Food For Thought: Tuhan, Aku malu!

Tuhan, saya malu!

Selama beberapa minggu terakhir ini para Romo memiliki semangat rela berkorban untuk melayani umat, terutama mempersiapkan umat untuk memasuki persiapan-persiapan terakhir menjelang perayaan paskah. Di paroki-paroki terdapat jadwal pelayanan sakramen tobat untuk umat. Terlihat setiap hari selalu ada umat yang datang untuk mengaku dosa. Ada juga kreatifitas para romo dan orang muda katolik untuk menarik minat umat supaya mengaku dosa dengan membuat karikatur atau iklan tertentu tentang pengakuan dosa. Hal ini menunjukkan bahwa sakramen tobat memang masih sangat dibutuhkan umat di dalam Gereja.

Ada saja pengalaman-pengalaman yang unik setelah pelayanan sakramen tobat. Ada seorang umat yang rela menunggu romo di luar tempat pengakuan dosa untuk mengucapkan rasa syukurnya setelah mengaku dosa dan sharing pengalaman pertobatannya. Ia berkata: “Romo, setelah pengakuan dosa tadi, saya berdoa kepada Tuhan dengan doa singkat ini ‘Tuhan, saya malu'”. Romo itu berhenti sejenak dan memandang umat itu. Ia bertanya: “Mengapa engkau malu dengan Tuhan?” Umat itu menjawab: “Tadi saya sempat membayangkan bahwa hidup saya seperti sebuah cermin yang sudah jatuh dan pecah. Meskipun saya berusaha untuk menyatukan serpihan-serpihan cermin itu, namun ketika memandangnya, saya tetap melihat wajah saya jelek, tidak menyatu dan memalukanku. Demikianlah hidup saya di hadirat Tuhan sebelum mengaku dosa mungkin seperti cermin yang pecah itu. Kini saya merasa bahagia karena boleh memulai hidup baru lagi bersama Tuhan”. Romo itu mengangguk sambil berkata dalam hati: “Wah, saya juga harus merasa malu kalau saya tidak mengakui dosa-dosaku”.

Kisah sederhana ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Umat yang merasa malu sebagai orang berdosa, ketika mengaku dosa dengan tulus ternyata mampu mengubah hidup Romo yang belum mengaku dosa. Maka umat dan Romo ternyata berada dalam satu bahtera yang sama dan sama-sama mengatakan kepada Tuhan: “Tuhan, saya malu!” Setiap orang dapat merasa malu sebagai orang berdosa ketika memiliki hati yang murni. Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang murni hatinya karena mereka akan melihat Allah.” (Mat 5:8).

Permenungan kita semakin mendalam kala kita merenung kasih Tuhan. Tuhan juga tidak mau mempermalukan kita maka Ia mengikat perjanjian baru. Melalui nabi Yeremia, Tuhan berkata: “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.” (Yer 31:33-34)

Kita tidak akan merasa malu lagi dengan Tuhan kalau hati kita selalu terararh kepada-Nya. Tuhan sendiri menulis hukum kasih di dalam hati kita maka janganlah kita malu dan takut untuk mengasihi. Tuhan mengampuni kesalahan kita maka kita pun harus saling mengampuni satu sama lain. Tuhan tidak mengingat-ingat dosa kita maka kita pun berusaha untuk tidak mengingat-ingat kesalahan orang lain. Masalahnya adalah mengapa kita selalu gagal dalam mengampuni, mengasihi, dan masih mengingat dosa dan kesalahan sesama?

Masa prapasakah bermakna kalau kita memiliki rasa malu dan mau berubah.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply