Homili 2 Januari 2018

Hari Selasa, Masa Natal
St. Basilius Agung dan St. Gregorius Nazianzeno
1Yoh 2:22-28
Mzm 98 1:1-4
Yoh 1:19-28

Jangan ada dusta di hadapan Tuhan

Banyak di antara kita yang pasti kaget dengan pertanyaan di awal renungan hari ini: “Siapakah Pendusta itu?” Berdusta atau berbohong adalah bagian dari pengalaman hidup manusia dalam membangun relasinya dengan Tuhan dan sesame. Broery Marantika dan Dewi Yul pernah mempopulerkan lagu “Jangan ada dusta di antara kita”. Para tokoh agama pernah menggemparkan Indonesia pertengahan tahun 2011 ketika mereka secara terbuka mengkritisi pemerintah yang melakukan kebohongan public. Apa yang diucapkan pemerintah tidak sepadan dengan apa yang dilakukan. Misalnya krisis moralitas dalam pemerintahan, ketidakadilan social yang ekstrim di mana yang kaya semakin kaya dan miskin semakin melarat.

Dalam area iman dan kepercayaan yang berurusan dengan Tuhan saja ada pendusta. Yohanes menulis dalam suratnya tentang antikristus: “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita” (1 Yoh 2:19). Mereka-mereka inilah yang menyangkal baik Bapa maupun Anak (1Yoh 2:22).

Yohanes Pembaptis adalah contoh orang yang berkata benar. Ketika ditanya oleh beberapa imam dan orang Lewi dari Yerusalem tentang identitasnya: “Siapakah engkau?” dengan jujur ia berkata: “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan!” Atau kepada orang Farisi ia berkata: “Aku membaptis dengan air tetapi di tengah-tengahkamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal yaitu Dia yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasutNya pun aku tak layak.” Yohanes Pembaptis jujur dan mengungkapkan diri seadanya tanpa kepalsuan.

Pendusta ada di dalam diri orang karena mereka tidak mendengar Tuhan di dalam hidupnya. Pada hal dengan mendengar orang dapat patuh pada kehendak Tuhan dan melakuan kebenaran. Belajar menjadi pendusta itu di mulai dari keluarga. Ketika sudah ada dusta di dalam keluarga maka dusta itu akan berkembang menjadi dusta terhadap Tuhan dan sesama. Orang tua berdusta sekali, anak berdusta dua kali. Genereasi kita menjadi generasi pendusta. Hendaknya jangan ada dusta di antara kita dan di hadapan Tuhan!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply