Homili 23 Juni 2015

Hari Selasa, Pekan Biasa XII
Kej. 13:2,5-18
Mzm. 15:2-3ab,3cd-4ab,5
Mat. 7:6,12-14

Memilih mana yang baik dan benar

Fr. JohnDalam menjalani hidup pribadi, kita selalu berhadapan dengan pilihan-pilihan tertentu. Ibarat seorang anak usia dini dihadapkan pada pilihan: aneka permen, gadget berisi games on line, buah-buahan, bakmie, soto babat dan baju baru. Kemungkinan besar ia memilih yang baik menurut dia, tetapi belum tentu merupakan pilihan yang benar di mata orang tua. Misalnya ia mungkin saja memilih gadget yang banyak games-nya. Ini adalah pilihan baiknya, tetapi bukanlah sebuah pilihan yang benar bagi seorang anak di usia dini. Orang tuanya akan mendampinginya supaya pilihan baiknya ini menjadi pilihan yang benar dan berguna bagi masa depannya. Paus Fransiskus pernah mengatakan bahwa internet itu adalah sebuah hadia dari Tuhan karena bisa menyatukan semua orang dari berbagai suku dan bangsa. Namun orang harus bijaksana dalam menggunakannya. Oleh karena itu ia pernah mengatakan kepada para orang tua supaya tidak membiarkan anak-anak menggunakan computer di kamar tidur. Bagi Paus Fransiskus, konten pornografi bisa diakses dengan mudah lewat internet dan memiliki dampak yang sangat buruk bagi jiwa anak-anak. Seruan Paus Fransiskus ini menjadi kekuatan bagi para orang tua dalam mendidik anak-anak.

Dua figur yang hari ini menginspirasikan kita adalah Abram dan Lot. Dikisahkan bahwa Abram sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya. Lot juga memiliki domba-domba dan lembu dan kemah. Namun negeri itu tidak mampu menampung harta milik serta keturunan mereka sehingga terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan Lot. Abram dan Lot segera mengambil sikap untuk menjawabi peristiwa ini. Dalam pertemuan bersama diputuskan supaya ada pemisahan satu sama lain. Pada saat itu Abram berkata: “Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri.” (Kej 13:8-9).

Abram dan Lot pun memilih di hadapan Tuhan. Pada waktu itu Lot memilih tanah yang terbaik baginya yakni Lembah Yordan yang banyak airnya. Ia pun berpisah dengan Abram dan mendiami lembah Yordan, dekat Sodom. Di masa depan Sodom dan Gomora dihancurkan karena dosa-dosanya besar di hadapan Tuhan. Abram sendiri memilih yang benar dengan tinggal tetap di tanah Kanaan seperti sudah dijanjikan Tuhan. Tuhan berkata kepada Abram: “Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya. Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmupun akan dapat dihitung juga. Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu.” (Kej 13:14-17). Abraham lalu mendirikan kemahnya di Mamre dan mendirikan Mezbah di Hebron.

Lot memilih tanah yang baik sesuai kriterianya sebagai manusia. Ia berpikir bahwa semuanya pasti baik-baik saja, ada kecenderungan pola hidup gampang di dalam dirinya. Namun semuanya berubah di masa depan. Orang-orang Sodom dan Gomora banyak dosanya sehingga kedua kota ini hancur. Lot sekeluarganya pun kena dampaknya. Artinya memilih yang baik belum tentu benar di mata Tuhan. Memilih yang baik itu sering tercampur dengan situasi emosional diri pribadi.Sebaliknya, Abram memilih yang benar. Ia tetap tunduk pada rencana Tuhan sejak semula. Untuk itu tanah Kanaan tetaplah menjadi pijakannya. Di masa depan Abraham mendapat berkat berkelimpahan. Keturunannya banyak, kebahagiaan dan kesejahteraan dinikmatinya. Pilihan Abraham tepat karena ia masih mengandalkan Tuhan dibandingkan Lot yang lebih mengandalkan dirinya sendiri. Satu hal yang penting di sini adalah bagaimana kita patuh kepada Tuhan dan kuasa-Nya.

Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus menghendaki hati kita murni di hadirat-Nya. Hati yang murni dengan menjauhi segala dosa dan salah dalam hidup. Tuhan Yesus berkata: “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.” (Mat 7:12). Kita di hadapkan pada dua hal yang berlawanan satu sama lain. Di satu pihak ada barang yang kudus dan mutiara, di lain pihak ada anjing dan babi. Kekudusan adalah jati diri, kemuliaan, kebenaran dan kebaikan Tuhan. Mutiara adalah barang indah yang selalu dicari oleh setiap orang. Mutiara bisa dijadikan alat-alat perhiasan yang indah-indah dan sangat bernilai. Oleh karena itu mutiara bisa dijadikan lambang kebenaran dan kekudusan Allah. Maka kekudusan dan keindahan adalah lambang kehadiran Tuhan. Anjing dan babi adalah hewan yang kotor dan najis. Lambang dari dosa dan salah yang dilakukan manusia.

Tuhan Yesus juga memberi perumpamaan yang lain untuk menunjukkan jalan yang benar. Pertama, hukum emas yang harus dimiliki oleh setiap orang: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 7:12). Kasih itu berasal dari Tuhan maka sifatnya universal. Karena itu, apabila kita mengasihi dan berbuat baik maka kasih dan kebaikan itu juga akan kita terima dan rasakan. Kedua, pintu yang sempit. Tuhan Yesus berkata: “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Mat 7:13-14). Yesus adalah pintu masuk yang benar. Mengikuti Yesus berarti memikul salib!

Kita juga dihadapakan pada pilihan mengikuti Yesus secara murni dan konsekuen atau tidak. Mengikuti Yesus kristus itu seperti masuk melalui pintu yang sempit. Kita harus berjuang, bartahan dalam hidup kita. Mengikuti Yesus dari dekat dengan hati yang tidak terbagi. Siap berjuang, menderita bahkan mati bagi Yesus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply