Homili 6 Oktober 2015

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXVII
Yun. 3:1-10
Mzm. 130:1-2,3-4ab,7-8
Luk. 10:38-42

Memilih bagian yang terbaik!

imageAda seorang bapa yang pernah datang kepada saya. Ia bercerita tentang suka dan dukanya mendidik kedua anaknya yang sedang bertumbuh menjadi remaja. Mereka berdua memiliki karakter dan kegemaran yang berbeda satu sama lain. Anak pertama selalu hidup sederhana, rajin dan tekun. Ia selalu mengikuti nasihat kedua orang tuanya. Kesulitannya adalah ia tidak bisa membaur dengan orang-orang yang lain dan cenderung pelit. Anak kedua hidupnya berbeda dengan kakaknya. Ia cendrung boros, kadang malas, dan tidak mau berusaha sendiri. Namun ia bisa bergaul dengan siapa saja sehingga memiliki banyak teman. Ia juga selalu siap untuk menolong orang lain ketika mengalami kesusahan. Inilah dua pribadi yang berbeda satu sama lain di dalam keluarga yang sama. Meskipun hanya ada dua orang anak namun ia bersama istrinya selalu mengalami kesulitan untuk memadukan mereka. Saya mendengar curhat bapa itu dengan penuh perhatian. Kemudian saya hanya mengatakan kepadanya untuk selalu melihat hal-hal yang terbaik di dalam diri anak-anaknya, potensi-potensi dan energi positif yang ada di dalam diri mereka. Dengan demikian akan kelihatan bahwa memang mereka berdua memiliki banyak perbedaan tetapi perbedaan-perbedaan itu menyatukan mereka satu sama lain sebagai saudara.

Saya merasa bahwa curhat bapa ini cukup mewakili banyak keluarga yang sedang mengalami proses mendidik anak-anak menjadi remaja. Ini adalah tugas utama setiap orang tua. Tujuan pendidikan anak adalah supaya mereka menjadi orang yang terbaik di dalam hidup pribadi dan sosialnya. Untuk itu mereka harus pandai menggunakan kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang dalam hidup pribadi mereka. Mereka menjadi pribadi-pribadi yang merasa dikasihi oleh orang tuanya. Tuhan Yesus sendiri ketika hidup bersama para murid-Nya, Ia juga merasa bahwa para murid-Nya itu memiliki keunikan masing-masing. Ada di antara mereka yang memiliki obsesi dan ambisi tertentu dalam hidupnya. Yesus melihat dan bisa memahami semua kelebihan dan kekurangan yang ada di dalam diri para murid-Nya.

Pada hari ini kita berjumpa dengan dua figur yang berbeda satu sama lain namun sebenarnya saling melengkapi di dalam Injil. Mereka adalah sahabat-sahabat baik dari Yesus yakni Martha dan Maria. Kedua wanita ini memiliki seorang saudara bernama Lazarus yang kelak akan dibangkitkan oleh Yesus dari kematiannya. Pada suatu ketika Yesus dalam perjalanan dan singgah di rumah keluarga ini. Nama Marta berarti sang pemilik rumah, sedang berada di rumah itu. Ia sangat menghargai Yesus maka ia sibuk menyiapakna segala sesuatu untuk memuaskan dan membahagiakan tamu agungnya itu. Marta sendiri memiliki saudara bernama Maria. Nama Maria berarti orang yang memiliki kasih yang besar. Namanya ikut menentukan pribadinya. Maria tidak ikut membantu Martha, tetapi ia duduk berjam-jam untuk mendengar Yesus.

Kedua wanita ini memiliki karakter yang berbeda satu sama lain. Martha berperan sebagai pemilik rumah yang benar dan selalu aktif bekerja demi membahagiakan siapa saja yang ada di dalam rumah itu. Tentu saja ini bukan hal yang salah tetapi patut disyukuri. Tantangannya adalah pada semangat aktivisme. Artinya orang terlampau aktif dalam bekerja dan lupa sisi kehidupan rohaninya. Maria duduk dan mendengar setiap perkataan Tuhan. Ia memilih bagian yang terbaik menurut Yesus yakni mendengar dan mengkontemplasikan semua perkataan-Nya. Namun demikian kedua karakter yang berbeda ini mau menyempurnakan hidup seorang pengikut Kristus sejati yakni menjadi pribadi yang kontemplatif-aktif. Orang tidak hanya aktif secara jasmani tetapi juga rohaninya.

Tantangan bagi banyak orang adalah kemampuannya untuk membenarkan dirinya di hadapan Tuhan dan sesama. Ada orang yang berpikir bahwa ia sudah aktif dalam melayani Gereja, di dalam kelompok kategorial atau di dalam lingkungannya lalu tidak mengikuti perayaan Ekaristi dan mengaku dosa-dosanya. Ini sangat fatal. Pelayanan-pelayanan kita bermakna ketika kita selalu dekat dengan Yesus di dalam Sakramen Mahakudus dan membersihkan diri dalam semangat pertobatan pribadi yang terus menerus.

Apa yang harus kita lakukan? Bacaan pertama menawarkan tema pertobatan pribadi di hadirat Tuhan. Figur Yunus yang diutus oleh Tuhan. Kali ini, ia melakukan kehendak Tuhan dengan mendengar dan melakukannya secara sempurna. Ia menyerukan pertobatan di Ninive. Seruan itu didengar raja. Maka semua orang dipanggil untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. Hewan dan tumbuhan pun ikut berselubung kain kabung. Sikap bathin mereka ini membuat Allah sendiri menyesal atas segala rencana-Nya untuk menghancurkan Ninive (Yun 3:10). Pertobatan adalah pilihan hidup manusia, untuk hidup lebih baik dan benar di hadapan Tuhan dan sesamanya.

Sabda Tuhan hari ini menguatkan kita untuk hidup seadanya di hadirat Tuhan. Kita diberikan anugerah untuk melayani seperti Martha dan mendengar Sabda seperti Maria. Untuk itu perlu semangat pertobatan yang terus menerus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply