Homili 1 Mei 2015

Hari Jumat, Pekan Paskah IV
Kis. 13:26-33
Mzm. 2:6-7,8-9,10-11
Yoh. 14:1-6

Kebangkitan-Nya kita muliakan

Fr. JohnPada suatu kesempatan saya berjumpa dengan seorang misionaris asal Eropa yang mangabdikan dirinya di pedalaman Indonesia Timur selama lebih dari empat puluh tahun. Saya bertanya kepadanya, pengalaman yang paling indah selama menjadi misionaris. Ia menjawabku: “Pengalaman yang paling indah adalah ketika memperkenalkan Tuhan Yesus kepada kepala suku sehingga ia serta seluruh anggota sukunya menjadi katolik sampai saat ini.” Saya melihat wajahnya ceriah ketika mengungkapkan pengalamannya ini. Misionaris sejati adalah dia yang berani berbicara dengan Kristus dan memperkenalkan-Nya kepada saudara-saudara yang lain. Ketika dia membagikan pengalamannya ini, saya ingat Maria Magdalena. Ia melihat Yesus yang bangkit lalu pergi dan berkata kepada para murid Yesus: “Aku telah melihat Tuhan !” (Yoh 20:18). Kita bisa memperkenalkan Yesus kepada sesama kalau kita sudah berjumpa dan mengalami-Nya secara pribadi.

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan pengalaman misioner dari Paulus dan Barnabas di Antiokhia di Pisidia. Pada waktu itu mereka sedang berada di dalam Sinagoga. Paulus menjelaskan jati diri Yesus dari Nazaret dalam hubungannya dengan sejarah keselamatan manusia. Paulus mengatakan bahwa para penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus dari Nazaret. Mereka menjatuhi hukuman mati kepada-Nya. Tindakan ini kiranya tepat dengan perkataan para nabi di dalam Kitab Perjanjian Lama, selalu dibaca dan didengar setiap hari Sabat. Yesus tidak bersalah namun dihukum mati pada masa pemerintahan Pontius Pilatus. Mereka menyalibkan-Nya, tubuh-Nya diturunkan dari salib dan dibaringkan di dalam kubur. Allah membangkitkan-Nya pada gari yang ketiga dari antara orang mati. Ia menampakan diri-Nya kepada semua yang mengikuti-Nya dari Galilea. Mereka itu juga yang menjadi saksi-saksi kebangkitan-Nya. Bagi Paulus, kebangkitan Yesus merupakan penggenapan janji Allah kepada manusia, yakni penebusan berlimpah. Kebangkitan-Nya kita muliakan!

Kotbah Petrus di dalam Sinagoga ini menandakan bahwa jiwa misionernya selalu berkobar-kobar. Ia menghadirkan Yesus yang dialaminya sendiri dalam hidup dan mewartakan-Nya dengan sukacita kepada orang lain. Pewartaan Yesus dari pengalaman pribadi ini lebih banyak berbicara dari pada mewartakan apa yang tidak pernah dialami secara pribadi. Petrus mengalami Yesus yang bangkit dalam perjumpaan yang membaharuinya dalam perjalanan ke Damaskus. Yesus adalah cahaya yang menerangi hidup Paulus dan mengubah totalitas hidupnya. Paulus berubah menjadi rasul agung yang siap untuk mewartakan karya dan kebaikan Tuhan.

Mengapa para misionaris tekun dalam pelayanan dan berupaya untuk mewartakan kebangkitan Kristus? Para misionaris pasti menyadari janji Tuhan bahwa di mana Tuhan Yesus berada, orang-orang kesayangan-Nya pun berada bersama-Nya. Di dalam Injil Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya supaya jangan merasa gelisah hati tetapi selalu percaya kepada Tuhan Yesus. Ia bahkan menjanjikan tempat istimewa bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Janji Yesus inilah yang harus diteruskan oleh para misionaris di dalam Gereja. Inilah janji Yesus pada malam perjamuan terakhir: “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.” (Yoh 14:2-4).

Selain Yesus menjanjikan tempat yang kekal untuk tinggal bersama Tuhan selamanya, Ia juga mengatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dann Hidup (Yoh 14:6). Hanya melalui diri-Nya kita bisa sampai kepada Bapa. Orang mengatakan, banyak jalan ke Roma. Pernyataan ini tidak sama dengan perjalanan ke untuk tinggal bersama Bapa selamanya. Perjalanan ke Rumah Bapa di Surga hanya melalui satu jalan yaitu Yesus Kristus. Tidak seorang pun bisa datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Yesus sendiri. Kalau kita bersama Yesus, Dia jugalah yang mempersatukan kita dengan Bapa.

Pada hari ini Gereja juga merayakan Pesta St. Yosef, Pekerja. Yesus yang sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Ia lahir dan besar di dalam keluarga kudus Maria dan Yusuf. Yusuf bekerja sebagai tukang kayu maka Yesus juga di sapa sebagai Anak tukang kayu. Yusuf sebagai tukang kayu, mengabdikan dirinya sebagai pekerja bagi Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Yusuf menjadi kudus karena memenuhi tugas panggilannya dan melayani dengan sukacita sebagai tukang kayu. Kita belajar dari Yusuf, hidupnya tulus, sederhana dan mengikuti kehendak Tuhan Allah. Ia bekerja tanpa henti. Inilah yang diwariskannya kepada Yesus untuk menjadi tukang kayu. Jiwa dan semangat kerja inilah yang patut kita miliki.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply