Homili 1 Juni 2015

Hari Senin, Pekan Biasa IX – St. Yustinus
Tob. 1:1a,2a,3;2:1b-8
Mzm. 112:1-2,3-4,5-6
Mrk. 12:1-12.

Inilah Gambaran Dunia Kerja

Fr. JohnSaudari dan saudara terkasih. Saya berasal dari kampung dan pada masa kecil selalu ikut bekerja bersama orang tua di kebun. Sambil membantu mereka, saya juga belajar banyak hal tentang bagaimana menjadi petani yang baik di kebun sendiri. Saya memperhatikan cara para petani membuka kebun baru di daerah-daerah pedesaan untuk menanam padi dan jagung. Mereka biasanya menyiapkan lahan dengan membersihkan, menggemburkan tanah, membuat batas lahan dengan pagar hidup atau pagar tembok. Tujuannya adalah supaya orang mengetahui bahwa tanah itu sudah ada pemiliknya,  dan supaya hewan-hewan tidak masuk dan merusak semua tanaman di kebun. Sang tuan tanah betul-betul memiliki tanggungjawab yang besar terhadap lahannya sambil menunggu datangnya hujan. Harapan seorang petani adalah supaya lahannya mendapat air hujan secukupnya dan bisa memberikan hasil pertanian yang berlimpah rua.

Kebiasaan tuan kebun atau para petani umumnya juga banyak dikisahkan di dalam Kitab Suci. Perikop Injil Markus menghadirkan sebuah kisah seorang tuan kebun yang bijak. Ia memiliki sebidang tanah yang cocok untuk ditanami dengan pohon-pohon anggur. Usai menanami tanahnya dengan tunas-tunas pohon anggur muda, ia lalu mengawasinya dengan saksama selama beberapa saat. Hal yang dilakukan dalam pengawasannya adalah melindungi tanaman anggur dari binatang-binatang buas seperti rubah dan babi hutan dengan membuat pagar di sekeliling kebun anggurnya (Kid 2:15; Mzm 80:14). Dia bahkan melengkapi kebun anggur dengan alat pemeras anggur dan menara jaga. Menara jaga digunakan untuk mengintai pencuri selama musim panen, dan juga dapat digunakan sebagai tempat tinggal penggarap-penggarap kebun anggur.

Di dalam pikiran sang tuan kebun, kebunnya itu akan menghasilkan keuntungan yang besar di masa depan. Namun ia harus menunggu sekurang-kurangnya lima tahun sampai anggur itu berbuah dan memberi keuntungan kepadanya. Dia lalu menyewakannya kepada para penggarap dengan persetujuan saling membagi hasil. Para penggarap setuju dan mengolahnya dengan tujuan yang sama yaitu mendapatkan hasil yang berlimpah sehingga bisa medapatkan keuntungan secara finansial bagi kedua belah pihak. Sambil menunggu pohon-pohon anggur itu berbuah mereka tentu menanam sayur mayur di antara pohon anggur dan hasilnya dibagikan bersama tuan kebun.

Tanaman anggur semakin besar dan mulai mengeluarkan bunga dan buah. Para penggarap melihat potensi keuntungan yang besar maka ia tentu memiliki rencana yang busuk untuk merugikan tuan kebun. Tuan kebun anggur sendiri selalu berpikiran positif sehingga meskipun berada di tempat yang jauh, ia menyuruh hamba-hambanya untuk mengambil hasil yang menjadi haknya sesuai persetujuan bersama. Namun apa yang terjadi? Ia menyuruh hamba pertama, tetapi ia ditangkap, dipukuli dan mereka menyuruhnya pergi dengan tangan hampa. Hamba kedua disuruh oleh tuannya tetapi ia juga dipukul sampai luka kepalanya dan sempat dipermalukan. Hamba ketiga disuruhnya tetapi mereka semakin ganas dan membunuhnya. Hamba-hamba lain juga disuruh untuk mengambil hasil yang menjadi haknya tetapi mereka juga mendapat perlakuan yang sama.Ia lalu menyuruh anak yang dikasihi-Nya. Mereka pun membunuhnya karena dialah ahliwaris tunggal. Mereka menjadi tamak dan berpikir bahwa tanah itu akan menjadi hak milik mereka dan mereka menjadi kaya raya.

Setelah melihat semua sikap jahat dari para penggarap ini maka tuan kebun yang bijak ini datang dan membinasakan para penggarap. Kebun anggurnya ini akan disewakan kepada penggarap-penggarap lain yang akan memberikan hasil dengan jujur dan tepat pada waktunya. Kisah ini diceritakan Tuhan Yesus untuk menggambarkan penderitaan diri-Nya sendiri dan berbagai perlakuan jahat yang pernah dialami oleh para nabi sebelumnya. Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dialah batu yang dibuang oleh tukang bangunan dan menjadi batu penjuru.

Kisah Injil ini memang menarik perhatian kita semua karena sangat kontekstual dengan kehidupan kita saat ini. Mari kita memandang sang tuan kebun. Ia adalah pribadi  yang bijak. Ia percaya kepada para penggarap, sabar dan penuh perhatian untuk mensejahterakan mereka. Ia juga berpegang teguh pada persetujuan bersama yaitu bagi hasil, dengan demikian para penggarap sejahtera, dia sebagai pemilik juga puas. Namun sayang sekali karena semua yang dipikirkannya itu tidak berhasil. Di lain pihak para penggara, sebelumnya jujur, taat, tekun dan setia. Semakin lama mengolah tanah tersebut sifat tamaknya juga mulai muncul. Persetujuan bersama dengan tuan tanah tidak mereka taati. Mereka juga menunjukkan sikap brutal terhadap para hamba termasuk anak dari tuan kebun sendiri. Akibatnya mereka tidak hanya kehilangan pekerjaan tetapi juga kehilangan nyawa. Ini adalah perlakuan bagi orang yang tamak.

Saudari dan saudara terkasih. Kisah Injil ini adalah kisah hidup keseharian kita setiap hari. Kalau saja anda adalah pemilik kebun anggur maka apa yang harus anda lakukan? Milikilah rasa percaya, bijaksana, sabar dan memperhatikan kesejahteraan sesama yang bekerja denganmu. Siapapun pekerjanya, dia adalah pemberian Tuhan dan anda siap untuk mensejahterakannya. Kalau saja anda adalah pekerja di “kebun orang” maka apa yang harus anda lakukan? Anda harus bekerja dengan jujur, tekun dan setia. Ingat, seorang pekerja patut mendapat upahnya! (Luk 10:7). Jauhilah sikap tamak. Kalau anda adalah pekerja jangan berambisi menjadi pemiliknya. Jangan merampas, dan jangan memeras. Cukupkanlah dirimu dengan gaji yang anda terima (Luk 3:14).

Perikop Injil ini juga membantu kita untuk merenung tentang tugas dan tanggung jawab kita masing-masing di dalam dunia kerja. Tuhan sebagai pemilik kebun sudah menyiapkan segalanya dan mempercayakannya kepada kita. Maka kita harus bekerja sebagai “penggarap” yang baik untuk mencapai kesejahteraan banyak orang. Bekerja dengan baik mengandaikan banyak hal seperti komitmen untuk bekerja, ketekunan dan menggunakan waktu dengan baik. Banyak pekerja senang berdemo melawan perusahaannya tetapi ia lupa bahwa banyak kali ia lalai melakukan tugas dan tanggung jawabnya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply