Homili 11 Mei 2015

Hari Senin, Pekan Paskah VI
Kis. 16:11-15
Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9b
Yoh. 15:26 – 16:4a

Berani menerima Tuhan, Berani bersaksi!

Fr. JohnPaulus sedang melakukan perjalanan Misioner yang kedua. Ia ditemani oleh Silas dari Yerusalem dan Timotius yang dijumpainya di Listra. Paulus merupakan sosok istimewa di dalam Gereja karena ia patuh pada kehendak Roh Kudus. Ia bersama rekan-rekannya tidak diijinkan oleh Roh Kudus untuk masuk dan menginjil di Asia, sebaliknya Roh Kudus membimbing mereka untuk menyeberang ke Makedonia. Route perjalanan mereka adalah mereka bertolak dari Troas menuju Samaotrake, Neapolis hingga tiba di Filipi. Mereka tinggal beberapa hari di Filipi.

Selama berada di Filipi, Paulus dan rekan-rekannya menyusur sungai dan menemukan sebuah Sinagoga. Di tempat yang sama mereka berjumpa dengan Lidia, seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, dekat dengan Tuhan karen selalu beribadat kepada Tuhan. Pada waktu itu Tuhan juga membuka hatinya sehingga ia bisa menerima pengajaran Paulus dengan baik. Ia pun dibaptis bersama seisi rumahnya dan mengajak para rasul untuk menginap di rumahnya. Boleh dikatakan bahwa buah pekerjaan misioner di Filipi adalah terbukanya Lidia dan seisi rumahnya untuk menerima Tuhan Yesus. Mereka sendiri membuka rumahnya supaya para rasul bisa menginap. Ia berani menerima Tuhan Yesus Kristus.

Kita mengingat perkataan Yesus kepada para murid-Nya: “Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu.” (Mat 10:11-14). Untunglah bahwa Lidia bersedia menerima Yesus di dalam keluarganya sehingga damai sejahtera pun turun ke atas keluarganya.

Pengalaman misioner Paulus ini memberikan kepada kita nilai-nilai dasar kehidupan kristiani. Pertama, semangat untuk mengorbankankan diri dalam kerasulan. Paulus dan Silas tidak mengenal kata lelah dalam hidup mereka. Mereka berlayar dan berkeliling sambil berbuat baik kepada semua orang dalam pelayanan mereka. Kedua, cinta kepada Yesus Kristus masih berkobar-kobar. Dengan demikian mereka selalu mencari jiwa-jiwa untuk menyelamatkan. Ketiga, Mereka tidak mencari popularitas tetapi menghadirkan Kristus dan membiarkan orang-orang menerima Kristus di dalam hidup mereka. Keempat, mereka patuh kepada Roh Kudus. Roh yang menggerakkan semangat untuk menginjil dalam perjalanan misioner mereka. Semangat Paulus ini haruslah tetap menjadi semangat bagi Gereja masa kini.

Misi dan Evangelisasi dari Yesus bisa berjalan karena Roh Kudus memberi semangat. Di dalam amanat perpisahannya Yesus mengatakan tentang wakil-wakilnya untuk menyemangati Gereja. Pertama, Roh Kudus. Roh Kudus diutus oleh Yesus berasal dari Bapa. Dialah Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa dan bersaksi tentang Yesus. Kedua, para rasul. Yesus mengatakan bahwa para rasul itu adalah saksi karena dari semula mereka sudah ada bersama Yesus. Pengalaman-pengalaman kebersamaan itu haruslah dibagikan, diwartakan kepada semua orang.

Kosekuensi sebagai pewarta Injil adalah penolakan. Yesus sudah tahu bahwa para murid yang menjadi saksi itu akan dikucilkan dan dibunuh. Mengapa orang bisa melakukan semuanya itu? Yesus memberi satu alasan, karena mereka tidak mengenal Bapa dan tidak mengenal Yesus sebagai Putra-Nya. Yesus lebih dahulu mengatakan semuanya ini supaya para murid selalu siap untuk memberi kesaksian yang benar.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membuka wawasan kita supaya mengerti dengan baik tugas dan panggilan kita sebagai pewarta Injil. Kita sebagai gereja mewartakan Yesus Kristus sebagai satu-satunya Penebus dunia. Kita tidak dipanggil untuk mewartakan diri kita sendiri. Apabila orang menerima pewartaan kita dan menjadi percaya kepada Kristus maka biarkan Tuhan menumbuhkan imannya. Tuhanlah yang akan menyempurnakan segala-galanya. Kita juga disadarkan bahwa Tuhan Yesus tidak membiarkan kita sendirian menjadi saksi-Nya. Ada Roh Kudus yang memberi kesaksian bahwa Yesus sungguh-sungguh menjadi satu-satunya Penebus kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply