Da Mihi Animas Cetera Tolle

Buah permenungan filsafat, teologi dan psikologi, juga berisi homili harian berdasarkan bacaan harian Liturgi Gereja Katolik

  • Home
  • Renungan
  • Bible
  • Teologi
  • Filsafat
  • Psikologi
  • Don Bosco
  • Spiritualitas Pria Katolik
  • Saint a Day

Archives for December 2017

Homili Pesta Keluarga Kudus/B- 2017

31/12/2017 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Pesta keluarga Kudus/B
Kej 15:1-6;21:1-3
Mzm 105:1b-2.3-4.5-6.8-9
Ibr 11:8.11-12.17-19
Luk 2:22-40

Keluargaku adalah surgaku

Banyak di antara kita pasti masih mengingat judul lagu ini: “Keluarga adalah Surgaku” yang dinyanyikan oleh Chella Lumoindong. Ada satu lirik lagu ini yang menarik perhatianku sebab sangat menginspirasikanku, bunyinya: “Bila Tuhan menjadi Kepala rumah ini. Maka berkat kehidupan, tercurah selalu. Datanglah krajaanMu, jadilah kehendakMu. Kualami setiap waktu. Keluargaku adalah sorgaku.” Setiap rumah atau keluarga memiliki kepala rumah atau kepala keluarga. Biasanya seorang ayah didaulat sebagai kepala rumah. Kalau ayah sudah tidak ada maka ibu dengan sendirinya menjadi ibu rumah. Namun sebenarnya yang paling tepat adalah Tuhan sebagai kepala rumah. Dengan demikian semua berkatnya akan mengalir, tercurah di dalam hidup setiap pribadi. Tuhan akan meraja dan semua orang patuh kepada kehendak-Nya. Keluarga sungguh-sungguh menjadi keluarga bagi setiap keluarga.

Semua orang mendambakan supaya keluarganya dapat menjadi sebuah surga di dunia ini. Namun demikian orang itu harus berani berjuang untuk mewujudkan keluarganya menjadi surga yang nyata. Perjuangan yang dapat dilakukan menyata dalam semangat untuk mengasihi sampai tuntas. Semangat untuk mengampuni tanpa batas. Semangat untuk rela berkorban demi kebaikan bersama dalam keluarga. Sebab itu masing-masing anggota keluarga perlu memberi dirinya secara total dalam keluarga untuk membangun surga di atas dunia ini. Apakah keluarga dapat menjadi surga di atas dunia? Jawabannya adalah ya. Keluarga haruslah menjadi surga sementara di dunia ini, sambil menunggu surga abadi.

Meskipun setiap keluarga mendambakan surga di dunia ini, namun selalu saja ada kesulitan yang menghalangi setiap pribadi untuk membentuk sebuah keluarga yang kudus, suci laksana surga di atas dunia ini. Kesulitan yang dialami setiap keluarga adalah kemampuan setiap pribadi yang masih sangat terbatas untuk membentuk sebuah keluarga kudus di dunia ini, egois atau rasa ungat diri yang masih tinggi. Masing-masing pribadi haruslah berusaha untuk menjadikan keluarganya sebagai keluarga kudus seperti keluarga kudus di Nazaret, dalam hal ini Yesus, Maria dan Yusuf.

Paus Fransiskus pernah berkata: “Tidak ada keluarga yang sempurna. Kita tidak punya orang tua yang sempurna, kita tidak sempurna, tidak menikah dgn orang yg sempurna, kita juga tidak memiliki anak yang sempurna. Kita memiliki keluhan tentang satu sama lain. Kita kecewa dengan satu sama lain. Oleh karena itu, tidak ada pernikahan yang sehat atau keluarga yang sehat tanpa olah pengampunan.” Perkataan Paus Fransiskus memang sangatlah tepat. Kita mendambakan sebuah keluarga yang sempurna namun kesempurnaan itu harus dicari, ditemukan dan dipelihara sampai tuntas. Sebab itu tidak ada satu pun keluarga di dunia ini yang sempurna. Setiap pribadi masing-masing menunjukkan ketidaksempurnaannya dan berusaha untuk menjadi sempurna, kudus atau menjadi sebuah surga di dunia ini. Tidak ada satu pun pernikahan yang sehat, tak ada anak dan orang tua yang sempurna. Ada keluhan dan kekecewaan namun semuanya ini mewarnai dan membuat keluarga menjadi lebih indah.

Saya mengingat James J. Jones. Beliau adalah seorang penulis berkebangsaan Amerika. Ia pernah berkata: “Kebahagiaan sejati dan kesempurnaan kebahagiaan hanya dapat ditemukan dalam kelembutan dan keintiman hubu­ngan keluarga. Seberapa pun giatnya kita mencari kesuksesan dan kebahagiaan di luar rumah, kita tidak akan pernah terpuaskan secara emosional sebelum kita menjalin hubungan keluarga yang dalam dan penuh kasih.” Apakah di dalam keluarga-keluarga katolik masa kini, masih menunjukkan hubungan kekeluargaan yang baik? Apakah di dalam keluarga dan komunitas masing-masing juga mewujudkan sebuah keluarga dan komunitas yang penuh kasih. Tidak ada kepalsuan dalam kebersamaan yang membuat kasih menjadi lebih berkualitas dari saat-ke saat.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengorientasikan kita semua untuk semakin percaya bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh Anak Allah yang lahir di dalam sebuah keluarga manusia. Dia akan menjadi pemimpin Israel kelak. Dalam bacaan pertama, kita mendengar perjanjian antara Allah dengan Abraham. Ia meminta supaya Abraham jangan merasa takut sebab Tuhan sendiri menjadi perisai atau pelindungnya. Ketika itu Abraham dan Sara sedang mengalami kesulitan, sebab hingga usia senja, mereka belum memiliki anak. Abraham sudah ketakutan, dan berpikir bahwa ahliwarisnya adalah Eliezer orang Damsyik. Tuhan menguatkan Abraham dengan menjanjikan kepadanya bahwa dari keturunannya, akan muncul seorang anak kandungnya yang akan menjadi ahli waris. Ahli waris adalah Dia yang berhak atas segala sesuatu yang ditinggalkan Abraham dan Sara. Tuhan bahkan menjanjikan keturunan yang banyak kepada Abraham, seperti bintang di langit. Keturunannya tidak akan terhitung berapa banyaknya.

Janji Tuhan terpenuhi dan tepat pada waktunya. Sara mengandung dan melahirkan Ishak yang nantinya menjadi ahli waris Abraham. Tuhan tidak pernah ingkar janji. Hanya manusia yang suka ingkar janji. Kita semua belajar dari Tuhan yang tidak ingkar janji supaya keluarga-keluarga di dunia ini bertumbuh dalam kesetiaan satu sama lain. Keluarga-keluarga benar-benar menjadi surga. Raja Daud pernah berkata: “Tuhan adalah kasih setia bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya” (Mzm 105:7a.8a).

Dalam bacaan kedua kita berjumpa dengan sosok Abraham, Sara dan Ishak. Figur Abraham ditunjukkan sebagai orang beriman yang taat kepada Allah. Ia digambarkan sebagai figur yang berani bereksodus, ke sebuah negeri baru. Iman Abraham dan Sara membuahkan kelahiran Ishak, anak mereka. Bahkan karena imannya yang kuat, ia siap untuk mempersembahkan anaknya yang tunggal kepada Allah. Abraham percaya kepada Tuhan Allah, bahwa Dialah Allah yang berkuasa untuk membangkitkan orang dari kematiannya. Sebuah keluarga yang mengalami kesulitan tertentu akan merasakan surga di dunia kalau setiap anggota keluarga itu percaya kepada Tuhan. Iman itu mengubah segala sesuatu.

Dalam bacaan Injil, kita berjumpa dengan keluarga kudus dari Nazaret. Keluarga kudus ini membuka pikiran dan hati kita pada: Maria dan Yusuf yang menunjukkan dirinya sebagai ortang tua yang bertanggung jawab terhadap Yesus, Anak mereka. Mereka patuh kepada hukum Taurat sehingga mereka mempersembahkan Yesus kepada Allah. Maria juga siap untuk menderita bagi Yesus. Ia menyimpan perkara ini di dalam hatinya. Tuhan Yesus lahir dalam keluarga kudus ini. Ia sudah ditentukan Allah untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang Israel dan menjadi tanda yang menimbulkan perbantahan. Yesus juga bertumbuh menjadi dewasa dalam keluarga manusia.

Keluarga Kudus dari Nazaret menginspirasikan semua keluarga katolik untuk menjadi surga di atas dunia ini. Setiap anggota keluarga dipanggil untuk membentuk keluarga kudus, menjadi surga yang mengalirkan rahmat-rahmat kepada setiap pribadi dan masyarakat di dunia ini.

PJSDB

Homili 27 Desember 2017 (Rasul dan Penginjil Yohanes)

27/12/2017 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Pesta St. Yohanes, Rasul dan Penginjil
1Yoh. 1:1-4
Mzm. 97:1-2,5-6,11-12
Yoh. 20:2-8

Kesetiaan kepada Yesus

Hari ini kita merayakan Pesta St. Yohanes, Rasul dan Penginjil. Dalam Kisah panggilan para murid perdana versi Injil Markus, kita mendapat informasi bahwa beliau adalah salah seorang putera Zebedeus. Ibunya bernama Salome dan ia memiliki saudara bernama Yakobus. Mereka berasal dari kota Betsaida. Kota ini terletak di pingir danau Galilea. Pekerjaan utama keluarga Zebedeus adalah sebagai nelayan. Ibunya Salome setia mendampingi Yakobus dan Yohanes untuk berjalan bersama Yesus hingga Bukit Kalvari. Yakobus dan Yohanes adalah murid-murid inti Yesus bersama Petrus. Mereka bertiga selalu hadir dalam peristiwa-peristiwa penting seperti pada saat Yesus menyembuhkan anak perempuan Yairus (Mrk 5:37), pada saat menampakkan kemuliaan-Nya di gunung yang tinggi (Mrk 9:2) dan pada saat sakratul maut di Taman Getzemani (Mrk 14:33). Pilihan menjadi murid-inti ini adalah kehendak Yesus, meskipun Salome ibu mereka pernah meminta kepada Yesus supaya Yakobus dan Yohanes ikut dalam struktur pemerintahan Yesus sekiranya Yesus menjadi raja duniawi. Yohanes dan Andreas sebelum bergambung dengan Yesus, sudah menjadi murid Yohanes Pembaptis (Yoh 1:40). Ia dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus (Yoh 21:10). Paulus menyebutnya sebagai salah seorang sokoguru Gereja (Gal 2:9). Ia tinggal di Patmos dan wafat di Efesus.

Kita menemukan dari seluruh kisah hidupnya, beberapa kekuatan dalam diri Rasul Yohanes yang menginspirasikan hidup kita. Ia adalah pribadi yang tulus dan setia kepada Yesus. Ia mengikuti Yesus sampai tuntas, dari pantai danau Galilea hingga bukit Kalvari bersama Yesus. Tuhan Yesus sendiri menyerahkan ibu-Nya kepada Yohanes (Yoh 19:27). Yohanes mendampingi Petrus setelah Pentekosta untuk mewartakan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus di Yerusalem dan Samaria dengan mencurahi Roh Kudus kepada para baptisan baru. Ketulusan dan kesetiaannya kepada Yesus dapat kita baca dalam Injil keempat, surat-surat dan Kitab Wahyu. Di dalam tulisannya ini kita mengenal sosok Yesus dan perutusan-Nya di dunia. Dia adalah kasih Bapa. Dia mengakui bahwa Allah adalah kasih. Ia bersaksi tentang kasih sebab ia sendiri mengalami kasih Tuhan sepanjang hidupnya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini menggambarkan iman Yohanes kepada Tuhan Yesus Kristus. Ia berkata: “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup, itulah yang kami tuliskan kepada kamu.” (1Yoh 1:1). Yohanes adalah rasul, saksi mata yang mengungkapkan secara terbuka pengalaman rohaninya bersama Yesus. Ia sudah mendengar, melihat, menyaksikan, meraba dengan tangan tentang Yesus sebagai Sabda itulah yang menjadi pokok kesaksiannya. Pengalaman rohani Yesus ini harusnya menjadi pengalaman hidup kita setiap hari. Kita semua mendengar sabda, melihat Yesus dalam Sakramen Mahakudus dan gerakan-gerakan Roh Kudus di dalam Gereja. Maka kita pun dipanggil untuk menjadi serupa dengan Yohanes supaya bersaksi tentang Yesus di dalam Gereja.

Untuk mewartakan Yesus Kristus kepada sesama kita perlu semangat menginjil seperti Yohanes. Kita mewartakan kepada dunia tentang betapa indah dan luhurnya cinta kasih Tuhan. Kita mewartakan terang Kristus yang lahir ke dunia kepada semua orang dari berbagai penjuru dunia. Dia adalah Sabda yang telah menjadi daging dan tinggal bersama kita. Kita mewartakan peristiwa inkarnasi ini kepada semua orang yang berkenan kepada Tuhan. Ini adalah warta sukacita yang besar kepada dunia bahwa Allah adalah kasih dan Ia mengasihi kita semua. Tugas kita adalah mengasihi sesama dengan tulus bukan hanya dengan perkataan tetapi dalam kebenaran.

Yohanes menguatkan kita untuk menjadi sebuah Gereja Karismatis. Sebuah Gereja yang diliputi oleh Roh Kudus sendiri. Dalam bacaan Injil hari ini kita mendengar bagaimana sikap karismatis dari Yohanes di dalam komunitasnya. Ia barusan mendengar warta kebangkitan Yesus dari Maria Magdalena. Ia pun bergegas ke kubur Yesus bersama Petrus namun Yohanes berhgerak lebih cepat. Setibanya di kubur, ia hanya melihat dan menunggu Petrus untuk masuk lebih dahulu. Selanjutnya ia menyusul masuk dan percaya. Sebagai seorang karismatis di dalam komunitasnya, Yohanes pasti percaya bahwa Yesus yang dikasihi-Nya itu sudah bangkit. Namun ia menghormati hirarki, dalam hal ini Petrus untuk masuk ke dalam makam Yesus. Ia masuk dan percaya karena pengakuan iman itu disahkan hirarki. Di tempat lain, Yohanes mengakui imannya kepada Yesus yang bangkit dengan berkata: “Itu Tuhan” (Yoh 21:7). Pengakuan imannya ini mengubah pribadi Petrus, rekannya di dalam perahu.

Pada hari ini kita mendapat inspirasi dari Yohanes untuk lahir kembali. Kita lahir kembali bersama kelahiran Kristus di dunia. Kita lahir kembali menjadi manusia baru yang lebih layak lagi di hadirat Tuhan. Kita menjadi baru karena kasih Tuhan sendiri. Sebab itu marilah kita berusaha untuk setia kepada Yesus Tuhan kita sebab Yesus juga selalu setia kepada kita. Ia mengasihi kita sampai tuntas maka kita pun mengasihi-Nya sampai tuntas.

PJSDB

Homili Hari Raya Natal Tahun A-B-C – 2017

25/12/2017 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Homili Hari Raya Natal – Misa Siang
Yes 52:7-10
Mzm 98: 1.2-3ab.3cd-4.5-6
Ibr 1:1-6
Yoh 1:1-18

Allah bukanlah php!

Seorang sahabat saya menulis statusnya di WA, bunyinya: “Allah bukanlah php”. Saya tersenyum sendiri sambil membayangkan wajah sahabat ini. Sejauh yang saya tahu tentang dirinya, dia adalah orang yang tulus dan berbicara apa adanya, apa yang dikatakannya selalu berdasar pada pengalaman hidupnya yang nyata. Dia pernah sakit keras, sempat memohon doa banyak orang. Mukijzaat pun terjadi di dalam hidupnya. Ia sembuh total dan berjanji untuk setia melayani Tuhan dalam hidupnya. Sejak saat itu ia sering menulis di dalam buku harian dan kartu-kartu yang dibagikannya kepada orang lain: “Allah bukanlah php”, maksudnya “Allah bukanlah pembawa harapan palsu”. Ia selalu menepati janji-janji-Nya kepada manusia. Janji-janji Tuhan selalu menunjukkan wajah kerahiman-Nya kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Ini semua adalah kata-kata yang selalu ia sharingkan sebagai peneguhan kepada kami para sahabatnya.

Hari ini kita merayakan Hari Raya Natal. Setiap tahun kita memang merayakan Hari Raya yang sama, dan mengenangkan kelahiran figur yang sama pula yaitu Tuhan Yesus Kristus. Bagi orang yang kurang percaya, mungkin Hari Raya Natal hanyalah sebuah memori, sebuah pesta yang selalu dihiasi dengan pesta duniawi, gemerlapan lampu, dan hiasan natal yang jauh dari makna Natal yang sebenarnya. Natal menjadi saat di mana orang memamerkan segala sesuatu yang dimilikinya dan lupa pada kesederhanaan Betlehem. Natal sudah memiliki sifat business yang luar biasa. Sebab itu orang lebih berpikir aspek business Natal daripada aspek keselamatan hanya dalam nama Yesus Kristus yang lahir di Bethlehem.

Penulis surat kepada umat Ibrani membuka pikiran kita bahwa Allah bukanlah php. Dikatakan bahwa pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan para nabi. Tetapi pada zaman akhir ini, Allah telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya. Anak-Nya telah ditetapkan untuk sebagai Dia yang berhak untuk menerima segala yang ada. Kita semua tentu sepakat bahwa zaman dahulu memang Tuhan berbicara dengan perantaraan para nabi, entah nabi itu besar atau nabi itu kecil. Tuhan menjadikan mereka sebagai orang “limited edition” untuk bernubuat atas nama Tuhan. Segala sesuatu yang mereka sampaikan dalam nama Tuhan berguna untuk kebaikan banyak orang dan segenap umat beriman. Kini Tuhan berbicara dengan pengantaraan Yesus Kristus. Dia adalah satu-satunya Pengantara kita kepada Bapa di Surga.

Anak Allah, dalam hal ini Tuhan Yesus Kristus, mendapat tempat yang istimewa dihadirat Bapa di Surga. Hanya dalam Dia, Allah telah menjadikan segala sesuatu. Dia adalah cahaya kemuliaan yang tidak akan padam. Sabda-Nya adalah penopang segala sesuatu. Dia menunjukkan kemuliaan-Nya di dunia hingga di surge, di mana Ia duduk di sebelah kanan Allah Bapa kita. Tuhan Yesus adalah segalanya. Sebab itu Semua Malaikat Allah harus menyembah Dia. Luar bisa Tuhan kita Yesus Kristus yang hari ini kita kenang kelahiran-Nya. Segala hormat dan bakti hanya bagi-Nya.

Nabi Yesaya dalam bacaan pertama membuka wawasan kita untuk percaya kepada Tuhan Allah. Dalam hidup ini, kita juga memiliki pengalaman yang mirip dengan pengalaman bangsa Israel. Kekecewaan dan kesengsaraan pernah mewarnai kehidupan kita secara pribadi. Mungkin saja kita mudah kehilangan harapan, putus asa dan merasa bahwa Tuhan tidak menaruh perhatian kepada kita. Nabi Yesaya menguatkan kita supaya semakin percaya bahwa Tuhan pasti akan datang untuk menyelamatkan kita. Keselamatan hanya dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Dialah Raja semesta alam yang menguasai kita. Kedatangan Tuhan untuk mengunjungi Sion, penuh dengan sukacita. Ia menunjukkan tangan-Nya yang kudus bagi kita. Tangan-Nya menyelamatkan kita.

Kita membaca Injil dari Prolog Injil Yohanes. Kita mendapat gambaran bahwa pada mulanya adalah Sabda dan Sabda adalah Allah. Yesus adalah Terang yang sedang datang ke dalam dunia. Yohanes bersaksi dan mewartakan tentang terang, dan dengan rendah hati ia mengakui bukan terang yang dinantikan. Terang yang sebenarnya telah datang namun tidak ada yang mengenal terang itu. Dunia diciptakan oleh sang Terang. Selain sebagai terang, Yesus digambarkan sebagai Sabda yang sudah menjadi daging dan tinggal bersama manusia. Orang-orang yang menerima Terang akan memperoleh hidup kekal. Prolog Injil Yohanes ini semakin mempertegas bahwa Allah yang kita imani bukanlah figur php. Dia menepat janji-Nya, bahkan memberikan Anak-Nya sendiri sebagai kurban tebusan bagi banyak orang.

Pada Hari Raya Natal ini kita bersyukur kepada Tuhan, karena kerelaan-Nya untuk menjadi manusia dan tinggal bersama kita. Dia bukan lagi Allah yang jauh tetapi menjadi sangat dekat dengan manusia dan menyelamatkan dalam nama Yesus Putera-Nya. Natal adalah pemenuhan janji Allah. Natal adalah tanda nyata kasih Allah bagi manusia. Terima kasih Tuhan Allah atas kasih-Mu dalam diri Yesus, Saudara dan Penebus kami.

PJSDB

Homili Hari Raya Natal (Misa Fajar) – 2017

25/12/2017 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Raya Natal – Misa Fajar
Yes 62:11-12
Mzm 97:1.6.11-12
Tit 3:4-7
Luk 2:15-20

Marilah ke Bethlehem

Dengan menyebut nama kota Bethlehem, pikiran kita semua langsung tertuju pada kota kelahiran Yesus Kristus. Ya, Betlehem merupakan sebuah kota yang secara geografis-historis terletak kurang lebih 8 kilometer di sebelah selatan kota Yerusalem. Kota ini didirikan pada tahun 1250sM. Di dalam Kitab Perjanjian Lama, kota ini dihubungkan dengan tempat kelahiran Raja Daud (1Sam 17:12), tempat tinggal Rut yang masuk dalam silsilah Yesus (Rut 1:19; 14:1). Di dalam Kitab Mikha terdapat sebuah nubuat bahwa Yehuda akan diperbaharui karena kelahiran seorang raja yang dilahirkan di Bethlehem rumah Daud. Raja yang dimaksud adalah Yesus Kristus, Anak Maria yang kita kenang kelahiran-Nya pada malam hari ini. Ia lahir di kota Betlehem, namun di kemudian hari akan dikenal sebagai orang Nazaret. Yesus orang Nazaret bukan orang Bethlehem. Bet lekhem, artinya ‘rumah roti’, atau “rumah makanan”. Kadang orang mengartikan Bethlehem sebagai “rumah daging”. Dari arti nama Bethlehem ini kita kita dapat mengerti rencana Tuhan bagi keselamatan umat manusia. Tuhan Yesus adalah roti kehidupan yang turun dari Surga. Tuhan Yesus adalah Sabda yang menjadi daging dan tinggal di antara kita. Maka marilah mengarahkan perhatian kita ke Bethlehem.

Nabi Yesaya dalam bacaan pertama meminta warga Yerusalem untuk membuka lebar-lebar pintu gerbang Yerusalem supaya menyambut rajanya. Raja yang datang akan memberi keselamatan sebab dia memang sang Penyelamat. Dia datang untuk menjadikan mereka sebagai sebuah bangsa yang kudus, warga tebusan Tuhan. Yerusalem akan disebut kota yang tidak ditinggalkan. Mereka bukan lagi menjadi bangsa yang merana melainkan bangsa yang penuh dengan sukacita karena mengalami penebusan berlimpah dari Tuhan. Nubuat nabi Yesaya ini juga memberi harapan baru kepada kita yang membaca dan mendengar sabda ini untuk membuka diri dalam menerima sang Raja Baru yakni Tuhan Yesus Kristus.

Warta sukacita dari nabi Yesaya dipertegas lagi oleh St. Paulus dalam suratnya kepada Titus. Paulus mengatakan kepada Titus bahwa anugerah keselamatan dari Tuhan begitu besar kepada manusia. Ini adalah bukti kerahiman dan kasih Allah yang telah menjadi nyata kepada manusia. Kerahiman Allah itu menyelamatkan manusia yang berdosa. Keselamatan yang kita terima bukan karena perbuatan baik yang kita lakukan, melainkan karena rahmat atau kasih karunia dari Tuhan sendiri. Kasih karunia yang kita terima pertama kali saat dibaptis itu berasal dari Roh Kudus. Kita semua dibenarkan oleh kasih karunia Allah supaya memperoleh kehidupan kekal.

Hari Raya Natal menjadi kesempatan bagi kita untuk bersyukur kepada Tuhan karena kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita masing-masing. Tuhan menganugerahkan Yesus Kristus Putera-Nya sebagai kasih karunia bagi kita masing-masing. Dia sendirilah yang menyelamatkan kita. Semua anugerah yang kita terima dari Tuhan adalah bukti kasih-Nya yang tiada batasnya bagi kita.

Dalam bacaan Injil, kita mendengar kisah kelahiran Yesus di Bethlehem. Para gembala adalah orang-orang sederhana yang memberi kesaksian tentang kelahiran Yesus di Bethlehem. Mereka saling mengajak satu sama lain untuk pergi ke Bethlehem untuk melihat segala sesuatu yang sudah disabdakan oleh Tuhan. Para gembala sederhana ini mendapatkan Maria dan Yusuf juga sang bayi yang terbaring di palungan. Para gembala bersaksi bahwa apa yang mereka dengar tentang anak itu sungguh-sungguh nyata. Semua orang merasa heran karena perkataan para gembala itu cocok. Bunda Maria mendengar semuanya, dan menyimpan segala perkara ini di dalam hatinya dan merenungkannya secara saksama. Para gembala memuji Allah sebab apa yang mereka dengar dan lihat benar-benar sesuai kenyataan.

Mari kita pergi ke Bethlehem untuk melihat keselamatan kita. Dia telah lahir bagi kita.

PJSDSB

Homili Malam Natal Tahun A-B-C -2017

24/12/2017 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Malam Natal Tahun A-B-C
Yes 9:1-6
Mzm 96:1-3.11-13
Tit 2:11-14
Luk 2:1-14

Kasih Allah menjadi nyata!

Kita mengawali perayaan syukur kita pada malam hari ini dengan sebuah Antifon Pembuka berjudul: “Tuhan bersabda kepada-Ku: Engkaulah Anak-Ku. Hari ini Aku memperanakan Engkau” (Mzm 2:7). Perkataan ini memang sederhana tetapi memiliki kekuatan yang luar biasa. Tuhan berbicara kepada raja Daud dan keturunan-Nya. Kita masing-masing dapat membayangkan bagaiamana Tuhan sendiri berkata: “Engkaulah Anak-Ku”. Pikiran kita pertama-taman tertuju kepada Tuhan Yesus Kristus yang kita kenang kelahiran-Nya pada hari ini. Dialah Anak Sulung Allah yang lahir dari rahim Bunda Maria. Dia adalah Anak dari Allah yang disapa Abba. Di pihak kita, betapa kata-kata ini menguatkan kita semua. Kita memiliki martabat baru sebagai Anak Allah. Kita adalah manusia biasa yang mendapat keilahian dari Allah sendiri. Kita memperoleh kesadaran supaya benar-benar hidup sebagai Anak Allah sebab banyak kali kita jatuh dalam dosa. Kalimat kedua yang mengesankan adalah: “Hari ini Aku memperanakkan Engkau”. Ini adalah sebuah bentuk pengakuan akan jati diri Raja Daud dan keturunan-Nya, tidak lain adalah Yesus Kristus. Dia dikenal pada peristiwa Natal sebagai Anak Daud yang lahir di kota Daud.

Peristiwa Natal merupakan sebuah kenyataan yang telah terjadi dalam sejarah keselamatan kita. Natal merupakan tanda bahwa Allah sangat mengasihi manusia apa adanya. Cinta kasih Allah ini bukanlah sebuah harapan palsu, melainkan sebuah kenyataan dan kepastian dalam diri Yesus Kristus. St. Paulus dalam suratnya kepada Titus menggarisbawahi realitas keselamatan kita. Ia berkata: “Saudaraku terkasih, sudah nyatalah kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia.” (Tit 2:11). Pada zaman dahulu Tuhan berbicara melalui para nabi namun pada saat ini Tuhan berbicara melalui Yesus Kristus Putera-Nya. Dialah yang menunjukkan secara nyata kasih karunia Allah yang dapat menyelamatkan manusia. Kasih karunia atau rahmat adalah anugerah gratis dari Tuhan.

Apa yang harus kita lakukan untuk menerima kasih karunia yang tidak lain adalah Yesus Kristus sendiri? Paulus menasihati Timotius seperti ini: “Kasih karunia Allah telah mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.” (Tit 2:12-14).

Paulus hendak mengatakan kepada kita untuk melakukan pertobatan radikal sehingga layak menerima Yesus Kristus yang mengantar kita untuk masuk ke dalam zaman keselamatan. Pertobatan radikal berarti kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi. Hanya dengan jalan pertobatan ini maka kita dapat hidup bijaksana, bersikap adil dan berharap untuk bersatu dengan Yesus Kristus. Dialah yang memebaskan dan menguduskan kita dari kejahatan dan dosa. Kita diharapkan semakin terbuka pada Kristus Tuhan kita. Perkataan Paulus ini juga mengingatkan kita untuk memiliki iman, harapan dan kasih yang tulus kepada Bapa di surga.

Kita perlu membuka diri kepada kasih karunia karena hidup kita masih diliputi oleh kegelapan dan dosa. Dengan demikian kita dapat melihat terang. Nabi Yesaya mengatakannya sebagai terang yang besar, terang yang telah bersinar atas mereka yang diam di negeri kekelaman. Terang itu dipahami dalam kacamata Kristiani sebagai Pribadi Yesus Kristus sendiri. Ia berkata: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikuti Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh 8:12). Di bagian lain Yesus mengakui: “Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia” (Yoh 9:5). Perayaan Natal yang kita mulai pada malam hari ini merupakan perayaan terang atau cahaya karena kita memfokuskan perhatian kita kepada Yesus sang Terang sejati.

Hal lain yang inspiratif dari bacaan pertama adalah janji Tuhan benar-benar terpenuhi yakni: “Seorang anak telah lahir bagi kita, seorang Putera telah diberikan kepada kita. Lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan orang menyebutnya: Penasihat Allah, Allah Yang Perkasa, Bapa Yang Kekal, Raja Damai”. Gelar-gelar ini kita pahami dalam terang Tuhan Allah Roh Kudus dan semua ini menjadi sempurna dalam diri Yesus Kristus. Dia adalah Penasihat Allah yang perkasa, Bapa Yang Kekal dan Raja Damai kita. Semua gelar ini kita renungkan sepanjang masa Natal ini.

Penginjil Lukas melukiskan malam Natal sebagai pemenuhan janji Tuhan dalam Kitab Perjanjian Lama. Yesus datang ke dunia dan lahir dalam sebuah keluarga manusia. Semua narasi Yesus dalam Injil Lukas menunjukkan bahwa Yesus benar-benar Allah dan Manusia. Benar-benar Allah karena Dialah Logos atau Sabda yang menjelma menjadi manusia. Benar-benar manusia sebab Ia lahir dari rahim Perawan Maria. Semua warta kelahiran Yesus ini nyata adanya. Para gembala adalah saksi kelahiran Yesus yang sederhana di Betlehem. Dialah Raja damai yang benar-benar datang ke dunia.

Pada malam natal ini kita semua mendapat kekuatan untuk semakin percaya kepada Tuhan sebab kasih Allah sungguh-sungguh nyata dalam diri Yesus Kristus. Mari kita menyambut kasih karunia Allah ini dengan membangun semangat iman dan kepercayaan kepada Tuhan Allah Bapa kita di dalam surga. Selamat Natal saudari dan saudaraku.

PJSDB

Next Page »

Tentang Saya

Saya seorang hamba Tuhan yang melayaniNya siang dan malam, anggota Serikat Salesian Don Bosco yang bergabung sejak tahun 1989. Kini saya dipanggil Pater John dan melayani di Jakarta

Artikel Terbaru

  • Homili 18 Februari 2019 18/02/2019
  • Food For Thought: Persahabatan yang akrab 17/02/2019
  • Homili Hari Minggu Biasa ke-VI/C – 2019 17/02/2019
  • Food For Thought: Cinta kasih yang besar 14/02/2019
  • Homili 14 Februari 2019 14/02/2019

Situs Lainnya

  • Salesian Don Bosco
  • Vatican
  • Renungan Audio – Daily Fresh Juice
  • Renungan Pria Katolik

Arsip

  • February 2019 (14)
  • January 2019 (34)
  • December 2018 (32)
  • November 2018 (40)
  • October 2018 (26)
  • September 2018 (22)
  • August 2018 (41)
  • July 2018 (28)
  • June 2018 (17)
  • May 2018 (13)
  • April 2018 (17)
  • March 2018 (14)
  • February 2018 (8)
  • January 2018 (17)
  • December 2017 (23)
  • November 2017 (31)
  • October 2017 (29)
  • September 2017 (38)
  • August 2017 (28)
  • July 2017 (18)
  • June 2017 (24)
  • May 2017 (33)
  • April 2017 (18)
  • March 2017 (40)
  • February 2017 (23)
  • January 2017 (22)
  • December 2016 (23)
  • November 2016 (31)
  • October 2016 (24)
  • September 2016 (36)
  • August 2016 (36)
  • July 2016 (32)
  • June 2016 (27)
  • May 2016 (42)
  • April 2016 (25)
  • March 2016 (41)
  • February 2016 (45)
  • January 2016 (31)
  • December 2015 (26)
  • November 2015 (24)
  • October 2015 (60)
  • September 2015 (44)
  • August 2015 (49)
  • July 2015 (56)
  • June 2015 (56)
  • May 2015 (57)
  • April 2015 (46)
  • March 2015 (52)
  • February 2015 (51)
  • January 2015 (58)
  • December 2014 (46)
  • November 2014 (43)
  • October 2014 (49)
  • September 2014 (46)
  • August 2014 (42)
  • July 2014 (39)
  • June 2014 (39)
  • May 2014 (38)
  • April 2014 (44)
  • March 2014 (41)
  • February 2014 (46)
  • January 2014 (55)
  • December 2013 (43)
  • November 2013 (42)
  • October 2013 (46)
  • September 2013 (31)
  • August 2013 (33)
  • July 2013 (32)
  • June 2013 (36)
  • May 2013 (33)
  • April 2013 (34)
  • March 2013 (40)
  • February 2013 (33)
  • January 2013 (33)
  • December 2012 (36)
  • November 2012 (33)
  • October 2012 (50)
  • September 2012 (40)
  • August 2012 (41)
  • July 2012 (35)
  • June 2012 (30)
  • May 2012 (33)
  • April 2012 (36)
  • March 2012 (47)
  • February 2012 (42)
  • January 2012 (38)
  • December 2011 (35)
  • November 2011 (31)
  • October 2011 (2)

Bulan

  • February 2019
  • January 2019
  • December 2018
  • November 2018
  • October 2018
  • September 2018
  • August 2018
  • July 2018
  • June 2018
  • May 2018
  • April 2018
  • March 2018
  • February 2018
  • January 2018
  • December 2017
  • November 2017
  • October 2017
  • September 2017
  • August 2017
  • July 2017
  • June 2017
  • May 2017
  • April 2017
  • March 2017
  • February 2017
  • January 2017
  • December 2016
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • July 2016
  • June 2016
  • May 2016
  • April 2016
  • March 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • December 2015
  • November 2015
  • October 2015
  • September 2015
  • August 2015
  • July 2015
  • June 2015
  • May 2015
  • April 2015
  • March 2015
  • February 2015
  • January 2015
  • December 2014
  • November 2014
  • October 2014
  • September 2014
  • August 2014
  • July 2014
  • June 2014
  • May 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • February 2014
  • January 2014
  • December 2013
  • November 2013
  • October 2013
  • September 2013
  • August 2013
  • July 2013
  • June 2013
  • May 2013
  • April 2013
  • March 2013
  • February 2013
  • January 2013
  • December 2012
  • November 2012
  • October 2012
  • September 2012
  • August 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • May 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012
  • January 2012
  • December 2011
  • November 2011
  • October 2011

Copyright © 2019 · Beautiful Pro Theme on Genesis Framework · WordPress · Log in