petrus bersaksi tentang Paskah Kristus, seluruh keluarga itu merasakan pentekosta baru dan membuka diri untuk dibaptis oleh Petrus. Mereka orang bukan bersunat tetapi percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Selanjutnya, apa yang terjadi di Yerusalem? Ketika para saudara yang sudah mendengar tentang keterbukaan Petrus terhadap kaum tidak bersunat maka timbullah perlawanan terhadapnya dari pihak kaum bersunat di Yerusalem. Mereka merasa kesal dengan Petrus karena telah duduk dan makan bersama dengan kaum tidak bersunat. Petrus dengan tenang dan bijaksana menjelaskan segala sesuatu yang terjadi dalam kaitannya dengan karya Roh Allah dalam diri manusia. Ia berkata: “Jadi jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?” (Kis 11:17). Jemaat bersunat atau kaum Yahudi memahami maksud Petrus. Pada akhirnya Ia berkata kepada mereka: “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.” (Kis 11:18). Keselamatan dari Yesus untuk semua orang!

Tuhan Yesus menyelamatkan semua orang tanpa memandang suku, bangsa dan bahasa. Ia datang untuk menyelamatkan semua orang yang ditarik Bapa kepada-Nya. Di dalam Injil hari ini Yesus mengatakan diri-Nya sebagai Pintu dan gembala. Ia berkata: “Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.” (Yoh 10:1-2). Yesus menggunakan perumpamaan yang sederhana, relasi antara gembala, domba dan kandang domba untuk menjelaskan betapa Ia mengasihi manusia dan mengantar mereka kepada Bapa. Dia menjadi gembala dan pintu masuk untuk menyelamatkan bukan membinasakan.

Ciri khas gembala yang baik adalah: gembala selalu hadir dan berbicara dengan domba-domba dan domba mendengar, mengenal dan mengasihinya. Ia memanggil domba-domba menurut namanya dan menuntun mereka. Ia selalu berjalan di depan dan domba-domba mengikutinya. Yesus juga mengatakan dirinya sebagai satu-satunya pintu yang harus dilewati supaya ada keselamatan. Orang yang masuk melalui pintu akan menemukan padang rumput. Mereka akan tinggal bersama dengan gembala abadi yaitu Yesus Kristus.

Tuhan Yesus adalah satu-satunya Penyelamat manusia. Dialah gembala yang menuntun. Dialah Pintu yang harus kita lewati, jangan mencari pintu yang lain. Kita pun dipanggil untuk mewartakan kepada dunia bahwa Yesus adalah penyelamat manusia dan penyelamat dunia. Kita mewartakan Yesus dengan iman yang hidup dalam diri kita. Kita juga bisa menjadi gembala dan pintu bagi sesama. Orang tua bisa menjadi gembala dan pintu bagi anak-anak untuk berjumpa dengan Tuhan dan bertumbuh sebagai orang beriman yang baik dan warga negara yang jujur. Apakah anda bisa menjadi gembala dan pintu bagi sesamamu?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply