Food For Thought: Berani Sign in maka berani juga Sign out

Berani untuk Sign in, berani juga Sign out!

Fr. JohnPara pengguna gadget pasti mengenal istilah sign in dan sign out. Ketika seseorang mulai menggunakan Facebook ia harus sign in dan setelah menggunakananya ia diminta untuk sign out demi kenyamanan dan keamanan privacynya sebagai pengguna. Apabila orang tidak berhati-hati atau lalai maka bisa berdampak pada kehidupan pribadinya. Secara sederhana orang awam memahami sign in untuk masuk dan menggunakan aplikasi gadget misalnya medsos dan sign out untuk keluar dari aplikasi gadget tersebut.

Sign out sebenarnya sengaja diciptakan supaya menjadi sebuah teguran bagi para pengguna agar tidak terlalu melekat pada gadget dan media sosial kesukaannya. Banyak orang berubah perilakunya setelah sign in. Misalya, adalah sebuah pemandangan yang tidak menarik ketika di restoran orang menjadi saling berjauhan satu sama lain meskipun secara fisik berdekatan. Makanan dan minuman menjadi tidak berguna, banyak lalat yang mengerumuninya, orang yang berada di sekitar juga tidak berarti karena yang terpenting adalah kelanjutan dari sign in. Dunia maya ternyata punya power yang menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.

Banyak keluarga yang hadir bersama-sama secara fisik tetap sebenarnya mereka saling berjauhan satu sama lain. Komunikasi antar pribadi bukan lagi komunikasi empat mata yang sangat manusiawi, tatapan yang penuh kasih dari orang tua dan anak atau sebaliknya. Sayang sekali karena tatapan mata itu sudah berubah menjadi tatapan semu di depan gadget. Masalahnya adalah para orang tua dan pembina orang muda sudah tidak bisa membendung pemakaian gadget. Saya senang dengan sebuah keluarga yang berkomitmen: kalau ada makan bersama dan doa, dilarang menggunakan gadget. Harus sign out secara total. Seorang ibu pernah bercerita, ia ditegur anak bungsunya karena sambil makan ia masih menerima telpon dari teman arisannya.

Di dalam Injil kita menemukan Yesus sebagai pendidik terbaik. Ia menyadarkan seorang muda yang tidak memiliki sikap lepas bebas terhadap harta kekayaannya. Yang saya maksudkan adalah kisah orang muda dalam Injil (Mrk 10:17-27) adalah contoh orang yang setelah sign in tidak mampu sign out. Ia mengenal sepuluh perintah Allah dan konon sudah menurutinya namun ia tidak mampu berbagi dengan sesama yang miskin. Hatinya terlampau melekat dapa harta duniawi. Tuhan Yesus mengingatkannya kalau mau mengikuti-Nya: pergi ke rumahnya, menjual segala milikinya, hasil penjualan itu dibagikan kepada orang miskin. Setelah tidak memiliki apa-apa maka ia boleh datang untuk mengikuti Yesus. Perkaranya bukan soal sudah menjual tetapi hasilnya itu bagikan kepada kaum miskin. Ini baru namanya kesempurnaan dalam mengikuti Tuhan Yesus. Orang harus berani sign out dari kekayaan yang dimilikinya supaya lebih bebas mengikuti Tuhan.

St. Antonius Abas dan St. Fransiskus dari Asisi sudah membuktikannya dan sempurna! Kedua orang kudus ini adalah orang-orang kaya yang rela sign out. St. Aloisius Gonzaga juga rela meninggalkan harga diri sebagai bangsawan untuk mengikuti Yesus Kristus. Ia melayani Tuhan dengan sukacita. Sign out berarti kempuan untuk keluar dari diri sendiri, dari harta yang mengikat untuk bisa menyapa sesama dan mengasihi mereka.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply