Homili 27 Juni 2015

Hari Sabtu, Pekan Biasa XII
Kej. 18:1-15
Mzm. (MT Luk). 1:46-47,48-49,50,53
Mat. 8:5-17

Merasakan Kemurahan hati Tuhan

Fr. JohnAda seorang sahabat yang mengakui dirinya pernah pelit, sulit untuk berbagi dengan sesamanya yang membutuhkan. Ia bercerita bahwa setiap kali mengikuti ibadat di Gereja, ada kesempatan untuk memberi kolekte. Ia tidak pernah tergerak hati untuk memberi kolekte apa pun di gereja. Pada suatu hari ia menyaksikan seorang nenek, sedang berjalan tertatih-tatih di bawah terik matahari tetapi masih berdiri sejenak untuk memberi sepeser uang logam kepada seorang pengemis yang lebih muda usianya. Ia berjalan lagi dan menemukan seorang pengemis yang mengenakan kaos bertuliskan: “Hendaknya kamu bermurah hati”. Ia kembali ke rumah sambil membawa dua pengalaman sederhana, tetapi memiliki power yang luar biasa yang mengubah seluruh hidupnya saat itu. Sejak saat itu ia belajar bermurah hati kepada semua orang.

Banyak di antara kita yang sulit bermurah hati tetapi ketika disadarkan Tuhan, mereka juga bisa bermurah hati terhadap sesama. Kata kemurahan hati dalam bahasa Yunani disebut chrestotes, bahasa Latin disebut benignitas, dan bahasa Inggris disebut kindness. Benignitas berarti perbuatan baik yang nyata, kelembutan dalam berlaku terhadap sesama dan bersikap penuh rahmat. Di dalam Kitab Suci, kita menemukan ekspresi murah hati misalnya dalam kitab Rut 2:2; Nehemia 2:8; Yeremia 3:12; Mazmur 30:5 (30-6); Matius 5:7; Matius 20:15; Lukas 6:36; Yakobus 1:5; 1 Korintus 13:4. Kemurahan hati dilakukan oleh Tuhan bagi maunusia. Tuhan Yesus sendiri bersabda: “Berbahagialah orang yang murah hatinya karena mereka akan beroleh kemurahan (Mat 5:7). Di dalam Injil Lukas, Yesus berkata: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Luk 6:36).

Pada hari ini kita belajar dari Tuhan Yesus, bagaimana Ia menunjukkan kemurahan hatin-Nya. Tuhan Yesus tidak hanya berbicara tentang kemurahan hati, tetapi Ia juga bermurah hati dalam perbuatan nyata. Inilah yang harus kita ikuti sebagai pengikut-pengikut-Nya. Dikisahkan bahwa setelah turun dari bukit, Yesus berjalan menuju ke Kapernaum. Yesus berjumpa dengan seorang perwira Romawi yang datang dan memohon supaya Tuhan Yesus bisa menyembuhkan hambanya yang sakit lumpuh dan sangat menderita. Yesus bersedia datang untuk menyembuhkannya. Tetapi perwira itu merasa tidak pantas menerima Yesus di rumahnya sehingga ia hanya bisa meminta supaya Tuhan Yesus mengatakan sepata kata supaya hambanya bisa sembuh. Perwira ini mengenal dirinya sebagai bawahan dan ia juga masih memiliki prajurit yang akan melakukan perintahnya. Yesus mengakui iman perwira ini, hambanya pun mengalami kesembuhan. Yesus murah hati terhadap semua orang!

Di samping menyembuhkan hamba sang perwira Romawi itu, Yesus juga menyembuhkan mertua Simon Petrus yang sedang sakit demam. Tuhan Yesus memegang tangan perempuan itu sehingga sembuhlah ia seketika. Ia pun siap untuk melayani Yesus dan para murid-Nya. Menjelang malam, situasi hampir gelap, orang-orang membawa banyak orang sakit, mereka yang kerasukan setan, dan roh jahat untuk disembuhkan. Yesus sungguh menunjukkan diri-Nya sebagai pemenuhan dari kitab Yesaya: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.” Hal yang menarik perhatian kita adalah jawaban atas kemurahan hati Yesus adalah kita siap untuk melayani. Dia sudah murah hati dengan kita maka jangan pernah malas untuk melayani sesama.

Kedua peristiwa penyembuhan ini menunjukkan jati diri Yesus sebagai Tuhan yang murah hati. Ia bermurah hati dengan mencari, menemukan dan menyelamatkan orang-orang yang sangat membutuhkan-Nya. Sikap Tuhan Yesus ini menunjukkan bagaimana Allah Bapa begitu baik kepada semua orang. Ia mengutus Yesus untuk menyelamatkan manusia dengan cara menyembuhkan orang-orang yang sakit dan menderita. Yesus juga menyembuhkan sakit dan kelemahan-kelemahan kita. St. Petrus berkata: “Serahkanlah kekuatiranmu kepada-Nya, sebab ia yang memelihara kamu.” (1Ptr 5:7).

Di dalam bacaan pertama, kita mendengar kisah lanjut dari Abraham dan Sara. Tuhan sudah berjanji untuk memberi kasih karunia berupa keturunan kepada Abraham dan Sara. Maka di usia senja, Tuhan masih mau menunjukkan kemurahan hatinya kepada mereka. Pada waktu itu ada tiga utusan Tuhan datang dan berdiri di depan Abraham dekat pohon terbantin. Abraham menerima dan melayani mereka. Abraham meminta Sara untuk mempersiapkan perjamuan bersama. Setelah mereka membasuh diri, mereka pun menyantap hidangan yang lezat.

Setelah mereka kenyang, mereka coba membicarakan kehidupan dan masa depan Sara dan Abraham. Mereka sudah tua, lanjut umur dan Sara sendiri mengaku telah mati haid. Itu sebabnya ia tertawa dan berkata di dalam hatinya: “Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?” (Kej 18:12). Tuhan menegur Abraham karena ia membiarkan Sara tertawa di dalam kemah. Sara mendengar secara jasmani bukan rohani. Pada akhirnya Sara sadar bahwa Tuhan akan menepati janji-Nya. Kelahiran Ishak di dalam keluarga Abraham adalah bukti kemurahan hati Tuhan. Ishak berarti “tertawa” karena ibunya tertawa ketika mendengar perkataan para utusan Tuhan bahwa ia akan memiliki anak.

Sabda Tuhan pada hari ini mengambil sifat khas dari Tuhan sebagai Allah yang murah hati. Ia mengutus Yesus ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan manusia. Dia juga mencari dan menyelamatkan kita semua. Mari kita belajar dari Tuhan untuk bernurah hati, berani berbagi dengan sesama yang sangat membutuhkan uluran tangan kita. Bermurah hati bisa menyembuhkan dan menguatkan sesama.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply