Food For Thought: Aku dari golongan…

Aku dari golongan…

Permenungan saya pada kahir hari ini tentang perkataan Paulus kepada jemaat di Korintus. Ketika itu ada perselisihan di dalam komunitas sehingga di antara jemaat ada yang mengatakan “Aku dari golongan Paulus, aku dari golongan Apolos, aku dari golongan Kefas dan aku dari golongan Kristus.” (1Kor 1:11-12). Situasi nyata ini membuat Paulus bertanya kepada mereka: “Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?” (1Kor 1:13). Fokus perhartian kita adalah pada situasi jemaat yang terpilah-pilah di satu pihak dan di lain pihak pertanyaan Paulus yang mempertegas bahwa Kristus sendiri tidak terbagi-bagi.

Pengalaman Paulus di Korintus masih aktual dalam Gereja dan masyarakat kita. Kita tidak bisa menutup mata pada realita sukuisme dalam hidup menggereja bukan hanya di antara sesama umat tetapi juga umat dengan gembalanya. Di kalangan umat masih ada orang tertentu yang lupa bahwa Gereja itu satu, sehingga masih membedakan sesama umatnya berdasarkan suku dan ras. Demikian juga dalam relasi dengan gembala. Ada umat yang lupa bahwa Tuhanlah yang empunya pekerja dan umat telah berdoa sehingga Tuhan mengutus para pekerja-Nya. Sebab itu menge-fans dengan gembala tertentu itu wajar tetapi menolak gembala tertentu dalam konteks teritorial itu tidak wajar. Apapun dan siapapun dia, Tuhan telah menguduskannya maka terimalah, doakanlah supaya dia menjadi gembala yang baik sesuai kategori Tuhan bukan kategori manusia.

Dalam masyarakat kita, hanya gara-gara pilkada dan sistem kepartaian maka saudara dan saudari terpisah, kawan menjadi lawan. Sahabat sudah lenyap! Situasi sosial memanas karena berbeda partai, dan mendukung calon yang berbeda. Kami dari partai ini mendukung si A dan kamu dari partai itu mendukung si B. Beribu olok-olokan, caci maki, hate speech menguasai sebagian besar media sosial. Pembunuhan karakter pun terjadi. Mengapa semua ini terjadi dalam masyarakat kita? Penyebabnya adalah orang sulit untuk melawan lupa. Orang lupa bahwa tujuan partai-partai politik itu bukan untuk memecah belah tetapi untuk kebaikan bersama (Bonum Commune). Orang lupa bahwa perbedaan-perbedaan itu sebenarnya merupakan sebuah peluang untuk mempersatukan. Bukankah kita memiliki sebuah semboyan kenegaraan yang hebat: “Bhineka tunggal ika” atau “unity ini diversity”?

Pada hari ini kita coba membenahi diri kita. Pikirkanlah segala kemarahan, kebencian, hate speech yang pernah anda lakukan secara lisan atau tulisan gara-gara memperjuangkan golonganmu. Belajarlah memiliki rasa malu karena telah terlanjur berperilaku demikian, yang sebenarnya tidak mencerminkan jati diri kita sebagai pengikut Kristus yang sejati. Tuhan Yesus mempersatukan semua orang. Biarlah segala lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa (Flp 2:11).

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply