Food For Thought: Masuk melalui pintu sempit

Masuk melalui pintu yang sempit

P. John SDBUntuk mengambil keputusan yang benar, kita harus membuat suatu pertanyaan yang tepat. Misalnya, kalau kita bertanya, “Apa yang saya kehendaki?” Pertanyaan sederhana ini menggambarkan bagaimana kita lebih mengandalkan diri sendiri dari pada mengandalkan Tuhan. Untuk membuat sebuah keputusan yang benar kita harus memutuskan dalam terang iman dan bukan dengan penglihatan semata (2Kor 5:7). Misalnya, dalam kisah Abram dan Lot. Karena pertentangan yang dilakukan oleh para gembala maka mereka harus berpisah satu sama lain. Lot mengambil keputusan dengan memilih tanah yang baik yaitu lembah Jordan yang subur dan dia tinggal di sekitar daerah Sodom. Namun karena dosa orang-orang Sodom dan Gomora maka kedua kota ini pun hancur. Lot ikut mengalami dampaknya (Kej 13:10-11). Hal ini berbeda dengan Abram yang mengambil keputusan yang benar. Ia mendapat berkat dari Tuhan turun temurun. Maka keputusan yang baik belum tentu benar.

Untuk mengambil keputusan yang benar, kita tidak harus mencari hal-hal yang mudah atau memudahkan kita saja, karena bisa saja membawa kita kepada kebinasaan (Mat 7:13), sedangkan jalan yang sempit, keras, jalan salib akan membawa kita kepada keselamatan kekal (Mat 7:14). Keselamatan dalam nama Yesus Kristus melalui jalan salib. Ada penderitaan, ada keselamatan.

Apa yang terjadi saat ini? St. Dominikus Savio pernah berjanji: “Saya lebih baik mati dari pada berbuat dosa”. Janji orang kudus ini bebeda dengan kebanyakan orang saat ini. Mereka berprinsip lebih baik berdosa dari pada mati. Dalam masyarakat kita orang mengaku beragama, dan sadar tetapi masih korupsi. Orang sadar melakukan aborsi. Ini adalah jalan menuju kebinasaan bukan kehidupan kekal. Kalau berani masuk melalui pintu yang sempit maka kebahagiaan kekal adalah hadianya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply