Homili 18 Desember 2017

Homili 18 Desember 2017
Yer. 23:5-8
Mzm. 72:2,12-13,18-19
Mat. 1:18-24

St. Yusuf itu limited edition!

Semalam saya membuka beberapa file yang sudah lama saya simpan di laptop saya. Saya menemukan sebuah file berisi kutipan kata bijak dari tokoh-tokoh dunia yang banyak menginspirasikan pemikiran-pemikiran saya hingga saat ini. Salah satunya adalah Eiji Yoshikawa, seorang novelis berkebangsaan Jepang yang sudah meninggal pada tahun 1962 lalu. Ia pernah berkata: “Orang-orang yang tulus menghargai hidup dengan penuh kecintaan.
Mereka mendekapnya sebagai permata yang berharga.” Saya sangat terinspirasi dengan perkataannya ini. Pada zaman now, sulit sekali kita menemukan sosok yang tulus hati, yang menghargai nilai hidup dengan cinta kasih yang besar atau yang mendekapnya laksana permata yang berharga. Namun demikian, sikap tulus hati masih sangat kita butuhkan dalam merajut kebersamaan sebagai saudara dan sahabat di sekitar kita.

Pada masa Adventus ini kita berjumpa dengan sosok St. Yusuf, suami Santa Perawan Maria. St. Yusuf adalah salah satu inspirator masa Adven bagi kita semua. Apa yang ditunjukkan oleh St. Yusuf ini? Injil bersaksi bahwa dia memang tidak banyak berbicara. Namun demikian cukup tepat perkataan orang bahwa diam itu emas. Maka St. Yusuf memang tidak berbicara tetapi andilnya sangat besar dalam mengembangkan keluarga kudus dari Nazaret dari masa awal. Ia mengurbankan diri, mempersembahkan segala perasaannya untuk keselamatan kita semua.

Apa yang dilakukan St. Yusuf bagi keselamatan kita? Mari kita memperhatikan perikop Injil hari ini. Penginjil Matius memulai perkataannya bahwa “Kelahiran Yesus Kristus adalah sebagai berikut”. Ini adalah sebuah aspek pewartaan yang sangat luhur untuk menegaskan bahwa Yesus Kristus lahir dalam sebuah keluarga sederhana, dengan dua sosok orang tua yakni Maria ibu-Nya dan Yusuf sebagai Bapa pemelihara. Maria ibu Yesus ini bertunangan dengan Yusuf, keturunan raja Daud yang sedang bertempat tinggal di Nazaret. Dikisahkan bahwa sebelum mereka hidup bersama sebagai suami dan istri, ternyata Maria sudah mengandung dari Roh Kudus. Tentu saja ini adalah hal yang sangat memalukan bagi Yusuf tunangan Maria. Orang pasti menjelekkan Yusuf. Di pihak Yusuf, ia tidak mau mencemarkan nama Maria di hadapan umum. Sebab itu ia berniat untuk menceraikan Maria dengan diam-diam.

Rencana Yusuf ini diketahui oleh Tuhan Allah. Sebab itu Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk mendatangi Yusuf. Malaikat itu berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Mat 1:20-21). Perkataan Malaikat ini mengubah seluruh hidup Yusuf. Ia mengambil Maria sebagai istrinya. St. Yusuf digambarkan dalam perikop injil hari ini sebagai sosok yang paling inspiratif. Ia menunjukkan kualitas hidupnya yang luar biasa kepada kita. Misalnya, ia tidak mengeluarkan suatu kata pun dari mulutnya setelah mengetahui bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus. Ia sangat mengasihi Maria sehingga ia merencanakan untuk menceraikannya diam-diam. Baginya, hal ini adalah aib dalam hidupnya dan di dalam keluarga.

Apa yang dapat kita pelajari dari sosok St. Yusuf?

Pertama, Yusuf adalah figur yang tulus hati kepada Maria, istrinya. Dapatlah dikatakan bahwa St. Yusuf itu limited edition. Hidupnya mempengaruhi para pria dan wanita untuk tulus dalam hidupnya. Pada zaman now, banyak suami dan istri yang tidak tulus hati. Mereka saling mencemarkan nama pasangannya. Belajarlah kembali dari St. Yusuf untuk tidak mencemarkan nama dan hidup pasanganmu.

Kedua, St. Yusuf menunjukkan kesetiaan-Nya yang luar biasa. Ia setia kepada Tuhan, maka ia mentaati kehendak Tuhan. Ia setia kepada Maria maka ia menerima Maria apa adanya dan menemani Maria dan Yesus sampai tuntas. Pada zaman now, kita menemukan banyak pasangan suami dan istri yang tidak setia satu sama lain. Mereka egois, tidak merasa malu di hadapan anak-anak mereka ketika mereka memutuskan untuk bercerai. Suami istri yang egois tetapi anak-anaknya menderita sepanjang hidup karena tidak memiliki figur ayah dan ibu. Sangatlah menyedihkan!

Kita semua dapat menjadi pribadi yang “limited edition” apabila kita menyadari kasih dan penyertaan Tuhan. Tuhan sendiri berjanji melalui nabi Yeremia untuk menumbuhkan tunas yang adil bagi Daud. Sosok ini akan memerintah dengan bijaksana dan adil. Segala bangsa akan mengalami kemerdekaan dan ketenteraman. Ini adalah sosok Mesias dalam Kitab nabi Yeremia. Mesias adalah pribadi yang “limited edition”. Bersama pemazmur, kita dapat berdoa: “Kiranya keadilan akan berkembang dalam zamannya, dan damai sejahtera berlimpah sampai selam-lamanya.” (Mzm 72:7). Anda juga bisa menjadi sosok “limited edition”.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply