Homili 23 Desember 2015

Hari Rabu, 23 Desember 2015
Mal. 3:1-4; 4:5-6
Mzm. 25:4bc-5ab,8-9,10,14
Luk. 1:57-66.

Kini tugasmu jadi utusan!

imageSaya pernah mengikuti upacara pelantikan para prodiakon di sebuah paroki. Bapa uskup memberikan pesan-pesan rohani yang sederhana kepada mereka. Pertama, bahwa para prodiakon itu adalah utusan gereja lokal untuk menjadi pelayan di dalam gereja lokalnya sendiri (paroki). Pelayanan mereka adalah melayani komuni kudus baik pada saat Ekaristi maupun membawa Tuhan Yesus kepada orang sakit dan lanjut usia. Kedua, para prodiakon adalah utusan yang berjalan bersama umat dan gembalanya. Ia adalah rekan kerja para gembala untuk melayani umat. Ia bisa berada di depan ketika melayani ibadat tanpa gembala, berada bersama umat dan berada di belakang untuk memberi motivasi hidup beriman. Saya mendengar dua pesan bapa Uskup ini dan membayangkan sebuah keluhuran dari para pelayan Tuhan.

Menjadi utusan khusus untuk melayani, bukanlah hal yang mudah. Komitmen pribadi sangat dibutuhkan oleh sang pelayan. Komitmen dalam melayani berarti tetap setia, apa pun situasinya. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, kita berjumpa dengan sosok para nabi sebagai utusan. Mereka bernubuat atas nama Tuhan bukan atas nama dirinya sendiri. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, kita berjumpa dengan Yesus Kristus sebagai utusan dari Bapa untuk menyelamatkan manusia. Perikop kita pada hari ini menghadirkan dua orang utusan yang datang untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan yaitu nabi Elia dan Yohanes Pembaptis.

Maleakhi dalam nubuatnya mengatakan bahwa Tuhan akan mengutus nabi Elia menjang hari kedatangan Tuhan. Tuhan berkata: “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman Tuhan semesta alam.” (Mal 3:1). Utusan Tuhan itu akan disegani karena menyerupai api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia juga akan duduk seperti orang yang memurnikan perak, mentahirkan orang Lewi. Tugas utusan adalah menyucikan manusia supaya layak mempersembahkan kurban kepada Tuhan. Elia adalah utusan Tuhan menjelang hari Tuhan untuk membawa damai kepada semua orang. Dikatakan bahwa hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapanya supaya Tuhan jangan memukul bumi.

Nabi sebagai utusan Tuhan yang berbicara atas nama Tuhan. Maka hasilnya adalah kekudusan dan kedamaian. Kehendak Tuhan adalah supaya semua orang menjadi kudus dan layak untuk Tuhan. Semua orang memiliki hati yang suci dan murni, hidup dalam damai Tuhan. Ini juga yang menjadi harapan bagi semua orang dalam masa natal nanti.

Utusan kedua adalah Yohanes Pembaptis. Perikop hari ini mengisahkan tentang kelahiran ya yang membawa sukacita bagi banyak orang. Ibunya Elizabeth melahirkannya, dan semua orang percaya bahwa Tuhan menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepada Elizabeth. Mereka juga ikut merasakan sukacita yang besar.

Satu acara yang harus mereka lewati adalah pada hari kedelapan, bayi laki-laki pasangan Elizabeth dan Zakharias harus diberi nama. Ada yang menghendaki supaya namanya seperti ayahnya, namun tidak terjadi. Baik Elizabeth maupun Zakharias memberi namanya Yohanes, nama sesuai pesan malaikat. Yohanes berarti Allah yang berbelas kasih. Ketika itu ayahnya yang bisu bisa berbicara kembali dan semua orang bertanya, menjadi apa anak ini nanti? Mereka semua percaya bahwa tangan Tuhan menyertai dia.

Di masa depan, Yohanes akan berlaku seperti nubuat Maleakhi dalam figur Yohanes Nabi Elia. Elia dinubuatkan menyiapkan umat manusia untuk menjadi kudus dan layak menyambut hari kedatangan Tuhan. Yohanes adalah Elia baru yang datang untuk menyiapkan manusia supaya bertobat dan layak menyambut Yesus sang Mesias. Yohanes berbicara dan menunjukkan cara hidup yang sederhana. Yesus sendiri akan mengakui bahwa Yohanes adalah Elia yang sudah datang pada masa itu, hanya orang tidak mengenalnya (Mat 17: 11-13).

Pada hari ini kita juga dipanggil untuk menjadi utusan untuk mewartakan kasih dan kebaikan Tuhan. Kita perlu sadar diri bahwa tugas kita adalah membawa semua orang kepada Tuhan bukan kepada diri kita sendiri. Tuhan haruslah menjadi prioritas pertama dalam perutusan kita. Di dalam Gereja dan dunia, anda dan saya adalah Utusan atau Rasul bagi sesama manusia. Kini tugasmu adakah sebagai rasul di dalah Gereja.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply