Homili Hari Minggu Biasa XVI/B -2015

Hari Minggu Biasa XVI/B
Yer. 23:1-6
Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6
Ef. 2:13-18;
Mrk. 6:30-34

Kami Mendambakan Seorang Gembala Yang Baik

Fr. JohnAda seorang Uskup mengunjungi sebuah Paroki tertua di keuskupannya. Umat di Paroki tertua itu dikenal kalangan luas sebagai umat yang kritis, idealis, berani mengatakan apa adanya tentang keadaan paroki dan para romo serta pengurus gereja parokinya. Kadang-kadang para romo di paroki itu merasa kesulitan dalam membangun komunikasi bersama umat yang jumlahnya sekitar sepuluh ribu jiwa. Mereka kelihatan menjauh dari umat setempat. Upacara penyambutan Bapa Uskup kali ini terbilang sangat meriah. Di pintu gerbang untuk memasuki stasi pusat paroki itu ada sebuah spanduk besar dengan tulisan, bunyinya: “Kami mendambakan seorang gambala yang baik”. Mungkin harapan umat adalah supaya kehadiran Bapa Uskup bisa meneguhkan para gembala supaya menjadi gembala yang baik. Dalam berbagai pertemuan bersama antara Bapa Uskup dan kedua romo, dewan paroki dan seluruh umat, Bapa Uskup mengharapkan supaya semangat pastoral gembala baik harus dibangun kembali di paroki itu. Umat sangat merindukan gembala yang selalu hadir aktif bersama umatnya. Harapan Bapak Uskup ini terwujud dengan baik ditahun berikutnya. Para romo mendapat kekuatan untuk berubah dalam strategi pelayanan pastoral, mereka lebih mengumat, para umat lebih terbuka terhadap pelayanan pastoral para gembala.

Pesan Bapa Uskup untuk membangun kembali semangat gembala baik berlaku di setiap teritori tertentu. Artinya Gereja lokal harus merasakan kehadiran gembala dan berbagai tugas pelayanannya dalam nama Yesus, sang gembala baik. Banyak umat selalu mengeluh karena para pastor tidak menghayati semangat sebagai gembala. Ada pastor yang hobbinya membuat pesta hura-hura di paroki, tetapi tidak memiliki dampak terhadap pertumbuhan iman umat. Ada pastor yang merasa bahwa Ekaristi itu biasa saja maka ia tidak ada persiapan untuk merayakan Ekaristi dengan baik, malas untuk mendengar pengakuan dosa dan aneka pelayanan lainnya. Ada pastor yang kurang bergaul dengan umat, memilih mana yang ia sukai dan menghindar umat lainnya. Ini sedikit keluhan umat di mana-mana. Ini juga menjadi tantangan bagi para gembala masa kini untuk menjadi gembala baik.

Pada hari Minggu Biasa ke-XVI/B ini, Tuhan menyapa kita melalui Sabda-Nya untuk belajar dari diri-Nya sebagai gembala yang baik. Seorang gembala yang baik memiliki kepekaan istimewa terhadap kebutuhan domba-domba gembalaannya. Tuhan melalui nabi Yeremia berkata: “Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!” (Yer 23:1). Perkataan Tuhan ini merupakan kritik sosial bagi para penguasa sosial dan keagamaan di masa nabi Yeremia di mana mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan bersama. Mereka juga menomorduakan Tuhan. Itu sebabnya mereka patut mendapat hukuman.

Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil tergerak hati-Nya oleh belaskasih kepada semua orang yang datang kepada-Nya. Para murid sudah diutus-Nya untuk pergi dan bertindak sebagai gembala untuk mewartakan Injil dan menghadirkan Kerajaan Allah. Mereka kembali dengan sukacita karena telah melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan Yesus dengan baik. Tuhan Yesus lalu mengambil inisiatif supaya para murid-Nya memiliki waktu cukup untuk beristirahat, dan melayani lebih baik lagi, namun pada saat itu, Ia masih tergerak hati oleh belas kasihan karena melihat banyak orang seperti domba tanpa gembala. Ia bertindak sebagai gembala baik dengan mengajar mereka. Lihatlah bahwa ternyata satu kelemahan para gembala adalah kelalaiannya dalam menggembalakan domba-dombanya.

Teguran Tuhan melalui nabi Yeremia boleh dibilang sangat keras. Mengapa? Karena Tuhan melihat bahwa para gembala sudah mulai lalai dalam melakukan tugas penggembalaannya. Tuhan berkata: “Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman Tuhan. Dan Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku menceraiberaikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak. Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekorpun.” (Yer 23:2-4).

Di sini, Tuhan menghendaki agar seorang gembala memiliki semangat penggembalaan yang baik dan bertanggungjawab dalam perutusannya. Sang gembala sudah berjanji untuk mengabdi Tuhan dan sesama maka hendaknya semangat pengabdian itu benar-benar dijalankan di dalam hidupnya. Kita harus selalu ingat bahwa Tuhan sendiri akan menjadi gembala Agung yang memperhatikan domba-domba-Nya.

St. Paulus dalam bacaan kedua melihat Yesus sebagai gembala yang datang untuk memperdamaikan dan menyatukan semua orang. Di dalam Kristus yang menumpahkan darah-Nya, orang-orang yang tadinya jauh menjadi dekat. Tuhanlah yang mempersatukan permusuhan di dalam diri kita akibat dosa. Salib adalah tanda damai, tanda yang mempersatukan manusia dengan Tuhan. Tuhan Yesus datang dan memberitakan damai sejahtera kepada orang yang jauh, yang suka hidup dalam dosa kepada mereka yang dekat, yang layak dengan-Nya. Tugas kegembalaan kita adalah mempersatukan semua orang. Gembala jangan mengadu domba tetapi menyatukan semua pihak.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia memberikan para pilihan-Nya sebagai gembala-gembala di dalam Gereja. Para gembala tentu bukan orang yang sempurna tetapi mereka adalah pilihan Allah bukan pilihan manusia. Para gembala menjadi sempurna karena pelayanan kasih di dalam Gereja. Para gembala mencapai kekudusan karena Ia menguduskan umat Allah. Tuhan sendiri berkata: “Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekorpun.” (Yer 23:4). Anda dan saya dipanggil untuk menjadi gembala bagi banyak orang. Para orang tua menjadi gembala di dalam keluarga. Lakukan tugas kegembalaanmu dengan sukacita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply