Homili 11 Desember 2017

Hari Senin, Pekan Adven II
Yes 35:1-10
Mzm 85: 9a-14
Luk 5:17-26

Tuhan adalah Penyelamatku!

Saya barusan menemukan sebuah pembatas buku dengan tulisan berupa kutipan dari Kitab Mazmur, bunyinya: “Jangan menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku!” (Mzm 27:9). Ini adalah sebuah doa penuh kepercayaan dari Raja Daud kepada Yahwe. F. Delitzsh pernah mengatakan bahwa Mazmur 27 merupakan Mazmur ungkapan iman kepercayaan penuh kepada Tuhan Allah, dalam hal ini sebuah ungkapan kepercayaan atas kejayaan Allah dan sebuah permohonan penuh kepercayaan kepada Tuhan Allah. Doa raja Daud menjadi doa kita sepanjang masa Adventus ini. Kita berharap supaya Tuhan jangan menyembunyikan wajah-Nya kepada kita, jangan menolak kita sebagai hamba-Nya dengan murka, supaya Tuhan jangan membuang dan meninggalkan kita. Dia adalah Allah yang menolong dan menyelamatkan kita semua.

Pada hari ini kita mendengar nubuat dari nabi Yesaya bagi orang-orang Israel yang sedang mengalami pembuangan di Babilonia dalam bacaan pertama. Nabi Yesaya: “Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorai dan berbunga.” Pikiran kita tertuju pada padang gurun dan padang kering. Ini adalah dua tempat yang benar-benar menantang kehidupan kita. Padang gurun dan padang kering adalah tempat yang menakutkan kita, sebab ada saja bahaya yang mengancam kehidupan kita. Ada kalajengking dan ular yang beracun maut, ada pasir yang dapat menimbun atau menguburkan kita hidup-hidup ketika melewatinya. Padang gurun dan padang kering adalah simbol pergumulan hidup kita. Kita dapat bergumul dengan diri kita sendiri di hadapan Tuhan, dan kita juga bergumul dengan lingkungan hidup kita masing-masing. Dalam pergumulan ini, kita membutuhkan Tuhan untuk menjaga dan melindungi kita.

Bangsa Israel pernah mengalami pergumulan dalam hidup mereka di hadirat Tuhansata beradai di Babilonia. Mereka merasa bahwa Tuhan tidak memperhatikan mereka. Perasaan seperti ini ditanggapi oleh Tuhan melalui nabi Yesaya ketika ia berkata: “Kuatkanlah tangan yang lemah lesu, dan teguhkanlah lutut yang goyah. Katakanlah kepada orang yang tawar hati, ‘Kuatkanlah hatimu, jangan takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan ganjaran. Ia sendiri datang menyelamatkan kalian!” (Yes 35: 3-4). Tuhan menyelamatkan manusia dengan cara-Nya sendiri. Kita tidak dapat memahaminya dengan akal budi kita.

Seluruh dunia menjadi harmonis seperti pada awal penciptaan dunia dan isinya atau sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Yesaya mengatakan bahwa pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan dan telinga orang tuli akan dibuka. Orang-orang lumpuh akan melompat seperti rusa dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai. Situasi alam juga akan berubah menjadi lebih baik, misalnya aka nada mata air yang memancar di padang gurun. Tuhan hadir sebagai penolong dan penyelamat, sehingga semuanya baik adanya. Ini boleh dikatakan sebagai sebuah ‘saat’ Mesianis yang dinanti-nantikan.

Dalam bacaan Injil kita mendengar kisah penyembuhan seorang lumpuh. Kisah penyembuhan ini memang istimewa sebab Tuhan melakukannya di hadapan orang-orang Farisi, para ahli Taurat dan orang-orang yang berasal dari Galilea, Yudea dan Yerusalem. Kita dapat membayangkan betapa banyak orang yang datang kepada Yesus untuk mendengar Sabda dan mengalami penyembuhan. Pada waktu itu ada orang yang menggotong seorang lumpuh di atas tempat tidur. Mereka berusaha supaya orang lumpuh ini dapat berjumpa dengan Yesus secara langsung. Karena mengalami banyak kesulitan maka orang-orang ini menjebol atap rumah, lalu menurunkan orang lumpuh itu tepat di depan Yesus. Kita dapat membayangkan suasana saat itu. Mungkin Yesus merasa terganggu, demikian juga banyak orang yang sedang mendengar-Nya. Tetapi mereka berani untuk mendekatkan orang lumpuh dengan Yesus supaya disembukan. Ini benar-benar menjadi saat mesianis.

Kisah Injil ini menampilkan figur-figur tertentu yakni Tuhan Yesus, para ahli Taurat dan kaum Farisi, orang lumpuh, orang yang membawa si lumpuh dan banyak orang. Semua figur ini masing-masing menunjukkan kualitasnya kepada kita.

Pertama, Tuhan Yesus. Ia menjalankan misi-Nya dengan mengajar banyak orang. Ia berhasil mengontrol situasi sehingga semua orang tenang dan mendengar semua perkataan-Nya. Ia tidak melihat cacat fisik yang dialami si lumpuh, tetapi melihat iman dan kepercayaan kepada-Nya. Tuhan Yesus menunjukkan ke-Allahan-Nya. Ia mengenal si lumpuh dengan dosa-dosanya maka Tuhan Yesus berkata: “Hai saudara, dosamu sudah diampuni” (Luk 5:20). Ia mengampuni dosa si lumpuh dan menyembuhkannya secara total. Yesus datang untuk menyelamatkan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Si lumpuh adalah salah satunya. Dosanya yang banyak dan melumpuhkan telah mengubah hidupnya untuk jauh dari Tuhan. Namun Tuhan mencari dan menemukan orang berdosa ini dan siap untuk bertobat.

Kedua, para ahli Taurat dan kaum Farisi mengamat-amati kalau-kalau Yesus melakukan kesalahan tertentu dalam mukjizat ini. Benar. Mereka menyaksikan Yesus melakukan mukjizat tetapi tidak ada satu kata apresiasi sama sekali. Mereka bahkan berpikiran negatif kepada Yesus sebab mereka berpikir Yesus menghujat Allah. Hanya Tuhan Allah yang mengampuni dosa manusia. Para ahli Taurat adalah kita! Kita pun selalu berpikiran negative terhadap Tuhan dan sesama.

Ketiga, Si lumpuh tanpa nama. Ia terbelenggu oleh cacat fisik dan dosa-dosa yang membelenggunya. Namun demikian ia masih memiliki secercah harapan kepada Yesus. Ia percaya bahwa Yesus pasti menyembuhkannya. Ia mengalami kesembuhan dan memuliakan Allah.

Keempat, orang-orang yang membawa si lumpuh kepada Yesus. Mereka benar-benar yakin dan percaya bahwa Tuhan Yesus akan menyembuhkan teman mereka yang lumpuh. Sebab itu meskipun banyak rintangan namun mereka tetap percaya bahwa Tuhan akan melakukan yang terbaik baginya. Mereka berhasil membawanya kepada Yesus untuk disembuhkan.

Kelima, orang banyak. Mereka menyaksikan mukjizat ini. Mulanya mereka diam, mungkin karena kebingungan saat melihat Yesus mengontrol situasi dan menyembuhkan si lumpuh. Setelah menyaksikan mukjizat ini, mereka juga ikut memuliakan Allah. Mereka juga amat takut dan berkata. “Hari ini kita telah menyaksikan hal-hal yang sangat menakjubkan.” (Luk 5: 26).

Sekarang marilah kita mengidentifikasikan diri kita masing-masing. Apakah kita serupa dengan Yesus yang peka terhadap kebutuhan manusia? Apakah kita adalah orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang hanya diam sambil mencari kesalahan Tuhan Yesus. Apakah kita adalah orang lumpuh yang tahu diri bahwa sedang dibelenggu dosa hingga melumpuhkan, tetapi masih membutuhkan Yesus, percaya kepada-Nya dan memohon kesembuhan? Apakah kita adalah orang-orang yang murah hati sehingga membawa saudara-saudari kita yang berdosa kepada Yesus? Apakah kita adalah orang kebanyakan yang ikut memuliakan Allah?

Pada hari ini kita semua merasakan saat-saat Mesianis. Kita membutuhkan Tuhan yang dapat menyembuhkan kita dari kelumpuhan akibat dosa dan salah kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply