Homili 22 November 2016

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXXIV
St. Sesilia, Perawan dan Martir
Why 14:14-20
Mzm 96:10-13
Luk 21:5-11

Mawas diri itu perlu dan harus

imagePada hari ini kita mengenang kembali St. Sesilia, perawan dan martir. Dia adalah putri bangsawan dari suku Coesilia di kota Roma. Sejak kecil Sesilia sudah berikrar kepada Tuhan untuk hidup murni dan tidak menikah. Namun ketika beranjak dewasa, orang tuanya mempertunangankan dengan seorang pemuda bernama Valerianus. Ia belum dibaptis namun memiliki hati yang mulia dan jujur. Ia menuruti kehendak orang tuanya namun prinsipnya untuk hidup murni tetap teguh. Sebab itu, di tengah pernikahannya ia berseru kepada Tuhan: “O Tuhan, biarkan hati dan tubuhku tetap murni dan aku tidak mengkhianati penyerahan hidupku kepada-Mu”. Valerianus mengagumi kekudusan Sesilia sehingga ia pun menghormati kekudusannya. Ia bahkan dibaptis sebagai orang katolik karena kehidupan Sesilia. Ia bersama adiknya seorang tentara Romawi kemudian ditangkap dan dihukum mati. Sesilia juga menyusul ditangkap dan dihukum mati. Ia tetap berdoa dan berpuasa pada hari-hari penyiksaannya. Ia berpasrah kepada Tuhan karena percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik baginya yakni hidup kekal. Ia wafat sebagai martir di kota Roma. Sungguh, sebagaimana dikatakan Tertulianus: “Il sangue dei martiri e’ il seme dei cristiani” (Da Apologeticum, 50,13), artinya darah para martir adalah benih iman kristiani yang subur. Sesilia menjadi benih kristiani yang subur di kota Roma sebab banyak orang bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus setelah kematiannya. Hal yang menarik perhatian dari seluruh hidupnya adalah ia telah mawas diri dan pandai membaca tanda-tanda zaman. Maka kemartirannya adalah kesiapannya untuk bersatu dengan Tuhan.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengarahkan kita semua untuk memiliki sikap mawas diri dan pandai membaca tanda-tanda zaman. Penginjil Lukas mengisahkan bahwa pada suatu kesempatan beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan yang dihiasi dengan batu-batu yang indah dan berbagai macam barang persembahan. Sikap semacam ini memang lumrah. Banyak orang katolik saat in pun mengagumi kemegahan bangunan gereja dan gua-gua Maria yang indah. Rasa kagum yang berlebihan lalu membuat mereka lupa akan manfaatnya yang sebenarnya yaitu untuk berjumpa dengan Tuhan dan membangun keakraban dengan Tuhan.

Tuhan Yesus memahami kemanusiaan orang-orang yang hanya memandang bait Allah dengan mata manusiawinya. Ia membuka pikiran mereka dengan mengatakan bahwa pada suatu saat bangunan yang megah ini akan diruntuhkan dan tidak akan ada lagi satu batu pun yang terletak di atas batu yang lain. Perkataan Yesus ini memancing orang-orang untuk berpikir tentang akhir zaman. Memang, keruntuhan Bait Allah di Yerusalem selalu dikaitkan dengan akhir zaman. Para murid Yesus sendiri berani bertanya kepada-Nya, kapan kiranya akhir zaman itu akan terjadi.

Tuhan Yesus selalu tampil beda. Ia membantu kita untuk belajar berefleksi. Sebab itu Ia tidak memberi kata terakhir. Saya mengatakan bahwa Ia memancing kita untuk berpikir dan berefleksi dengan sikap mawas diri dan pandai dalam membaca tanda-tanda zaman. Yesus pernah berkata: “Tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri” (Mat 24:36). Lalu apa yang sesungguhnya akan terjadi? Di sini Yesus mengangkat fenomena-fenomena alam yang dapat membantu kita untuk berefleksi sambil menyiapkan diri untuk menyambut akhir zaman atau kedatangan Yesus yang kedua.

Apa yang harus kita lakukan? Pertama, Kita diingatkan untuk untuk waspada terhadap kehadiran para nabi palsu. Mereka suka menyesatkan orang lain dengan mengakui diri mereka sebagai Mesias. Sebab itu kita diharapkan untuk tidak ikut disesatkan oleh mereka. Kedua, kita diingatkan supaya jangan terkejut dengan berbagai kabar tentang perang dan pemberontakan. Bagi Yesus, ini baru merupakan awal bukan akhir dari semuanya. Ketiga, membuka mata terhadap situasi chaos atau kekacauan akan terjadi di mana bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan akan saling bertentangan satu sama lain. Keempat, waspada terhadap fenomena-fenomena alam akan terjadi seperti gempa bumi yang dahsyat, penyakit sampar dan kelaparan. Ada juga tanda-tanda yang mengejutkan di langit. Semua hal ini merupakan tanda-tanda yang mendahului kedatangan Tuhan. Sebab itu kita harus mawas diri dan berjaga-jaga atau berwaspada.

Dalam bacaan pertama, Yohanes memiliki penglihatan tentang pengadilan terakhir. Ia melihat awan putih dan seorang seperti Anak Manusia duduk di atasnya. Anak Manusia itu memiliki mahkota emas di kepalanya dan sebilah sabit tajam di tangannya. Malaikat meminta Anak Manusia untuk mengayunkan sabitnya untuk menuai. Ada juga malaikat yang memegang sabit dan memotong pohon anggur di bumi. dari buah anggur yang dikilang akan mengalir darah, tingginya sampai ke kekang kuda dan jauhnya 200mil.

Penglihatan Yohanes ini juga membantu kita untuk memahami semangat kemartiran dari sang martir agung, Tuhan Yesus Kristus. Dia adalah Anak Manusia yang mengurbankan diri-Nya bagi keselamatan kita. Dia juga yang kita nantikan kedatangan-Nya untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Dialah hakim agung yang jujur dan adil. Dalam menantikan kedatangan-Nya ini maka kita perlu menyiapkan diri kita dengan baik. Semangat pertobatan harus kita bangun dari sekarang. Hidup jujur dan adil perlu kita tegakan. Dengan demikian semua orang akan benar-benar merasakan kasih dan keadilan Tuhan.

Apakah kita memiliki sikap mawas diri atau hanya memiliki ketakutan ketika berhadapan dengan tanda-tanda zaman? Semua yang dikatakan Yesus dalam Injil ini membantu kita untuk selalu siap, selalu bijaksana dalam menanti kedatangan Tuhan. Kita tidak tahu persis kapan saat kedatangan Yesus untuk kedua kalinya dalam kemuliaan-Nya maka sikap waspada harus selalu ada di dalam diri kita. Sikap waspada ini disertai dengan semangat pertobatan sejati. Hanya dengan demikian kita dapat menyambut kedatangan Tuhan dengan baik. Dialah yang akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Hidup kita ada di tangan Yesus, Penebus kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply