Food For Thought: Berani Berbagi

Berani Berbagi!

Saya sudah puluhan tahun tinggal di asrama dan memiliki asrama. Ada satu hal yang selalu saya hadapi pada awal tahun ajaran, di mana terdapat anggota asrama yang baru yakni mengeluh tentang makanan dan minuman. Ada yang mengeluh karena di rumah sering memakan makanan yang enak-enak tetapi berubah ketika masuk asrama. Ada yang mungkin tidak biasa makan enak di rumah akhirnya tidak mengingat temannya saat makan bersama. Bagi anak-anak asrama yang suka mengeluh, mereka itu mirip dengan orang-orang Israel yang sedang berziarah di padang gurun: “Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih.Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat.” (Bil 11:4b-6). Lihatlah hanya gara-gara ikan, mentimun, semangka, bawang prei, bawang merah dan putih, orang Israel mengeluh dan marah sama Tuhan. Kita menertawakan mereka sambil menertawakan diri kita yang suka mengeluh kepada Tuhan soal makan dan minum.

Hal lain yang membuat saya merenung tentang kehidupan di asrama adalah kisah Injil yang bagus hari ini. Terutama bagaimana orang memiliki kebiasaan untuk memberi dari sedikit yang mereka miliki dalam kehidupan bersama dan kemampuan untuk berbagi dengan sesama. Injil memang mengisahkan tentang Tuhan Yesus berekaristi bersama para murid dan banyak orang yang mencari dan menemukan-Nya. Tentu saja kita tidak hanya sekedar mengetahui kisah tentang mukijizat penggandaan roti dan ikan. Tetapi ada pesan-pesan indah yang ada dalam kisah ini yang dapat kita terapkan dalam kebersamaan di dalam keluarga dan komunitas.

Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya untuk berani memberi dari sedikit yang mereka miliki kepada sesamanya. Tuhan Yesus tahu bahwa banyak orang itu pelit, tidak mau melarat, lebih suka tertawa di atas penderitaan dan kemiskinan orang lain. Tuhan Yesus juga tahu bahwa banyak orang yang suka memberi tetapi mudah menghitung-hitung apa yang sudah diberikannya. Sebab itu Tuhan Yesus mengoreksi kita semua.

Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya untuk membagi roti dan ikan yang sudah ia perbanyak. Tugas mereka adalah melayani, melakukan pekerjaan Tuhan Yesus, yangh datang untuk memberi kelegaan kepada semua orang. Para murid Yesus ikut memberikan kelegaan bersama Yesus.

Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya untuk berani berbagi. Mengapa roti dan ikan itu masih ada sisa duabelas bakul? Sebab semua orang yang menerima roti dan ikan saling berbagi. Mereka mengambil dan membaginya dengan adil kepada sesamanya. Kalau sudah lebih maka mereka mengembalikannya bukan menyimpannya untuk keperluannya sendiri. Pikirkanlah: banyak orang tamak yang pelit untuk berbagi, korupsi, pencuri, karena terlalu mengingat dirinya. Andaikan mereka sadar akan perkataan Yesus ini maka dunia kita tentu berbeda!

Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya dan kita saat ini untuk selalu berekaristi, bersyukur kepada Tuhan. Tuhan Yesus sebagai Anak Allah masih mengangkat kepala dan bersyukur kepada Tuhan sebelum menggandakan roti dan ikan. Apakah anda dan saya sudah menganggap “memberi syukur” atau “mengucapkan syukur” sebagai sebuah habitus dalam hidup ini?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply