Homili 22 Desember 2015

Hari Selasa, 22 Desember 2015
1Sam 1:24-28
MT 1Sam 2:1.4-5.6-7.8abcd
Luk 1:45-56

Ia selalu melimpahkan segala yang baik

imageSeorang bapa pernah mengalami pergumulan dengan Tuhan. Ia mengaku merasakan aneka kesulitan berupa musibah dalam hidup pribadi dan keluarga, sehingga membuatnya mengalami krisis iman kepada Tuhan. Baginya, ada pertanyaan penting yang membutuhkan jawaban pasti: kalau Allah ada dan mahabaik, mengapa ia masih mengalami aneka musibah dalam hidupnya di dunia ini? Mengapa Tuhan tidak memberikan kenyamanan kepadannya. Ia bahkan merasa bahwa salah satu musuh dalam hidupnya adalah Tuhan. Setelah cukup lama bergumul dengan dirinya dan dengan Tuhan, ia akhirnya bisa sadar diri dan kembali kepada Tuhan. Apa yang terjadi pada dirinya? Ia bertemu dengan seorang sahabatnya, melihat sebuah gambar wajah Yesus tersalib, dan terdapat sebuah tulisan di bawah gambar: “Ia melihat semuanya sungguh amat baik”. Ia mengerti bahwa Tuhan Yesus juga melihatnya sungguh amat baik dari atas kayu salib.

Pengalaman sederhana seorang bapa ini, mengingatkan saya pada hakikat Tuhan sebagai Allah yang “mahabaik” dan “maharahim” panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Allah yang mahabaik telah menciptakan langit dan bumi serta seluruh isinya. Setelah menciptakan langit dan bumi serta isinya, Ia memandangnya dengan penuh kasih. Dalam Kitab Kejadian dikatakan bahwa Allah melihat semuanya baik adanya (Kej 1:10). Manusia adalah mahkota segala ciptaan-Nya. Maka setelah menciptakan, “Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.” (Kej 1:31). Kita harus bangga dan bersyukur karena setiap pribadi itu istimewa di hadirat Tuhan.

Menjelang perayaan kelahiran Tuhan Yesus, Tuhan memberikan Sabda-Nya sambil menunjukkan diri-Nya sebagai Allah yang mahabaik karena selalu memberikan segala yang baik kepada manusia. Dalam bacaan pertama kita mendengar kisah kehidupan Samuel. Hana dan suaminya pernah mengalami kesulitan karena belum memiliki anak. Tentu saja mereka juga mengalami bullying dari orang-orang dekat mereka. Namun Tuhan memperhatikan orang-orang benar di hadirat-Nya yang memohon dengan rendah hati. Ia memperhatikan Hana sehingga memberinya Samuel putranya. Hana sendiri bernazar untuk mempersembahkan putranya yang tunggal kepada Tuhan. Pada suatu hari Hana membawa Samuel ke rumah Tuhan di Silo untuk mempersembahkan kepada-Nya sesuai nazarnya. Ia membawa serta seekor lembu jantan berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur. Hana mempersembahkan Samuel kepada Tuhan di hadapan imam Eli. Hana berpegang teguh pada janjinya kepada Tuhan. Ia memenuhinya dengan sempurna, mempersembahkan anakanya yang tunggal kepada Tuhan dengan sukacita.

Kita belajar dari kehidupan keluarga Hana. Berbagai kesulitan dirasakan oleh mereka, tetapi di saat-saat yang sulit, mereka tetap berpegang teguh kepada Tuhan. Mereka percaya bahwa Tuhan pasti sanggup melakukan hal yang terbaik bagi mereka. Mukjizat pun menjadi nyata dalam keluarga mereka. Allah selalu melimpahkan segala yang baik kepada mereka. Sebagai tanda syukur kepada Tuhan, mereka tidak takut untuk memenuhi janji, mempersembahkan anaknya yang tunggal kepada Tuhan. Rasa syukur bisa menjadi nyata ketika kita dengan sukarela mempersembahkan diri untuk melayani Tuhan.

Bunda Maria dalam bacaan Injil hari ini mengungkapkan rasa syukurnya kepada Tuhan. Ia sudah mendengar khabar sukacita dari malaikat Gabriel dan juga peneguhan dari Elizabeth saudaranya. Elizabeth yang penuh dengan Roh Kudus, meneguhkan Maria sebagai pribadi yang terberkati dan layak berbahagia karena Sabda Tuhan sungguh-sungguh terwujud. Setelah mendenganya, Maria menaikan puji dan syukurnya kepada Tuhan dengan mengucapkan magnificat atau kidung pujian Maria. Dalam kidungnya kepada Tuhan, Maria memuji dan memuliakan Tuhan dengan segenap hati dan jiwa. Ini adalah tanda bahwa Maria mengasihi Tuhan sebagai prioritas pertama. Ia merasa bahwa Tuhan mengasihi dan memperhatikan kerendahan hatinya sebagai hamba Tuhan.

Maria berpasrah kepada Tuhan, dan menyadari bahwa ia akan selalu dikenang oleh segalah keturunan sebagai yang bebahagia. Kenangan itu berdasar pada kesediaannya sebagai ibu Yesus. Yesuslah yang memiliki kuasa melalui perbuatan-perbuatan tangan-Nya, mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya, menurunkan para penguasa yang congkak dan melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar. Ia menolong Israel hamba-Nya dan menyuruh orang kaya pergi dengan tangan kosong.

Pada hari kita boleh bersyukur kepada Tuhan karena Ia selalu memberikan yang terbaik kepada kita semua. Hal yang perlu kita ingat adalah Tuhan selalu memberi yang terbaik, dan selalu memenuhi janji-Nya. Ia akan datang dan sudah datang dalam diri Tuhan Yesus Kristus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply