Homili Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus/B – 2015

Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus/B
Kel. 24:3-8
Mzm. 116:12-13,15,16bc,17-18
Ibr. 9:11-15
Mrk. 14:12-16,22-26

Ekaristi sebagai tanda Perjanjian!

Fr. JohnPada hari ini kita merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Kita patut mengucapkan selamat kepada anak-anak muda dan remaja yang barusan menerima komuni pertama di paroki dan stasi mereka. Semoga Tuhan Yesus tetap selamanya menjadi bagian dari kehidupan mereka. Sebenarnya perayaan kudus ini merupakan gabungan dari tiga perayaan yakni pertama, perayaan kurban Ekaristi. Kedua, Pesta Sakramen Ekaristi dan ketiga, Pesta kehadiran Yesus yang nyata. Hari Raya ini tentu bertujuan, pertama, supaya umat Allah menyatakan puji dan syukur kepada Allah karena kehadiran nyata Yesus Kristus di dalam Ekaristi Kudus. Kedua, untuk mengajar umat supaya memahami rahasia, iman dan devosi Ekaristi. Ketiga, untuk mengajar kita supaya mengapresiasi dan menerima anugerah yang agung dari Ekaristi Kudus, sebagai sakramen dan sebagai kurban.

Pada perayaan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini, saya mengingat sebuah kisah dalam kehidupan Kardinal Hume dari Westminster. Dia mengisahkan perjalanannya ke Etiopia. Negara itu mengalami kelaparan pada tahun 1984-1986. Kardinal Hume menyempatkan dirinya untuk mengunjungi negara Etiopia tersebut di tengah kelaparan mereka. Ia sempat mengunjungi sebuah perumahan yang dihuni oleh banyak orang yang kelaparan. Pada saat itu ia menjumpai seorang bocah panti asuhan berusia 10 tahun, tanpa pakaian datang kepadanya dan mencium tangan Kardinal. Bocah itu mengikuti Kardinal Hume, sambil tangan sebelahnya memegang tangan Kardinal, tangan yang lainnya menunjuk ke arah mulut dan sekali-sekali mengisap jarinya. Kardinal melihat gerak tubuh bocah ini dan menafsirkannya. Ia mengatakan bahwa sesungguhnya anak itu membutuhkan dua kebutuhan mendasar yaitu kebutuhan hidup dan kelaparan-kelaparan. Gerak tubuh pertama ia mau menunjukkan kepada Kardinal bahwa ia memang butuhkan makanan dan minuman, dan dengan tangan yang lain, ia mau menunjukkan bahwa ia lapar akan kasih sayang. Setiap hari kita menemukan banyak orang yang lapar akan makanan dan minuman, tetapi lebih banyak lagi yang lapar akan kasih sayang, di dalam keluarga, di antara sahabat dan kenalan mereka.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada Hari Raya Tubuh dan darah Kristus ini membantu kita untuk merenungkan Sakramen Ekaristi sebagai tanda perjanjian kasih Allah dan manusia. Di dalam bacaan pertama dari Kitan keluaran dikisahkan tentang perjanjian yang diikat oleh Tuhan Allah dan manusia. Musa bersatu dengan Tuhan selama empat puluh hari dan empat puluh malam. Dia turun gunung dengan membawa perintah-perintah Tuhan yang dituliskan dalam dua loh batu. Ia menyampaikan semuanya ini kepada umat Israel dan mereka sepakat mengatakan: “Segala firman yang telah diucapkan Tuhan itu, akan kami lakukan.” (Kel 24:3).

Selanjutnya Musa mendirikan Mezbah di kaki gunung dengan dua belas tugu. Orang-orang muda disuruhnya untuk mempersembahkan kurban bakaran, menyembeli lembu-lembu jantan sebagai kurban keselamatan kepada Tuhan. Darah lembu jantan dimasukkan ke dalam pasu lalu disirami pada mezbah yang sudah disiapkan. Darah yang sama diperciki Musa kepada semua orang Israel. Musa berkata: “Inilah darah perjanjian yang diadakan Tuhan dengan kamu, berdasarkan segala firman ini.” (Kel 24:8). Perlu diketahui bahwa penggunaan Darah dalam upacara perjanjian hendak menunjukkan bahwa suatu relasi telah terbentuk oleh semua pihak yang berjanji. Kehadiran sang ilahi dilambangkan dengan altar kudus-Nya dan umat diperciki dengan darah sebagai satu kesatuan.

Penulis Surat kepada Umat Ibrani mengatakan bahwa Darah Kristus akan menyucikan hati nurani kita. Kristuslah Imam Agung demi kesejahteraan masa yang akan datang. Ia sudah mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya sendiri satu kali untuk selama-lamanya bagi keselamatan manusia. Yesus Kristus sendiri telah mempersembahkan Tubuh dan Darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggara yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama. (Ibr 9:14-15). Konsep Ekaristi yang bisa kita tangkap adalah luhurnya pengorbanan hidup. Tuhan Yesus menunjukkan kekuatan dan kuasa-Nya sebagai Anak Allah. Ia taat kepada Bapa dengan mempersembahkan seluruh kehidupan-Nya satu kali untuk selama-lamanya. Ini juga merupakan usaha untuk hidup dalam ketaatan dan kasih kepada Tuhan.

Di dalam malam perjamuan terakhir Tuhan Yesus duduk dan makan bersama-sama dengan para murid-Nya. Ini merupakan salah satu peristiwa yang sangat luhur karena Ia membentuk Ekaristi. Pada malam itu Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: “Ambillah, inilah tubuh-Ku.” Dia juga mengambil cawan berisi anggur. Ia mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu. “Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang. Sesungguhnya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah.”

Tuhan Yesus mengasihi kita dengan mengorbankan tubuh-Nya dan menumpahkan darah-Nya sendiri bukan dengan tubuh dan darah hewan yang dikurbankan. Kita pun dipaggil untuk memperteguh perjanjian kasih dengan Tuhan. Perayaan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus membantu kita untuk bertumbuh secara jasamani dan rohani. Secara jasmani, kita berdoa dan berharap supaya tetap bersatu dengan Tuhan Allah. Kita juga dibantu untuk bertumbuh secara rohani. Iman kita semakin diteguhkan karena Perjanjian kasih dan keselamatan Tuhan sungguh-sungguh terlaksana.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply