Homili 15 Februari 2016

Hari Senin, Pekan Prapaskah I
Im. 19:1-2,11-18
Mzm. 19:8,9,10,15
Mat. 25:31-46

Apakah anda juga mau menjadi kudus?

imageDua puluh tujuh tahun yang lalu saya memulai perjalanan rohani saya di dalam Kongregasi Salesian Don Bosco. Ada banyak hal baru yang saya pelajari ketika memulai pembinaan awal sebagai calon Salesian saat itu, misalnya semangat untuk melayani kaum muda yang miskin sesuai dengan cita-cita dan harapan St. Yohanes Bosco, pendiri Kongregasi Salesian Don Bosco (SDB). Ada juga praktek-praktek kesalehan yang merupakan warisan Don Bosco seperti devosi kepada Tuhan Yesus dalam sakramen mahakudus, pentingnya mengakui dosa dan salah dalam sakramen tobat, devosi kepada Bunda Maria penolong umat Kristiani. Ada juga satu kalimat yang selalu saya ingat karena diulangi terus menerus oleh para pembina yakni menjadi kudus (Be saint). Don Bosco mendidik kaum muda untuk menjadi kudus. St. Dominikus Savio adalah salah satu orang kudus dalam gereja Katolik, hasil didikannya. Hingga saat ini kalimat yang sama “Be saint” tetap keluar dari mulut anak-anak Don Bosco kepada kaum muda di mana saja mereka berada.

Be Saint! Kalimat ini juga pernah diulangi oleh St. Yohanes Paulus II kepada kaum muda di seluruh dunia. Ketika ada acara World Youth Day, orang kudus modern ini selalu mengulangi kalimat: “Do not be afraid! Be saint!” Janganlah takut! Jadilah orang kudus! Banyak orang muda tidak hanya terpesona dengan sosok St. Yohanes Paulus II, tetapi mereka juga merasakan panggilan luhur untuk kembali ke jalan yang benar dan bercita-cita untuk menjadi orang muda yang kudus. Paus Emeritus Benediktus XVI dan Paus Fransiskus juga konsisten untuk mengajar, sekaligus mengingatkan kaum muda untuk berani menjadi orang kudus dalam dunia modern. Kita para orang tua dan pembina kaum muda memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membantu kaum muda berjalan dalam jalan kekudusan dan menjadi orang kudus.

Bolehlah dikatakan bahwa para orang tua dan para pembina kaum muda adalah ibarat Musa yang hidup pada masa kini. Tuhan juga berbicara kepada kaum muda melalui para orang tua dan pembina supaya bertumbuh sebagai orang kudus, karena Tuhan sendiri kudus adanya. Pada hari ini kita mendapat gambaran yang indah tentang jalan kekudusan sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan melalui Musa. Pada waktu itu, Tuhan berkata kepada Musa: “Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus.” (Im 19:2). Tuhan tidak hanya mengajak orang untuk menjadi kudus, tetapi hal yang pertama dan utama adalah bahwa hakikat Tuhan adalah kudus adanya. Karena itu barangsiapa mengikuti Tuhan, harus menjadi serupa dengan-Nya yakni menjadi kudus.

Pertanyaannya adalah bagaimana menjadi kudus seperti yang Tuhan harapkan? Tuhan tidak hanya sekedar mengajak kita untuk menjadi kudus, Ia juga memberikan perintah-perintah yang harus kita taati supaya menjadi kudus. Perintah-perintah itu pada prinsipnya merupakan ungkapan kasih kepada-Nya dan kepada sesama. Semua orang yang setia mengikuti perintah dan ketetapan Tuhan ini akan mencapai tujuan hidupnya di dunia ini yakni menjadi kudus.

Inilah perintah-perintah Tuhan berupa larangan-larangan yang disampaikan-Nya kepada Musa supaya ditaati umat Israel di padang gurun:

Pertama, Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya. (Im 19:11)

Kedua, Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah Tuhan. (Im 19:12),

Ketiga, Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya. (Im 19:13).

Keempat, Janganlah kaukutuki orang tuli dan di depan orang buta janganlah kautaruh batu sandungan, tetapi engkau harus takut akan Allahmu; Akulah Tuhan. (Im 19:14).

Kelima, Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran. (Im 19:15).

Keenam, Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah Tuhan. (Im 19:16).

Ketujuh, Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. (Im 19:17).

Kedelapan, Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah Tuhan. (Im 19:18).

Perintah-perintah berupa larangan-larangan yang Tuhan berikan kepada bangsa Israel melalui Musa bertujuan agar mereka tetap bersatu dengan Tuhan sang Pencipta, sumber kekudusan, dan sesama manusia sebagai ciptaan yang sedang bertumbuh menjadi kudus. Tuhan memberikan larangan-larangan ini karena frekuensi pelanggarannya lebih sering dilakukan. Hampir setiap saat orang jatuh dalam dosa yang sama.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil membuka jalan kepada para murid-Nya untuk berjalan dalam kekudusan dengan cara saling berbagi dan berbela rasa dengan sesama manusia. Ketika kita bisa memiliki waktu dan kesempatan untuk berbagi dan berbela rasa dengan sesama yang lapar, haus, orang asing, orang miskin pakaian, orang sakit, dan orang yang ada di dalam penjara maka kita melayani Yesus sendiri. Tuhan mengadili kita bukan berdasarkan berapa perbuatan dosa dan salah yang sudah kita lakukan tetapi Ia mengadili kita berdasarkan berapa perbuatan dan kualitas kasih kepada saudara yang paling kecil dan hina.

Selama masa Prapaskah ini, Tuhan mengajak kita untuk setia melakukan perintah dan ketetapan-ketetapan-Nya. Kita juga diingatkan oleh Tuhan untuk berjalan dalam kekudusan dengan saling berbagi dan berbela rasa dengan sesama yang miskin, mereka yang sangat membutuhkan pertolongan kasih, uluran tangan anda dan saya. Kita adalah Kristus yang siap untuk menolong dan menyelamatkan saudara-saudara kita saat ini. Anda dan saya bisa menjadi kudus dengan melakukan tugas-tugas setiap hari dengan cinta kasih yang besar.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply