Homili 27 Januari 2016

Hari Rabu, Pekan Biasa III
2Sam. 7:4-17
Mzm. 89:4-5,27-28,29-30
Mrk. 4:1-20

Tuhan lebih dahulu mengasihiku!

imageAda seorang bapa menceritakan pengalamannya dalam sebuah rekoleksi keluarga. Ia mengatakan bahwa sejak menikah, ia sudah berjanji kepada pasangannya untuk senantiasa berjuang dalam mewujudkan cinta kasihnya. Pasangannya juga setuju dan mau melakukan hal yang sama. Maka selama dua puluh tahun pernikahan, mereka saling mengingatkan satu sama lain untuk tetap memperjuangkan cinta kasih mereka. Dalam situasi suka mau pun duka, mereka selalu sadar bahwa cinta kasih adalah segalanya. Dalam kesaksiannya itu ia berkata: “Saya sudah berjanji untuk mengasihi karena saya percaya kepada kasih. Kasih adalah Allah yang lebih dahulu mengasihiku”. Saya memperhatikan wajah bapa itu dan yakin bahwa apa yang diungkapkannya itu benar adanya. Tuhan memang selalu membuka hati orang-orang tertentu untuk bersaksi tentang kasih. Ketika orang lupa akan kasih, Tuhan akan membuka hati mereka untuk sadar diri tentang kasih dan bersaksi tentangnya.

Pada hari ini kita berjumpa dengan figur Daud. Dia sudah menunjukkan kasihnya kepada Tuhan dengan menari sekuat tenaga di depan Tabut Tuhan dan mempersembahkan korban bakaran. Ketika selesai mentakhtakan Tabut Tuhan di perkemahan, ia masih sempat membagikan hadia kepada semua orang yang mengikuti upacara pentakhtahan Tabut Tuhan di dalam kemah. Kini Tabut Tuhan sudah berada di dalam kemah pertemuan. Semua orang Israel pasti memusatkan perhatian mereka kepada Tabut Tuhan di dalam kemah itu. Pada waktu itu Daud berencana untuk membangun sebuah rumah yang bagus untuk Tuhan. Tentu saja sebagai raja, kalau ia membangun rumah untuk Tuhan, akan lebih menunjukkan diri dan superioritasnya sebagai raja. Orang akan digiring untuk memujinya sebagai raja dan Tuhan akan menjadi nomor kedua.

Lalu apakah tanggapan Tuhan terhadap rencana Daud ini? Tuhan Allah mengetahui segala sesuatu maka Ia juga cepat dan tanggap terhadap situasi manusiawi setiap orang. Artinya kalau saja Daud yang mendirikan rumah bagi Tuhan maka semua orang akan lebih mengagungkan Daud dari pada Tuhan. Padahal seharusnya Tuhanlah yang harus menjadi nomor satu bagi semuanya. Maka Tuhan memanggil nabi Nathan dan berpesan: “Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman Tuhan: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami? Aku tidak pernah diam dalam rumah sejak Aku menuntun orang Israel dari Mesir sampai hari ini, tetapi Aku selalu mengembara dalam kemah sebagai kediaman.” (2Sam 7:5-6). Perkataan Tuhan ini benar adanya. Ia adalah Imanuel, Allah yang selalu menyertai umat-Nya. Allah yang selalu tinggal di tengah-tengah umat-Nya. Tuhan juga mengatakan bahwa selama perjalanan yang lama dipadang gurun, Ia sendiri tidak pernah memerintahkan seorang hakim Israel untuk menggembalakan umat-Nya. Tuhan juga tidak meminta mereka untuk mendirikan rumah dari kayu aras bagi-Nya.

Dengan demikian Tuhan mengingatkan Daud akan masa lalunya, bahwa Ia sudah lebih dahulu melakukan pekerjaan-pekerjaan besar di dalam dirinya sebagai manusia biasa. Tuhan lebih dahulu mengasihi Daud dan tentu ia masih mengingat pengalaman kasih Allah itu. Inilah ingaan-ingatan Tuhan bagi Daud: Tuhan sendirilah yang mengambilnya di padang ketika ia sedang mengembalakan ternak ayahnya Isai. Ia diambil oleh Tuhan dan dijadikan raja bagi umat Israel. Samuel melantiknya di hadapan saudara-saudaranya. Tuhan selalu bertindak dalam seluruh hidup Daud, dengan segala penyertaan-Nya, melenyapkan semua musuh, membuat namanya menjadi besar di bumi. Tuhan menentukan tempat bagi umat-Nya Israel di bumi, menanamkan mereka di tempat itu sehingga tidak ada lagi penindasan bagi mereka.

Tuhan juga mengingatkan Daud bahwa Ia sendiri akan membangkitkan keturunan kepadanya, dan ketika meninggal dunia, ia akan tinggal bersama nenek moyangnya di tempat keabadian. Tuhan  akan membangkitkan keturunan yang kemudian, anak kandungnya dan kerajaannya akan dikokohkan oleh Tuhan. Keturunan Daud inilah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Nya dan takhta kerajaan-Nya akan menjadi kokoh selamanya. Apabila terjadi kesalahan tertentu maka Tuhan akan menghukumnya tetapi satu hal yang penting adalah Tuhan akan tetap menunjukkan kasih setia-Nya kepada Daud. Keluarga dan kerajaan Daud akan tetap kokoh karena Tuhan menyertainya.

Tuhan berbicara melalui nabi Nathan untuk menyadarkan Daud bahwa selamanya ada kasih setia-Nya. Kita semua juga menyadari bahwa Tuhan mengasihi kita apa adanya. Kita boleh menghitung segala sesuatu dalam pelayanan kita, tetapi Tuhan lebih dahulu mengasihi kita dan tidak pernah membuat perhitungan apa pun dengan kita. Dialah yang selalu memiliki inisiatif pertama untuk mengasihi kita.

Ketika menyampaikan Sabda-Nya kepada manusia, Ia serupa dengan penabur benih yang keluar untuk menabur benih di ladangnya. Benih itu ditaburkannya sesuai dengan seleranya, tanpa pernah memilih mana yang mau ditaburkan dan mau ditaburkan ke medium yang mana. Jadi semuanya tergantung pada tuan yang menaburkan benih.

Dalam bacaan Injil hari ini, kita mendengar bagaimana benih-benih Sabda Tuhan itu ditaburkan-Nya. Ada yang jatuh di pinggir jalan, di atas batu, di antara semak duri dan di tanah yang baik. Benih Sabda itu akan bertumbuh sesuai mediumnya. Benih yang berada di pinggir jalan akan dimakan oleh burung, yang berada di atas batu akan cepat mati karena tidak ada tanah sehingga benih tidak berakar, yang berada di antara semak berduri akan kerdil dan mati, dan yang berada di tanah yang baik akan bertumbuh subur dan menghasilkan buah dalam kelimpahan yakni tiga puluh kali lipat, enam puluh kali lipat dan seratus kali lipat.

Mari kita bertanya dalam diri kita masing-masing, apakah kita sudah memiliki telinga untuk mendengar dengan baik sabda Tuhan? Sabda Tuhan itu adalah pernyataan kasih Allah kepada setiap pribadi. Dialah yang lebih dahulu berbicara kepada kita. Kasih-Nya selalu mendahului kita semua. Mari kita membuka telinga untuk mendengar pernyataan kasih-Nya setiap saat dalam hidup kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply