Homili 1 Oktober 2015 (Bacaan Harian)

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXVI
Neh. 8:1- 4a,5-6,7b-12
Mzm. 19:8,9,10,11
Luk. 10:1-12

Diutus untuk mewartakan Sabda

imageTuhan Yesus membutuhkan manusia sebagai mitra Kerja-Nya. Untuk itu Ia memanggil dan memilih orang-orang tertentu, yang nantinya akan diutus untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya. Kali ini, Ia memanggil dan menunjuk tujuh puluh murid dan mengutus mereka pergi berdua-dua. Tugas mereka sebagai Utusan, yang bekerja bersama dalam semangat persekutuan saat itu adalah menyiapkan semua orang untuk menerima kedatangan Tuhan Yesus. Di setiap kota yang dikunjungi, mereka mewartakan Kabar Sukacita yang mereka dengan sendiri dari Yesus. orang-orang itu mendengar Injil dan merasakan perubahan yang besar dalam hidup mereka. Iblis saja jatuh dari langit karena kuasa Yesus yang dianugerahkan kepada para rasul atau utusan-Nya.

Tuhan Yesus masih membutuhkan banyak orang. Ia berkata: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Luk 10:2). Perkataan Yesus ini sangat menarik perhatian kita. Selama ini banyak orang mendoakan “doa mohon panggilan” untuk menjadi pastor, frater, bruder dan suster. Di dalam pikiran mereka hanya ada harapan bahwa Tuhan bisa membuka hati kaum muda untuk menjawabi panggilan Tuhan. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian supaya Ia mengirim pekerja-pekerja untuk tuaian.” Artinya, Tuhan sudah punya orang yang terdaftar, yang siap diutus untuk melayani-Nya. Tinggal bagaimana kita sebagai Gereja berdoa supaya Tuhan mengirimkan mereka untuk mengabdi. Sebagai imam, saya sendiri bangga karena saya juga merupakan milik Tuhan dan Dialah yang mengutusku untuk mewartakan Sabda-Nya di dalam Gereja.

Di sini jelas bahwa Tuhan Allah memiliki pekerja untuk tuaian-Nya. Ia sendiri mengetahui bahwa para pekerja-Nya akan mengalami banyak kesulitan. Mereka laksana anak domba yang diutus ke tengah-tengan serigala (Luk 10:3). Banyak kesulitan bahkan nyawa menjadi taruhan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Tuhan menghendaki agar para abdinya memiliki semangat kemiskinan. Orang yang memiliki semangat kemiskinan akan lebih leluasa melayani Tuhan karena hatinya tidak terikat pada harta duniawi (Mat 6:21). Itulah sebabnya Yesus berkata: “Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.” (Luk 10:4). Para pekerja juga bertugas untuk membawa damai kepada setiap orang. Damai yang diberikan oleh Tuhan (Yoh 14:27) dan barangsiapa membawanya kepada sesama, ia akan disebut anak Allah (Mat 5:9).

Para Utusan Tuhan bertugas untuk menghadirkan damai sejahtera. Damai sejahtera adalah Kristus sendiri (Ef 2:14). Dialah yang mendamaikan Allah dan manusia. Oleh karena itu para Utusan harus tinggal di dalam rumah atau keluarga. Damai Tuhan akan tetap tinggal dalam keluarga kalau orang menerimanya, damai tidak akan tinggal kalau ditolak oleh orang di dalam rumah itu. Para Utusan Tuhan juga membaur dengan sesama dalam hal makan dan minum, semua kebutuhan hidup disiapkan oleh Tuhan melalui umat-Nya. Banyak misionaris gagal dalam perutusannya karena terlalu kuatir dengan hidup keras di tanah misi. Padahal Yesus sendiri berkata: “Seorang pekerja patut mendapat upahnya.”
Para Utusan Tuhan melakukan pekerjaan-pekerjaan Yesus yakni menyembuhkan orang-orang sakit, dan membuka jalan bagi datangnya Kerajaan Allah di dalam diri Yesus sendiri. Apabila para utusan Tuhan ditolak maka mereka tidak perlu kuatir. Mereka masih punya kesempatan untuk berjalan di tempat umum untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Selebihnya, Tuhanlah yang punya kehendak. Tuhan tentu tetap memihak mereka.

Di dalam bacaan pertama kita mendengar tentang umat Allah yang berkumpul untuk ber-Lectio Divina. Umat Allah berkumpul di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta Ezra, pakar Kitab Suci supaya membawa Torah. Ezra pun membawa kitab Taurat ke hadapan jemaat, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti. Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu.

Pada waktu itu Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Ketika ia membuka kitab itu, semua orang bangkit berdiri. Lalu Ezra memuji Tuhan, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: “Amin, amin!”, sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada Tuhan dengan muka sampai ke tanah. Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti semua orang.

Di samping mendengar Sabda, tampil juga tokoh-tokoh seperti Nehemia yang saat itumenjabat sebagai kepala daerah, imam Ezra, para ahli Kitab Suci dan kaum Lewi. Mereka adalah para utusan Tuhan yang mengajar orang-orang di Yerusalem seperti ini: “Hari ini adalah kudus bagi Tuhan Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!”, karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu. Perayaan Sabda diakhiri dengan bersantap bersama-sama. Ada sukacita yang bersumber pada Sabda Tuhan.

Sabda Tuhan pada hari ini menguatkan panggilan hidup kita untuk setia melayani Tuhan dan sesama sebagai rasul atau utusan. Kita harus percaya bahwa kita juga merupakan para pekerja milik Tuhan yang selalu siap untuk mengabdi, melayani dengan sukacita. Mari kita melayani dengan hati gembira. Kita adalah utusan yang tidak melakukan pekerjaan pribadi, melainkan pekerjaan Allah, di dalam diri Yesus Kristus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply