Homili 4 Desember 2017

Hari Senin, Pekan Adven Pertama
Yes. 2:1-5
Mzm. 122:1-2,3-4a,4b-5,6-7,8-9
Mat. 8:5-11

Tuhan mempersatukan semua orang

Raja Daud pernah bermazmur dengan sukacita di hadirat Tuhan. Ia berkata: “Aku bersukacita, ketika orang berkata kepadaku, “Mari kita pergi ke rumah Tuhan!” (Mzm 122:1). Sukacita Raja Daud ini menjadi sukacita segenap peziarah yang setiap tahun melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk berziarah. Mereka bergerak menuju ke Yerusalem dan ketika tiba di sana para peziarah itu berkata: “Sekarang kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem”. Para peziarah dengan penuh sukacita menyatakan syukurnya kepada Tuhan dan mendoakan supaya Yerusalem mencapai kesejahteraan dan tetap menjadi kota damai. Para peziarah memiliki alasan berziarah ke Yerusalem karena di sana ada Rumah Tuhan. Di sana mereka mengalami kesejahteraan dan kebahagiaan. Masa adven adalah masa di mana Tuhan membuka tangan-Nya untuk menerima kita semua di dalam rumah-Nya. Ia memanggil kita untuk bergerak, mengarahkan kiblat hidup kita hanya kepada-Nya. Dia menghimpun semua orang dari berbagai suku dan bangsa untuk mengalami kesejahteraan abadi di surga sebagai Yerusalem baru.

Pengalaman raja Daud yang mendoakan kesejahteraan Yerusalem ini dipertegas lagi oleh nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini. Tuhan memampukannya untuk bernubuat seperti ini: “Gunung tempat rumah Tuhan akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: “Mari, kita naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman Tuhan dari Yerusalem.” (Yes 2:2-3). Semua orang datang ke Yerusalem sebab di sana ada Rumah Tuhan yang menyatukan setiap pribadi dari berbagai suku dan bangsa. Di sana mereka mendengar Sabda dan merasakan damai sejahtera dari Tuhan.

Tuhan sendiri akan bertindak sebagai hakim yang adil bagi semua bangsa. Keadilan Tuhan mengubah hidup semua orang. Ada transformasi dan metanoia yang radikal dalam hidup mereka. Apa yang terjadi sebenarnya? Yesaya berkata tentang orang yang mengalami transformasi diri di hadapan Tuhan: “Bangsa-bangsa akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.” Kita dapat membayangkan bahwa setiap orang yang datang ke rumah Tuhan akan menjadi manusia baru. Tuhan menerangi hidup mereka dan mereka benar-benar menjadi Anak Allah. Hati mereka yang keras berubah menjadi hati manusia yang mampu mengasihi. Pada akhirnya Yesaya mengajak keturunan Yakub: “Mari kita berjalan di dalam terang Tuhan!” Hanya Tuhanlah yang mampu menerangi hidup setiap pribadi dan menghimpunnya menjadi satu keluarga.

Pikiran kita semakin diarahkan untuk mengerti rencana Tuhan dalam konteks keselamatan. Tuhan Allah Bapa mengutus Yesus Kristus Putera-Nya ke dunia untuk menghimpun semua orang dari berbagai suku dan bangsa untuk mengalami keselamatan. Ini berarti keselamatan yang ditawarkan oleh Tuhan sifatnya universal. Dalam bacaan Injil kita mendengar kisah penyembuhan hamba seorang perwira Romawi. Seorang perwira Romawi, tanpa nama dan bukan orang Yahudi datang kepada Yesus seraya memohon supaya Ia dapat menyembuhkan hambanya yang sedang sakit lumpuh dan sangat menderita. Tuhan Yesus melihat imannya yang besar kepada-Nya meskipun ia bukan orang Yahudi. Bahkan perwira itu rendah hati di hadapan Tuhan Yesus, merasa diri tidak layak menerima-Nya di rumahnya sendiri. Ia percaya bahwa kata-kata Yesus memiliki kekuatan untuk menyembuhkan.

Reaksi Yesus adalah siap untuk menyembuhkan hamba perwira Romawi yang sakit lumpuh. Ia menyembuhkan hamba itu karena iman sang perwira, majikannya. Yesus berkata: “Sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga.” (Mat 8:10-11). Perkataan Yesus ini membuka wawasan kita bahwa Yesus mengumpulkan semua orang dari Timur dan Barat dan menyelamatkan mereka.

Bacaan-bacan Kitab Suci pada hari ini turut menjelaskan makna masa adven bagi kita:

Pertama, masa adven adalah masa istimewa di mana kita mempersiapkan diri untuk menanti kedatangan Tuhan. Masa di mana kita mengarahkan kiblat hidup kita kepada Tuhan yang memanggil kita untuk datang kepada-Nya, menghimpun dan menyelamatkan.

Kedua, masa adven membuka wawasan kita bahwa keselamatan itu bersifat universal. Tidak ada yang mengklaim dirinya sebagai status quo keselamatan. Tuhan yang berkuasa untuk menyelamatkan bukan manusia. Tuhan menyelamatkan kita bukan berdasarkan agama, tetapi berdasarkan iman kepada-Nya. Dapatlah dibayangkan, kalau Tuhan menyelamatkan kita berdasarkan agama maka ke surga kita harus membawa ID atau KTP. Tuhan tidak akan pernah melakukan sikap seperti ini.

Ketiga, masa adven menjadi kesempatan bagi kita semua untuk kembali kepada Tuhan sebagai terang sejati dalam menanti sang Matahari kehidupan yaitu Yesus Kristus. Ini berarti kita perlu membangun semangat pertobatan radikal.

Ketiga poin ini dapat membantu kita untuk ikut merasakan panggilan Tuhan. Dialah yang menghimpun kita semua dan memberikan anugerah keselamatan yang kita butuhkan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply